Karier Tragis Giorgos Katidis, Skorsing Seumur Hidup Gara-gara Selebrasi

"Biasanya, hukuman seumur hidup dijatuhkan jika ada pelanggaran fatal seperti memukul wasit, doping, atau pengaturan skor. Ini karena selebrasi."

Biografi | 22 February 2021, 04:05
Karier Tragis Giorgos Katidis, Skorsing Seumur Hidup Gara-gara Selebrasi

Libero.id - Biasanya, hukuman seumur hidup kepada pesepakbola dijatuhkan jika melakukan pelanggaran fatal seperti memukul wasit, doping, atau terlibat sindikat pengaturan skor. Bagaimana jika larangan itu karena selebrasi? Giorgos Katidis punya kisahnya.

Katidis adalah gelandang serang asal Yunani yang lahir di Thessaloniki, 12 Februari 1993. Memulai karier dari klub di kampung halamannya, Aris Thessaloniki, dia menjalani debut profesional di Liga Super Yunani ketika menginjak usia 17 tahun setelah menimba ilmu di akademi selama 5 tahun.

Setelah debut gemilang di Aris, Katidis dengan cepat menjadi menjadi primadona transfer window di Negeri Filsafat. Karier Katidis semakin cemerlang ketika menjadi langganan tim nasional junior Yunani. Dia bermain untuk tim U-17, serta menjadi kapten U-19 dan U-21.

Salah satu prestasi Katidis bersama Yunani U-19 tercipta pada Euro U-19 2012. Pada kompetisi di Estonia tersebut, Yunani tampil bagus di fase grup, mengalahkan Inggris di semifinal, dan bertemu Spanyol di pertandingan puncak. Mengenakan nomor punggung 10 dan menyandang ban kapten, Katidis menjadi pemain paling berpengaruh dan pencetak gol terbanyak timnya.

Sayang, Yunani kalah pengalaman dengan matador-matador muda. Mereka menyerah 0-1 lewat gol semata wayang, Jesse Rodriguez. Saat itu, Spanyol juga dibela sejumlah nama populer masa kini seperti Kepa Arrizabalaga, Paco Alcacer, Gerard Deulofeu, Denis Suarez, hingga Juan Bernat.

Selepas turnamen di Estonia, Katidis mendapatkan tawaran pindah ke klub elite Yunani, AEK Athens. Pada 27 Agustus 2012, dia sepakat menandatangani kontrak 4 tahun dengan nilai transfer 100.000 euro.

Keputusan yang akan mengubah jalan hidup Katidis seumur hidup. Pada 16 Maret 2013, dia tampil saat AEK menjamu Veria di Athens Olympic Stadium, Athena. Pertandingan berlangsung menarik, ketat, dan berakhir 2-1 untuk kemenangan AEK. Gol penentu kemenangan dihasilkan Katidis pada menit 84.

Masalahnya, setelah gol tercipta, Katidis melakukan selebrasi kontroversial. Dia memberi hormat ala Romawi kepada penonton. Di Eropa, hormat seperti itu masuk kategori terlarang karena diidentifikasikan dengan Nazi dan fasisme. Tindakan yang pernah dilakukan Paolo di Canio atau Mark Bosnich tersebut dianggap rasialis dan menghina ras tertentu (Yahudi).

Saat itu, usianya baru 20 tahun. Tapi, kecaman sudah datang bertubi-tubi. "Saya bukan seorang fasis dan tidak akan melakukannya jika saya tahu apa artinya," tulis Katidis di akun Twitter miliknya saat itu sembari meminta maaf kepada semua orang atas kesalahan yang dilakukan.

Pelatih AEK asal Jerman, Ewald Lienen, juga membantu Katidis untuk melakukan klarifikasi. "Dia masih muda yang tidak memiliki ide politik apapun. Dia kemungkinan besar melihat penghormatan seperti itu di internet atau di tempat lain dan melakukannya tanpa mengetahui apa artinya," ujar Lienen, dilansir Reuters.

Sayang, klarifikasi dan permintaan maaf Katidis sudah terlambat. Asosiasi Sepakbola Yunani (HFF) langsung menggelar sidang dan Komite Disiplin mengambil sikap. Mereka menghukum Katidis 50.000 euro. Dia memang masih diizinkan bermain. Tapi, HFF melarang Katidis membela timnas di semua kelompok usia seumur hidup!

"Tindakan pemain untuk memberi hormat kepada penonton dengan cara Nazi adalah sebuah provokasi yang parah. Itu penghinaan kepada semua korban kekejaman Nazi dan melukai semua orang dan bertentangan dengan semangat sepakbola," bunyi pernyataan resmi HFF ketika palu diketuk.

Kontrak diputus dan karier langsung meredup

Tindakan Katidis ternyata berdampak sangat fatal pada kariernya. Selain tidak bisa membela timnas, dia juga harus meninggalkan AEK pada akhir musim. Kontraknya diputus, meski masih tersisa 3 tahun.

Katidis sempat putus asa sebelum agennya mengatakan bahwa klub Italia yang bermain di Serie B, Novara, berminat mempekerjakan dirinya. Pemilik Novara, Massimo de Salvo, bukannya tidak tahu dengan kasus Katidis di Yunani. Tapi, dia merasa sang pemain masih muda dan harus diberi kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.

"Kami tidak berniat mengecilkan sikapnya. Itu tidak menghormati jutaan orang yang menderita, yang harus membayar dengan nyawa mereka. Penyesalan Katidis adalah faktor kunci ketika kami memulai negosiasi. Kami ingin memberinya kesempatan. Kami yakin membuat kesalahan seperti itu serius. Tapi, mengakui kesalahan adalah hal lain yang layak dipuji," ungkap De Salvo, dilansir Fox Sports.

Kedatangan Katidis menghebohkan sepakbola Italia. Pertama, Novara baru saja terdegradasi setelah 1 musim bermain di Serie A. Kedua, tentu saja kontroversi Katidis di Yunani. Akibatnya, media-media Italia menjuluki Katidis sebagai "Di Canio dari Yunani".

Sayang, mental Katidis terlanjur hancur. Dengan kontrak 1 tahun plus opsi perpanjangan 1 tahun, dia tampil mengecewakan di Serie B. Katidis hanya sanggup merumput 10 kali tanpa mencetak gol sepanjang 2013/2014. bahkan, di akhir musim Novara harus terdegradasi ke Serie C. Kontrak Katidis akhirnya diputus pada 31 Juli 2014.

Katidis kemudian kembali ke Yunani untuk membela Veria. Hanya bermain 4 kali, dia pindah ke Levadiakos sebelum bergabung dengan klub kasta ketiga kompetisi Yunani, Panegialios.

Karier Katidis semakin menurun dan terpaksa meninggalkan Yunani untuk bermain di Liga Premier Finlandia bersama FF Jaro. Hanya bertahan 10 pertandingan dengan 3 gol, label pemain rasialis yang dibebankan media Finlandia membuat Katidis tidak betah. Dia pindah ke Republik Ceko membela klub Divisi II, Olympia Praha, sebelum membela Pribram di Divisi I.

Lagi-lagi, karier Katidis berakhir tragis. Baru 1 musim membela Pribram dan bermain 7 kali, kontraknya diputus pada musim panas 2019. Saat itu, usianya baru 26 tahun dan dia tidak memiliki klub lagi setelah itu.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network