Semua Anak di Afrika Ingin Seperti Sadio Mane

"Bangun rumah sakit karena terinsipirasi kesulitan mendiang sang ayah."

Feature | 13 June 2021, 14:36
Semua Anak di Afrika Ingin Seperti Sadio Mane

Libero.id - Bayangkan jika Anda seorang yang sangat kaya. Kira-kira mau dikemanakan uang yang Anda miliki?

Kalau boleh sekedar saran, alangkah baiknya dipergunakan untuk membantu mereka yang tengah membutuhkan.

Seperti halnya yang dilakukan pemain depan Liverpool, Sadio Mane. Dia telah menyumbangkan hampir setengah juta poundsterling (Rp 10 miliar) untuk pembangunan rumah sakit di kota kelahirannya, Bambali, Senegal.

Desa terpencil di Senagal itu belum pernah memiliki fasilitas medis. Dan, Mane pernah punya kisah pedih, di mana ayahnya meninggal ketika dia berusia tujuh tahun. Mendiang ayahnya tidak dapat mencapai rumah sakit tepat waktu untuk dirawat karena keluhan perut.

Di tempat yang sama, pesepakbola berusia 29 tahun itu juga telah menyumbangkan 250.000 poundsterling (Rp 5 miliar) untuk membangun sebuah sekolah. 

Dalam kesempatan itu, Mane bertemu dengan Presiden Senegal, Macky Sall, untuk secara resmi memberikan dua fasilitas publik itu kepada negara bagian.

Rumah sakit yang Mane dirikan akan memiliki departemen A&E, perawatan bersalin, fasilitas gigi, dan ruang konsultasi.

Mane sebelumnya pernah berbicara tentang kematian ayahnya saat rilis film dokumenter, Made in Senegal. "Dia sempat sakit perut, tapi karena tidak ada rumah sakit, kami mencoba pengobatan tradisional," kata Mane, seperti dilansir Sportbible.com.

"Mereka membawanya ke desa dan dia meninggal di sana dan tidak ada cara untuk membawanya pulang. Mereka memilih untuk menguburnya di sana."

Tragedi seperti inilah yang diharapkan dapat dicegah. Pembangunan rumah sakit yang digagas Mane diharapkan dapat mencegah hal-hal buruk seperti mendiang ayahnya.

Mane memang ingin berkontribusi membangun kampung halamannya, apalagi desa itu merupakan tempat pertama kali Mane bermain sepakbola menggunakan batu atau jeruk. Mantan pemain Southampton itu tumbuh di desa terpencil, tak seperti Ibu Kota Senegal, Dakar.

Karena itu, Mane sempat ditertawakan banyak orang ketika mengungkapkan mimpinya sebagai pesepakbola profesional. Mereka menganggap mimpi itu sangat aneh.

"Orang-orang menganggap saya tidak normal," kata Mane. "Ketika saya memberi tahu ibu tentang keinginan saya menjadi pesepakbola, dia mengira saya gila. Baginya itu adalah mimpi anak kecil."

Mane terpaksa melarikan diri dari rumah pada satu titik untuk memenuhi mimpinya itu. Dan, usaha tak mengkhianati hasil. Mane kemudian menjadi salah satu pemain terbaik dunia, memenangkan gelar Pemain Terbaik Afrika pada 2019 dan menjadi pemain penting bagi kemenangan Liverpool di Liga Champions dan Liga Premier.

“Saya berjuang untuk menggambarkan betapa bangga dan termotivasinya saya ketika saya kembali ke rumah,” kata Mane. "Karena semua orang ini menunjukkan cinta kepada saya dan mereka sangat senang melihat saya di level ini (dalam sepak bola) ... Ini luar biasa untuk diri saya sendiri."

Dengan dibangunnya sekolah dan dibukanya rumah sakit bulan ini, Mane akan jadi sumber inspirasi bagi anak-anak kecil di kampungnya untuk bermimpi setinggi Mane.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network