Kisah Ryan Mason, Pelatih Tottenham Punya 14 Pelat Logam di Tengkoraknya

"Itulah yang membuat dia bisa menjadi pelatih pada usia 29 tahun."

Biografi | 23 April 2021, 05:59
Kisah Ryan Mason, Pelatih Tottenham Punya 14 Pelat Logam di Tengkoraknya

Libero.id - Ryan Mason baru saja membuat langkah gemilang sebagai pelatih sementara Tottenham Hotspur ketika mengalahkan Southampton 2-1. Tapi, tahukah anda bahwa pria berusia 29 tahun itu menjadi pelatih karena terpaksa setelah cedera akibat bertabrakan dengan Gary Cahill pada 22 Januari 2017.

Lahir di London, 13 Juni 1991, Ryan Glen Mason bergabung dengan Akademi Tottenham pada usia 8 tahun. Setelah belajar di tingkat remaja dan junior, dia menandatangani kontrak profesional pada Agustus 2008.

Sebagai gelandang, Mason mendapatkan kesempatan menjalani debut di tim utama Tottenham pada fase grup Piala UEFA 2008/2009 melawan tim Belanda, NEC Nijmegen, pada 27 November 2008. Dia datang sebagai pemain pengganti pada additional time babak kedua untuk David Bentley dalam kemenangan 1-0.

Meski tampil di skuad utama, status Mason masih pemain tim cadangan (U-23). Selama musim 2008/2009, dia justru menduduki puncak klasemen pencetak gol terbanyak tim cadangan dengan 29 gol dalam 31 pertandingan. Dia juga membantu Spurs U-23 menjadi runner-up di Premier League Academy (sekarang Development League).

Sayangnya bakat Mason disia-siakan para pelatih Tottenham. Akibat persaingan yang ketat, dia harus rela dipinjamkan ke sejumlah klub kasta bawah maupun luar Inggris. Contohnya, Yeovil Town, Doncaster Rovers, Millwall, Lorient (Prancis), hingga Swindon Town.

Bosan sebagai pemain pinjaman, Mason dibeli Hull City pada 30 Agustus 2016, Biayanya, 13 juta pounds. Itu sebuah rekor klub pada masa tersebut. Kedatangan Mason ke markas The Tigers disambut meriah para pendukung yang optimisme dengan masa depan tim.

Mason melakukan debut saat tandang ke Burnley. Dia masuk lapangan dari bangku cadangan untuk menggantikan David Meyler setelah pertarungan berlangsung 73 menit. Dia mencetak gol pertama untuk Hull dalam kemenangan 2-1 atas Stoke City di Piala Liga, 21 September 2016.

Namun, kegemilangan Mason bersama Hull hanya bertahan 16 pertandingan dengan sumbangan 2 gol. Itu karena pada 22 Januari 2017, dalam pertandingan Liga Premier melawan Chelsea di Stamford Bridge, Mason menderita retak di tengkorak. Dia kolaps setelah benturan kepala dengan Cahill.

Di hari kejadian, Chelsea sedang mendapatkan sepak pojok dari sisi kiri pertahanan Hull. Bola diumpan lambung ke area penalti. Mason berjaga dan mencoba menyambut bola. Di saat yang sama, Cahill juga meraih bola udara. Dalam 50:50, kedua pemain berbenturan kepala di udara. Mason tergeletak. Begitu juga Cahill.

Para pemain Chelsea dan Hull segera memanggil tim medis ketika menyadari Cahill serta Mason tergeletak di rumput. Pertolongan pertama segera dilakukan. Beruntung, Cahill bisa bangun, berjalan keluar dengan terpincang-pincang, dan melanjutkan pertandingan.

Sebaliknya, kondisi Mason sangat parah. Dia tetap tidak bisa bangun, meski sepenuhnya sadar. Mason ditandu keluar lapangan dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan lebih lanjut. Tim medis memutuskan Mason harus menjalani operasi untuk membuat tengkoraknya pulih.

"Saya memiliki 14 pelat logam di tengkorak saya, dengan 28 sekrup menahannya di tempatnya, dan 45 staples. Saya adalah anak yang beruntung," ujar Mason setelah sembuh, dilansir Four Four Two.

Mason menjalani operasi yang sukses. Tapi, sepanjang sisa musim 2016/2017, dia masih harus menjalani proses rehabilitasi dalam upaya untuk kembali bermain. Tim medis, Mason sendiri, kekasih, keluarga, serta orang-orang terdekat memberi dukungan total. Mereka terus memotivasi Mason agar bersemangat untuk segera kembali ke lapangan.

Tapi, setelah menjalani proses selama setahun, tim medis sampai pada kesimpulan bahwa terlalu berisiko jika Mason kembali bermain sepakbola. Kembali bermain berarti Mason tidak akan bisa menghindari terjadinya benturan kepala, baik heading atau tabrakan seperti yang terjadi dengan Cahill.

Setelah melalui berbagai masukan, diskusi, dan pertimbangan matang dari berbagai pihak, pada 13 Februari 2018, Mason memutuskan pensiun dini. Dia gantung sepatu dalam usia yang belum genap 27 tahun.

"Hancur mendengar berita hari ini dari Ryan. Bersaing mendapatkan sepak pojok telah kami lakukan ribuan kali dan melihat konsekuensi tersebut bagi seorang profesional top seperti Ryan adalah memilukan. Mengirimkan semua cintaku padanya dan keluarganya, dan mendoakan yang terbaik untuknya di masa depan," tulis Cahill saat itu di Twitter.

Segera setelah keputusan diambil, Mauricio Pochettino, yang ketika itu masih menukangi Tottenham, memanggil Mason. Pada April 2018, pria Argentina itu mempekerjakan Mason sebagai salah satu staf pelatih Tottenham.

"Itu adalah berita yang sangat menyedihkan. Tapi dia membuka pintu untuk masa depannya bersama keluarganya. Dia berusia 26 tahun, tapi otaknya luar biasa. Dia orang yang luar biasa. Dia akan menjadi orang yang sangat sukses dalam sepakbola dalam segala hal yang ingin dia lakukan," ujar Pochettino, dikutip The Guardian.

"Dia adalah dan akan menjadi istimewa bagi saya karena mewakili perubahan dalam semua proses ketika kami tiba di Tottenham. Bagi saya, Ryan adalah pemain yang akan selalu spesial. Pintu terbuka bagi saya untuk membantunya karena kami mencintainya, Rachel (istrinya), George (anaknya), dan seluruh keluarganya. Jangan khawatir Ryan, kamu akan sukses di luar lapangan," tambah Pochettino.

Karier Mason berlanjut, meski Pochettino tidak lagi melatih. Setelah menjalani kursus kepelatihan FA dan UEFA. Pada Juli 2019, Mason melatih Tottenham U-19 yang tampil di UEFA Youth League. Kemudian, dia menjadi kepala pengembangan pemain (bertanggung jawab pada U-17 hingga U-23) pada Agustus 2020.

Puncak karier Mason di Tottenham terjadi awal pekan ini ketika Jose Mourinho dipecat. Dia ditunjuk sebagai pelatih sementara hingga akhir musim. Pada usia 29 tahun, Mason menjadi orang termuda yang pernah memimpin tim Liga Premier.

"Mereka (pemain Tottenham) profesional. Saya di sini untuk membantu mereka dan membimbing mereka, serta memberi mereka semua yang mereka butuhkan sehingga mereka bisa pergi ke lapangan dan merasa nyaman dan percaya diri saat bermain sepakbola," kata Mason, dilansir Football London.

"Tidak akan ada olok-olok antara saya dan para pemain. Mereka adalah teman saya, tentu saja. Tapi, sudah ada hubungan kerja profesional dan saya yakin mereka menghormati itu semua," pungkas Mason.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network