Tragis! Kisah Rep Ceko Jadi Korban Aturan Gol Coba-coba di Dua Piala Eropa

"Tidak ada negara peserta Piala Eropa yang mengalami nasib paling sial seperti Republik Ceko. Dua kali mimpi juara menguap."

Feature | 22 May 2021, 19:50
Tragis! Kisah Rep Ceko Jadi Korban Aturan Gol Coba-coba di Dua Piala Eropa

Libero.id - Tidak ada negara peserta Piala Eropa yang mengalami nasib paling sial seperti Republik Ceko. Dua kali mimpi menjadi juara harus menguap karena dua regulasi eksperimen yang kini telah dihapuskan, yaitu golden goal dan silver goal. 

Pada dekade 1990-an hingga 2000-an, FIFA dan UEFA terus mencari format terbaik untuk mencegah tim tampil ultradefensif saat pertandingan memasuki babak perpanjang waktu. Mereka berpikir cara paling tepat agar para pemain tampil menyerang untuk mencetak gol. Maka, munculnya regulasi "golden goal".

Format ini sebenarnya sudah digunakan di Liga Sepakbola Profesional Amerika Utara (NASL) pada awal tahun 1970-an. Lalu, pada 1993 bersamaan dengan perubahan aturan, FIFA memperkenalkan istilah alternatif, "sudden death", yang mengacu pada golden goal.

Dalam kompetisi sistem gugur, setelah seri, dua periode waktu tambahan 15 menit dimainkan. Jika salah satu tim mencetak gol selama waktu tambahan itu, permainan akan segera berakhir dan tim yang mencetak gol menjadi pemenangnya. Gol kemenangan dikenal sebagai "gol emas".

Kejuaraan Eropa pertama yang dimainkan dengan aturan itu adalah Euro 1996. Sementara Piala Dunia pertama yang dimainkan dengan aturan itu adalah Piala Dunia 1998.

Karena dianggap kejam dan tidak memberi hak kepada tim lawan untuk menyamakan kedudukan, FIFA menghapus aturan golden goal dan kembali ke format awal extra time 30 menit. Apalagi, faktanya justru itu bermain lebih defensif dari yang pernah dibayangkan sebelumnya.

Tapi, bukan berarti permintaan FIFA dituruti UEFA. Pada 2002, UEFA memperkenalkan aturan baru, silver goal. Dalam waktu tambahan, tim yang memimpin setelah babak pertama lima belas menit akan menang. Permainan tidak akan berhenti lagi saat tim mencetak gol. Jadi, tim yang menderita silver goal masih memiliki waktu untuk mencetak gol di babak tersebut.

Sama seperti golden goal, silver goal juga tidak bertahan lama. Keberatan dari para pemain, klub, hingga asosiasi negara anggota membuat nasib silver goal sama dengan golden goal.

Masalahnya, berdasarkan dua regulasi coba-coba itu, terdapat banyak tim yang menjadi korban. Salah satu yang paling tragis adalah Ceko. Mereka harus kehilangan kesempatan menjuarai dua edisi Piala Eropa setelah menderita golden goal di final dan silver goal di semifinal.


1. Final Euro 1996

Pada 30 Juni 1996 di Wembley, final Euro 1996 digelar. Pertandingan tersebut menampilkan favorit turnamen, Jerman, yang menyingkirkan tuan rumah Inggris di semifinal. Mereka bertemu Ceko, yang mengalahkan Prancis di semifinal. Ini adalah Kejuaraan Eropa pertama Ceko sejak pecahnya Cekoslowakia tiga tahun sebelumnya.

Kedua tim lolos ke babak gugur dari Grup C, dengan Jerman menang 2-0 di pertemuan tim sebelumnya. Pertandingan tersebut juga dianggap sebagai pertandingan ulang final Euro 1976. Ketika itu, Cekoslowakia mengalahkan Jerman Barat melalui adu penalti.

Pertandingan sebenarnya berlangsung menarik dan ketat sejak kick-off. Patrik Berger membuka keunggulan Ceko menit 59 lewat eksekusi penalti. Tapi, Oliver Bierhoff menyamakan skor menit 73. Tanpa ada gol hingga menit 90, pertandingan dilanjutkan ke extra time.

Malapetaka akhirnya datang di babak perpanjangan waktu. Baru berjalan 5 menit, Bierhoff langsung menjebol jala Petr Kouba. Itu gol emas pertama dalam sejarah final Piala Eropa. Gol itu membawa Jerman merayakannya dengan gila-gilaan. Sebaliknya, Ceko harus menangis. Mereka merasa dirampok oleh peraturan.


2. Semifinal Euro 2004

Bagaimana mungkin tim yang hanya bisa bertahan dan mengandalkan serangan balik tiba-tiba memenangkan pertandingan tanpa memberi kesempatan lawan untuk mencetak gol balasan. Itulah yang terjadi pada 1 Juli 2004 saat Yunani mengalahkan Ceko 1-0 pada semifinal Euro 2004.

Dengan penampilan impresif selama fase grup, tentu saja Ceko diunggulkan mengalahkan Yunani. Diperkuat pemain-pemain legendaris seperti Milan Baros, Pavel Nedved, Tomas Galasek, Karel Poborsky, Tomas Rosicky, Jan Koller, hingga Petr Cech, Ceko tak terkalahkan di Grup D. Mereka mengalahkan Latvia, Belanda, dan Jerman.

Ketika memasuki perempat final, mesin Ceko tetap panas. Bertemu Denmark, mereka berpesta tiga gol tanpa balas dengan Baros memproduksi 2 gol dan Koller 1 gol. Baros pada akhirnya menjadi topskor turnamen dengan 5 gol.

Tapi, semuanya berubah di semifinal. Ceko tetap menyerang pertahanan Yunani selama 90 menit. Mereka memiliki banyak peluang mencetak gol, yang mentah di gawang, melebar, atau ditangkap Antonios Nikopolidis. Laga berlanjut ke babak perpanjangan waktu.

Tiba-tiba, pada menit 105+1, terjadi tendangan sudut Yunani. Vasilis Tsiartas mengambil bola itu dan mengirim umpan lambung ke area penalti Ceko. Bola itu ternyata tepat mengenai kepala Traianos Dellas. Sundulan dekat tiang itu membuat Ceko menangis karena setelah itu babak pertama extra time berakhir. Tragis!

"Silver goal memberi pertandingan yang jauh lebih adil untuk mengakhiri dan menyebabkan beberapa momen paling dramatis di pertandingan. Dengan gol emas, ada masalah seputar keamanan stadion dan masalah tertentu dalam hal tekanan tambahan yang sangat besar pada wasit," kata Direktur Komunikasi UEFA, Mike Lee, saat itu.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network