Kisah Kabuscorp, Klub Angola yang Terjun Bebas ke Divisi III karena Rivaldo

"Jika di Eropa ada Anzhi Makhachkala dan di Asia memiliki Bunyodkor, maka di Afrika terdapat Kabuscorp. Kisahnya mirip."

Feature | 25 March 2021, 10:53
Kisah Kabuscorp, Klub Angola yang Terjun Bebas ke Divisi III karena Rivaldo

Libero.id - Jika di Eropa ada Anzhi Makhachkala dan di Asia memiliki Bunyodkor, maka di Afrika terdapat Kabuscorp. Garis merahnya sama, yaitu klub medioker yang ingin meraih prestasi dunia secara instan dengan membayar pemain sangat mahal, setelah itu terjun bebas.

Kabuscorp Sport Clube do Palanca, biasanya dikenal sebagai Kabuscorp. Mereka adalah klub multisports yang berbasis di Luanda, Angola. Sebelumnya, mereka bermain di kompetisi kasta tertinggi Angola, Girabola, dan sekarang berada di Divisi III tanpa melewati Divisi II.

Klub yang lahir pada 5 Desember 1994 tersebut merupakan kepanjangan dari Kangamba Business Corporation. Bisnis induk mereka mulai dari transportasi hingga eksplorasi berlian yang dijalankan oleh pemilik klub, Bento Kangamba. Klub ini memainkan pertandingan kandang di Estadio dos Coqueiros, Luanda.

Kabuscorp tampil di kasta elite sepakbola Angola pada 2008 setelah menjuarai Divisi II 2007. Pada musim perdana di Girabola, mereka menempati posisi 8 klasemen akhir sehingga membuat sang pemilik klub tidak puas. Apalagi, pada musim-musim selanjutnya Kabuscorp gagal menjuarai liga.

Kemudian, muncul ide untuk mendatangkan superstar. Menghadapi musim 2012, manajemen membuat sensasi dengan memanggil Rivaldo. Dengan bayaran USD750.000, penerima Ballon d'Or 1999 itu dikontrak 1 tahun dengan opsi perpanjangan 1 tahun. Saat itu, usia Rivaldo 39 tahun menuju 40 tahun.

"Ini akan menjadi pengalaman baru bagi saya. Saya senang berada di sini dan seperti yang terjadi dengan semua klub tempat saya bergabung, saya akan mencoba menghormati seragam Kabuscorp dan berharap bisa memenuhi ekspektasi di lapangan," kata Rivaldo saat itu, dilansir BBC Sport.

Rivaldo datang ketika ekonomi Angola dengan booming, khususnya indutri minyak dan pertambangan berlian. Mereka baru saja menyelenggarakan Piala Afrika 2010 dengan pembangunan besar-besaran di sektor olahraga, termasuk menyiapkan stadion-stadion dengan standar FIFA.

Pada era itu, Angola merupakan negara dengan PDB tertinggi di Afrika. Orang-orang kaya baru bermunculan. Mereka mencari tempat untuk menghabiskan uangnya. Salah satu caranya dengan berinvestasi di sepakbola.

"Perekrutan Rivaldo oleh Kabuscorp tidak menarik antusiasme sebanyak yang diharapkan. Orang-orang mengira dia sudah melewati masa jayanya dan bertanya-tanya kontribusi apa yang bisa dia berikan. Jadi, semua orang sangat berhati-hati," kritik wartawan lokal dari stasiun radio LAC Luanda, Jose Cunha.

Skeptisme sejumlah pihak sebagian benar, sebagian sisanya salah. Ketika kompetisi digulirkan, Rivaldo mencetak 11 gol dari 20 pertandingan. Itu jumlah yang banyak. Tapi, jika melihat target juara yang dibebankan, kehadiran Rivaldo kurang sesuai ekspektasi. Pasalnya, Kabuscorp hanya menempati posisi 4 klasemen akhir.

Setelah liga berakhir, Rivaldo pergi. "Saya mengucapkan selamat tinggal kepada Angola. Tapi, hanya untuk sepakbola karena Angola akan menjadi rumah selamanya. Meski kami berada di urutan keempat liga, saya adalah pencetak gol terbaik ketiga," ungkap Rivaldo.

Ternyata, kepergian Rivaldo bukan karena kegagalan menjuarai Liga Angola. Ada masalah finansial dan pengingkaran kontrak yang membuat mantan bintang Barcelona tersebut meninggalkan negeri bekas jajahan Portugis di pantai barat Afrika.

Kabuscorp diketahui menunggak gaji Rivaldo hingga USD750.000. Itu artinya sepanjang musim 2012, Rivaldo sama sekali tidak menerima gaji dari klubnya. Dia hanya mendapatkan fee, bonus, dan sejumlah fasilitas bintang 5, yang memang tercantum dalam klausul kontrak.

Usaha untuk menagih sudah dilakukan ketika Rivaldo meninggalkan Angola. Manajemen dan pemiliki klub berjanji akan melunasi gaji sebelum Rivaldo memasuki pesawat untuk kembali ke Brasil. Tapi, janji itu tidak ditepati sehingga sang pemain mengajukan gugatan hukum ke FIFA.

Keputusan FIFA akhirnya datang pada Mei 2018. Meski terlambat, otoritas tertinggi sepakbola dunia menginstruksikan Asosiasi Sepakbola Angola (FAF) untuk menghukum Kabuscorp pengurangan 6 poin di Girabola 2018. Dalam laporannya, disebutkan lebih lanjut bahwa klub dapat dilarang dari kompetisi resmi jika penggugat (Rivaldo) mengajukan keluhan baru.

Sialnya, masalah dengan Rivaldo bukan satu-satunya. Pada Juni tahun yang sama, FIFA kembali memutuskan Kabuscorp kehilangan 6 poin tambahan di liga karena membohongi TP Mazembe (RD Kongo) dalam kesepakatan transfer Tresor Mputu pada 2014.

Untuk musim 2019, Kabuscorp kembali mendapatkan masalah yang sama. FIFA memerintahkan FAF memotong 9 poin Kabuscorp karena gagal menangani klaim pembayaran gaji yang diajukan 6 pemain. Mereka tidak bisa mengikuti tenggat waktu 15 hari yang ditetapkan FAF.

Kasus pertama melibatkan Adawa Mokanga. Kasus kedua dengan sejumlah staf kepelatihan seperti Afonso Paxe Filho, Dombasi Joao, Kutama Shabani, dan Romeu Filemon (mantan pelatih kepala). Sedangkan kasus ketiga mengacu pada mantan dokter klub, Caetano Maria.

Pada Mei 2019, FAF kembali menerima surat dari FIFA yang memerintahkan Kabuscorp untuk didegradasi secara paksa. Tidak tanggung-tanggung, itu adalah 2 kali degradasi.

Hukuman pertama karena gagal memenuhi klaim pembayaran Rivaldo. Meski akhirnya dilunasi, Kabuscorp gagal membayar dalam tenggat waktu yang ditetapkan FAF dan FIFA. Sedangkan hukuman degradasi kedua kedua terkait perselisihan dengan Mazembe. Artinya, Kabuscorps turun ke Divisi II dan Divisi III, meski pada 2019 finish di peringkat 4 Divisi I.

Situasi Kabuscorp semakin sulit setelah kompetisi 2020 dihentikan terkait pandemi Covid-19. Liga kembali dilanjutkan dari awal pada 2021. Tapi, itu hanya untuk kompetisi kasta tertinggi. Untuk Divisi II dan Divisi III masih belum jelas.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network