Ini Alasannya, Klub Liga Champions dan Liga Eropa Gelar Laga Kandang Bukan di Kotanya

"Dua leg laga Borussia Moenchengladbach vs Manchester City digelar di Puskas Arena, Budapest."

Feature | 10 April 2021, 04:40
Ini Alasannya, Klub Liga Champions dan Liga Eropa Gelar Laga Kandang Bukan di Kotanya

Libero.id - Ada banyak penggemar sepakbola yang bertanya-tanya saat melihat sejumlah klub kesayangan di Liga Champions dan dan Liga Eropa menggelar laga kandang bukan di kota asalnya.

Sejak dua kompetisi utama besutan UEFA itu dimulai pada Oktober 2020, semua pertandingan memang disepakati tanpa kehadiran penonton di stadion. Suporter hanya diizinkan datang di beberapa negara yang sudah melonggarkan aturan pembatasan sosial maupun karantina wilayah.

Klub dari Austria seperti Red Bull Salzburg, Rusia (Lokomotiv Moscow, FC Krasnodar, Zenit Saint Petersburg), Ukraina (Dynamo Kiev, Shakhtar Donetsk), atau Hungaria (Ferencvaros) diizinkan dihadiri penonton hingga 30% dari kapasitas stadion plus penerapan protokol kesehatan ketat.

Hal yang sama terjadi di Liga Eropa. Klub-klub dari Bulgaria seperti CSKA Sofia dan Ludogorets Razgrad atau Kroasia (HNK Rijeka, Dinamo Zagreb) sempat diizinkan menggelar pertandingan dengan suporter di tribun. Bagi Liga Champions maupun Liga Eropa, semuanya berjalan lancar dan tidak ada masalah berarti terkait penyebaran Virus Corona.

Tapi, pemandangan berbeda tercipta di fase knock-out. Meski masih menggelar pertandingan tanpa penonton, ada sejumlah pemandangan aneh tercipta. Ada beberapa klub yang menggelar pertandingan kandang di luar negeri jauh dari kota asalnya.

Contohnya saat Borussia Moenchengladbach bertemu Manchester City pada babak 16 besar Liga Champions. Laga digelar di Puskas Arena, Budapest, 24 Februari 2021. Uniknya, leg kedua ketika The Citizens menjadi tuan rumah juga dilangsungkan di tempat yang sama.

Budapest juga menjadi penyelenggara pertandingan RB Leipzig dengan Liverpool. Sementara saat Atletico Madrid menjamu Chelsea, duel digelar di Arena Nationala, Bucharest. Ada lagi FC Porto yang menggelar laga kandang babak 16 besar melawan The Blues di Ramon Sanchez Pizjuan, Sevilla.

Hal yang tidak berbeda jauh juga tercipta di Liga Eropa. Sebut saja saat Wolfsberger menjamu Tottenham Hotspur di Budapest, Real Sociedad menjamu Manchester United di Turin, atau Benfica menjamu Arsenal di Roma. Semuanya di babak 32 besar. Ada lagi Molde menjamu Granada di Budapest pada babak 16 besar.

Uniknya, saat pertandingan-pertandingan Liga Champions dan Liga Eropa sudah memasuki perempat final, situasinya mulai normal. Tim-tim yang awalnya menjadi musafir, kini sudah mulai bisa menggelar pertandingan kandang di stadion asalnya.

Sebut saja Arsenal yang menjamu Slavia Praha di Emirates Stadium atau Granada yang menjamu MU di Estadio Los Carmenes. Begitu pula dengan Man City yang kedatangan Borussia Dortmund di Etihad Stadium. Hanya pertandingan (kandang-tandang) yang melibatkan Porto dengan Chelsea yang masih digelar di Sevilla.

Mengapa itu bisa terjadi? Ternyata, hal tersebut berkaitan dengan Covid-19. Itu untuk menyiasati regulasi pembatasan sosial dan perjalanan yang berbeda-beda di setiap negara Benua Biru.

Dalam regulasi pertandingan UEFA, tertulis jelas tentang "venue and country restrictions" (tempat pertandingan dan pembatasan negara). Jika ada larangan perjalanan terkait Covid-19 mencegah tim tamu memasuki negara tim tuan rumah atau kembali ke negara mereka sendiri, pertandingan dapat dimainkan di negara netral atau negara tim tamu yang memungkinkan.

Lalu, tim menolak untuk bermain atau dianggap bertanggung jawab atas pertandingan yang tidak berlangsung, mereka dianggap telah membatalkan pertandingan. Jika kedua tim menolak untuk bermain atau dianggap bertanggung jawab atas pertandingan yang tidak berlangsung, kedua tim didiskualifikasi.

UEFA menerbitkan daftar larangan perjalanan antarnegara seperti penutupan perbatasan dan persyaratan karantina. Dua hari sebelum pertandingan dan setelah berkonsultasi dengan asosiasi nasional masing-masing negara atau otoritas pemerintah setempat, klub menginformasikan secara tertulis kepada UEFA.

Jika klub gagal menginformasikan masalah itu dalam batas waktu 2X24 jam sebelum pertandingan dan berakibat pertandingan tidak dapat berlangsung, maka klub tersebut dianggap kalah (WO) 0-3.

Namun, jika pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah setempat terjadi setelah tenggat waktu yang diberikan, maka pertandingan akan ditunda dan UEFA akan melakukan penyelidikan. Jika kesalahan ada pada klub, maka pertandingan dibatalkan. Tapi, jika hal itu terkait otoritas negara, maka laga bisa dijadwal ulang.

Dalam kondisi seperti ini, klub-klub Inggris yang paling terdampak. Lantaran mutasi virus dengan registrasi B117, banyak negara di Eropa menutup perbatasannya. Mereka melarang orang-orang dari Inggris atau yang baru bepergian ke Inggris.

Beberapa negara tidak sepenuhnya melarang perjalanan dari dan ke Inggris. Tapi, mereka mewajibkan karantina 2 minggu. Kebijakan ini pernah diambil pemerintah Jerman beberapa waktu lalu.

Akibatnya, Bayern Muenchen sempat menolak melepaskan Robert Lewandowski membela Polandia melawan Inggris di Wembley dan David Alaba yang membela Austria menghadapi Skotlandia di Hampden Park pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa.

"Jika orang-orang yang kembali dari Inggris harus menjalani karantina, kami tidak akan mengizinkan Lewandowski pergi," ucap Direktur olahraga Bayern, Hasan Salihamidzic, saat itu kepada kantor berita Jerman Sport-Informations-Dienst.

Beruntung, Lewandowski tidak perlu benar-benar pergi ke London. Pasalnya, pada pertandingan sebelumnya, mantan pemain Borussia Dortmund itu mengalami cedera ligamen lutut kanan ketika Polandia bertemu Andorra. Dia harus absen lama, termasuk saat Bayern dikalahkan Paris Saint-Germain (PSG) 2-3.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network