Kisah Clément d'Antibes, Suporter Legendaris Prancis

"Ke stadion dengan ayam jago. Hadir di 8 Piala Dunia sejak 1982. Tapi, absen di Euro 2016 dan 2020. Mengapa?"

Feature | 19 June 2021, 23:12
Kisah Clément d'Antibes, Suporter Legendaris Prancis

Libero.id - Jika Spanyol punya Manolo el del Bombo, Prancis memiliki Clément d'Antibes. Keduanya sama-sama suporter veteran dan paling setia. Bedanya, Manolo membawa drum. Sedangkan Clément bersama ayam jago yang diberi nama Balthazar.

Memiliki nama asli Clément Tomaszewski, pria berusia 75 tahun itu sudah mendukung Les Bleus sejak 1982. Dia berkeliling 44 negara di 4 benua dengan lebih dari 300.000 kilometer selama hampir 40 tahun.

Semuanya dimulai pada 1980 ketika seorang teman menyeretnya ke Stade du Rey, Nice, untuk mendukung OGC Nice. Dengan cepat, Clément menjadi penggemar sepakbola yang fanatik dan gila. 

"Pada Mei 1982, ada seorang pria kecil, semuanya lemah, bernama Daniel Bravo (pemain Prancis). Dia telah terpilih untuk berpartisipasi di Spanyol (PIala Dunia). Sayangnya dia terluka. Dia hancur. Kami mengatakan kepadanya, 'dengarkan Daniel, jika kamu bisa jangan pergi ke Spanyol, kami akan pergi untukmu'. Begitulah," kenang Clément, disitus resmi FIFA.

Clément benar-benar pergi ke Negeri Matador. Di sini dia sedang dalam perjalanan ke Bilbao untuk menghadiri laga Inggris versus Prancis. "Ada atmosfer yang sangat menyenangkan dengan para penggemar Inggris. Mereka menyanyikan La Marseillaise (lagu kebangsaan Prancis) lebih baik dari saya. Saya terkena virus hari itu, dalam atmosfer yang luar biasa ini," tambah Clément.

Setelah pengalaman yang menyenengkan di Piala Dunia 1982, Clément bersumpah untuk terus hadir di stadion pada pertandingan-pertandingan Les Bleus. Kebetulan Euro 1984 digelar di Prancis. Kemudian, dia terbang ke Meksiko untuk menyaksikan Piala Dunia 1986. Dia tidak pergi ke Jerman karena Prancis tidak lolos Euro 1988.

Pada Piala Dunia 1990, Clément hadir di Italia, meski Prancis kembali absen. "Itu paradoks. Tapi, itu salah satu kenangan terindah saya. Tinggal di Antibes, pergi ke Genoa lebih mudah daripada ke Marseille!" ujar Clément. 

"Jadi, saya telah menjadwalkan seminggu berkemah dengan keluarga saya dan kami melihat dua pertandingan di Genoa, yaitu Kosta Rika melawan Swedia dan Skotlandia melawan Swedia. Kenangan terindah adalah saat kita bersama keluarga," tambah Clément.

Setelah melihat Prancis absen di tiga ajang besar (Euro 1988, Piala Dunia 1990, Piala Dunia 1994), Clément mencapai puncak kegembiraan pada 1998. Di kandang Prancis juara dan foto-foto Clément dengan Balthazar menghiasi halaman depan banyak media seluruh dunia.

Itu kembali terulang 2 tahun kemudian di Belanda-Belgia. Saat itu, Prancis sukses mengawinkan Piala Dunia 1998 dengan Euro 2000. Bagi Clément, kedua ajang itu tidak pernah bisa dilupakan.

"Pada 12 Juli 1998, Prancis vs Brasil (final Piala Dunia), saya bersama putra saya. Selama final Euro 2000, saya bersama istri saya. Saya yakin bahwa kami akan memenangkan final Jerman 2006 yang saya hadiri bersama putri saya. Tapi, kami gagal!" ungkap Clément.

Saat baik atau buruk, Clement selalu ada untuk Les Bleus. "Saya sebenarnya takut dengan pesawat. Tapi, gairah lebih kuat dari rasa takut! Dan, saya punya kekhawatiran lain: saya tidak bisa berbicara bahasa asing," ucap Clément.

"Tapi di sepakbola, semua orang berbicara bahasa yang sama. Para penggemar ada di sana untuk menyemangati tim dan berpesta. Tanpa permusuhan. Ada rasa saling menghormati. Saya bahkan menyaksikan pernikahan seorang Jerman yang bertemu di Stuttgart," beber Clément.

Selama menjadi suporter, Clément memiliki ribuan kenangan. Tapi, jika dia hanya menyimpan satu, itu akan menjadi semifinal Piala Dunia 1998 (Prancis vs Kroasia). "Itu pertama kalinya saya bisa masuk stadion dengan ayam saya Balthazar. Kemudian kami stres," ucap Clément.

"Itu terjadi ketika Davor Suker mencetak gol dan bersama putra saya, kami mengatakan pada diri sendiri bahwa kami masih akan melewatkan final Piala Dunia. Kemudian, Lilian Thuram menjadi penentu (kemenangan). Dari 274 pertandingan, itu adalah emosi terbesar saya," ungkap Clément.

Selain itu, ada emosi lain yang tak terlupakan. Itu terjadi pada 29 Februari 2012. "Itu tanggal ulang tahun saya. Saya di Hotel des Bleus dan terima kasih kepada Henri Emile. Hugo Lloris memanggil saya masuk aula. Sebagai kapten, dia memberi saya jersey yang ditandatangani oleh semua pemain dan semua staf tim. Itu luar biasa," kata Clément.

Apakah Clément pernah puas dengan petualangannya? "Saya menghitung, saya melakukan lebih dari 300.000 kilometer. Itu masih mengelilingi dunia berkali-kali!. Tapi, saya tidak tahu Qatar. Jadi itu akan membuat negara tambahan untuk dikunjungi. Mungkin saya akan pergi untuk satu atau dua pertandingan. Selama saya bisa berjalan, mengapa tidak?" tambah Clément.

Meski berkeliling dunia, Clément sempat kecewa karena tidak diizinkan membawa Balthazar masuk stadion selama Euro 2016. Padahal, itu turnamen di kandang. Jadi, dia memutuskan memboikot semua pertandingan. Hasilnya, Les Bleus dikalahkan Portugal di final.

Dia baru kembali membawa Balthazar ke stadion saat Piala Dunia 2018. Ajaibnya, pada turnamen di Rusia tersebut, Les Bleus menjadi juara dunia setelah mengalahkan Kroasia di final.

Bagaimana dengan Euro 2020? Dengan Prancis memainkan pertandingan di Budapest dan Muenchen, Clément memastikan absen. Itu bukan karena dia sudah pensiun, melainkan Covid-19. Sebagai orang yang sudah berusia lanjut, dia memang disarankan untuk menghindari kerumunan. 

Selain itu, pembatasan perjalanan dan kewajiban karantina di beberapa negara tuan rumah Euro 2020 diyakini Clément akan menyulitkan dirinya jika memaksa pergi. 

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network