Kisah Keajaiban Independiente del Valle di Kompetisi Amerika Latin

"Sebuah dongeng tim kecil tetapi berjaya di Copa Libertadores maupun Copa Sudamericana."

Feature | 22 April 2021, 14:20
Kisah Keajaiban Independiente del Valle di Kompetisi Amerika Latin

Libero.id - Salah satu yang akan hilang dari sepakbola jika Liga Super Eropa bergulir adalah munculnya kejutan tim kecil. Contohnya yang pernah dialami tim medioker asal Ekuador, Independiente del Valle, pada Copa Libertadores 2016 dan Copa Sudamericana 2019.

Kisah hebat Independiente dimulai pada 1 Maret 1958 ketika didirikan di Sangolqui. Itu sebuah kota kecil di pinggiran Quito. Pendirinya, seorang penggemar sepak bola lokal,  Jose Teran, bersama dengan sekelompok teman termasuk Jose Diaz, Jorge Atapuma, Negro Sanguano, Tomas Zaldumbide, dan Marino Guayasamín.

Pada 1977 atau dua tahun setelah kematian Teran, nama klub diubah menjadi Independiente Jose Teran sebagai bentuk penghormatan. Klub ini masih terdaftar di Federacion Ecuatoriana de Fútbol (FEF) sebagai Club Social y Deportivo Independiente Jose Teran. Tapi, untuk tujuan komersial, orang-orang sering menyebutnya sebagai Independiente del Valle.

Perjalanan Independiente tidak selalu mulus. Pada 2006, mereka harus terjun bebas ke Segunda Categoria (kasta ketiga). Pada 2007, mereka dibeli oleh pengusaha lokal, Michel Deller. Pembenahan dilakukan Deller. Mulai dari manajemen, staf teknis, hingga fasilitas penunjang klub.

Di bawah Deller, Independiente membangun fasilitas pelatihan dan akademi di perbukitan dekat Quito. Tempat itu menyediakan sekolah dan perawatan bagi anak laki-laki yang dipilih dari seluruh negeri.

Hasil pembinaan terbukti dengan keberhasilan Jefferson Montero bermain untuk Swansea City pada 2014-2020 setelah sebelumnya ditransfer ke Villarreal pada 2009. Yang terbaru, Moises Caicedo ditransfer ke Brighton and Hove Albion seharga 5,5 juta pounds pada Januari 2021.

Selain mendidik pemain jempolan, Independiente juga berjaya sebagai sebuah tim. Pada 2007, mereka promosi ke Serie B (kasta kedua) sebagai juara Segunda Categoria. Lalu, dua tahun setelah promosi, Independiente menjuarai Serie B untuk mendapatkan tiket ke Serie A (kasta tertinggi).

Sepak terjang Independiente di Serie A semakin menjadi. Layaknya Leicester City di Liga Premier, Independiente mengejutkan kompetisi kasta elite Ekuador. Mereka menjadi kuda hitam dengan mengalahkan banyak klub mapan di negara itu seperti Emelec, LDU Quito, hingga Barcelona de Guayaquil.

Puncaknya, pada 2013 ketika Independiente menjadi runner-up Serie A. Dengan 73 poin dari 44 pertandingan, Independiente berada di belakang sang juara, Emelec, yang mendapatkan 88 poin dari dua putaran yang dilaksanakan.

Tidak hanya berhenti di Ekuador. Performa membanggakan juga ditunjukkan Independiente di Amerika Selatan. Pada Copa Libertadores 2016, mereka lolos dari Grup 5 sebagai runner-up di belakang Atletico Mineiro (Brasil) dan di atas klub elite Chile, Colo-Colo, serta Melga (Peru).

Ditangani pelatih asal Uruguay, Pablo Repetto, Independiente melanjutkan penampilan positif dengan mengalahkan tim raksasa Argentina, River Plate, di babak 16 besar. Setelah menyingkirkan UNAM Pumas (Meksiko) di perempat final, Independiente kembali menghajar raksasa Negeri Tango. Kali ini Boca Juniors disingkirkan dari semifinal.

Sayang, pada pertandingan final. Independiente harus mengakui keunggulan Atletico Nacional Medellin dari Kolombia. Bermain imbang 1-1 pada laga pertama di kandang, mereka kalah 0-1 pada leg kedua tandang.

Apakah kejutan Independiente berhenti setelah final Copa Libertadores? Ternyata tidak! Pada 2019, kejutan yang lebih menggemparkan mereka kerjakan di Copa Sudamericana.

Dengan pelatih asal Spanyol berusia 34 tahun yang tidak diketahui prestasi sebelumnya, Miguel Angel Ramirez, Independiente mengalahkan tim besar Argentina, Independiente, pada perempat final. Lalu, klub elite Brasil, Corinthians, mereka singkirkan di semifinal.

Pada pertandingan puncak, Independiente bertemu klub dari Negeri Tango lainnya, Colon de Santa Fe. Bermain di tempat netral Estadio General Pablo Rojas, Asunción, Paraguay, Independiente unggul 3-1.

Kemenangan Independiente dirayakan seluruh Ekuador. Pasalnya, itulah untuk kali pertama ada tim dari negara mereka yang berpesta di kompetisi antarklub Amerika Selatan sejak LDU Quito pada 2009. Bahkan, Independiente dan LDU menjadi dua klub Ekuador yang pernah berjaya di ajang regional besutan CONMEBOL.

"Kami hanya pantas mendapatkannya. Menurut saya kami adalah tim terbaik di Copa Sudamericana. Hari ini kami memberikan demonstrasi sepakbola di sini," kata gelandang Independiente, Cristian Pellerano, saat itu kepada El Universo.

Musim ini, Independiente mencoba membuat sesuatu yang membanggakan lagi di kompetisi Amerika Latin. Mereka tampil di fase utama Copa Libertadores setelah menyingkirkan Gremio Porto Alegre di Kualifikasi III.

Pada fase grup, Independiente tergabung bersama Club Universitario dari Peru dan dua juara kompetisi musim lalu. Mereka adalah juara Copa Libertadores asal Brasil, Palmeiras, dan juara Copa Sudamericana sekaligus Recopa Sudamericana, Defensa y Justicia, dari Argentina. Laga pertama mereka melawan Defensa di Quito, Kamis (22/4/2021) pagi WIB.

"Kami sepenuhnya sadar grup ini dihuni dua juara bertahan kompetisi Amerika Latin. Tapi, keindahan sepakbola adalah tentang kejutan. Kami akan melakukannya," ucap Pelatih Independiente, Renato Paiva, dilansir El Comercio.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network