George Weah Pemain Bola Pertama yang Jadi Presiden, Lulus SMA Usia 40 Tahun

"Keluarganya berasal dari kawasan termiskin Liberia."

Feature | 23 January 2020, 06:30
George Weah Pemain Bola Pertama yang Jadi Presiden, Lulus SMA Usia 40 Tahun

Libero.id - George Weah, bekas pemenang FIFA World Player of the Year pada tahun 1995 menciptakan sejarah setelah memenangi pemilihan presiden di Liberia. Dia dilantik sebagai Presiden Liberia pada 2017.

Dengan kemenangannya dalam pilpres ini, Weah menjadi pemain bola pertama yang menjadi kepala negara setelah gantung sepatu.

Weah memenangi pilpres putaran kedua untuk diangkat oleh rakyat Liberia menggantikan mantan Presiden, Ellen Johnson Sirleaf, seorang lulusan ekonomi dari Havard dan pemenang Hadiah Nobel 2011.

Pilpres putaran kedua ini dijalankan setelah Weah, yang turut menang dalam putaran pertama, tidak mencapai suara minimal 50%. Menurut sumber media di Liberia, Weah memperoleh suara sekitar 80 persen pada putaran kedua.

Weah yang mewakili Congress for Democratic Change (CDC) mengalahkan pesaingnya, Joseph Boakai, calon berusia 73 tahun dari Unity Party (UP) yang menjabat wapres Liberia sejak 12 tahun lalu.

Weah adalah satu-satunya pemain di dunia yang pernah memenangi anugerah pemain terbaik Afrika, Eropa dan Dunia pada musim yang sama. Dalam penganugerahan FIFA World Player of the Year 1995, Weah menyerahkan trofi tersebut kepada Arsene Wenger sebagai simbolik untuk mengenang jasanya.

Weah hanya berkesempatan memperoleh ijazah sekolah menengah pada tahun 2006 – pada usia 40 tahun dan 3 tahun setelah gantung sepatu. Dia mendapat gelar sarjana dari Universitas DeVry Florida pada tahun 2011 dan master di universitas sama pada 2013.

Salah satu yang paling diingat dari Weah adalah gol dengan berlari sepanjang lapangan saat membela AC Milan lawan Verona tahun 1996.

AWAL KARIR

Weah mengasah bakatnya di sekitar Monrovia, ibu kota negara Liberia. Keluarganya berasal dari kawasan termiskin negara tersebut.

Weah memulai karier sepak bola pada 1985 di Mighty Barolle sebelum Invincible Eleven, Africa Sports dan Tonnere Yaounde di Afrika sebelum berhijrah ke Monaco, Paris Saint-Germain, AC Milan, Chelsea, Manchester City, Marseille dan akhirnya di Al Jazira, UEA. Dia gantung sepatu pada 2003.

Arsene Wenger adalah sosok yang membawa dia ke Eropa bersama Monaco. Menurut the Guardian, Weah menganggap Wenger sebagai ayah.

“Ketika saya pindah ke Monte Carlo [untuk bermain untuk Monaco] saya tidak bermain untuk enam bulan pertama saja. Tetapi saya bertekad menunjukkan bakat saya, untuk membuktikan kepada mereka di kampung, bahwa kedatangan saya ke Eropa bukan buang waktu, bahwa saya seorang pemain yang bagus,” ujar Weah.

“Dia [Wenger] adalah ayah dan menganggap saya sebagai anaknya.”

“Satu hari, saya agak capek berlatih dan memberitahunya saya sakit kepala. Dia berkata kepada saya: ‘George, saya tahu ini sulit tetapi kamu harus bekerja keras. Saya percaya dengan bakat anda, anda akan menjadi pemain terbaik di dunia.’ Jadi saya dengar dan meneruskan latihan. Selain Tuhan, saya rasa tanpa Arsene, tidak mungkin saya berjaya di Eropa.”

Dia dikecam karena tidak mempunyai pendidikan berbanding Sirleaf yang belajar di Harvard dan pernah bekerja di PBB, Bank Dunia dan Citibank. Weah pada mulanya mengaku mempunyai ijazah sarjana muda dari Parkwood University London tetapi ini merupakan ijazah palsu.

Dia kemudian menamatkan SMA pada usia 40 tahun sebelum lulus ijazah sarjana muda di DeVry University Amerika Serikat.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network