Kisah Fabian Schaer, Pemain Newcastle Tersisa di Euro 2020

"Swiss bukan hanya Shaqiri, Xhaka, Saferovic, atau Sommer. Masih ada bek ada tengah Newcastle."

Biografi | 02 July 2021, 02:59
Kisah Fabian Schaer, Pemain Newcastle Tersisa di Euro 2020

Libero.id - Newcastle United hanya mengirimkan empat pemain ke Euro 2020. Mereka adalah Martin Dubravka dari Slovakia, Ryan Fraser (Skotlandia), Fabian Schaer (Swiss), dan Emil Krafth (Swedia). Semuanya punya hasil berbeda dengan Schaer yang bertahan dan akan memimpin Swiss melawan Spanyol di perempat final.

Selama ini, orang hanya menyoroti penampilan Granit Xhaka, Xherdan Shaqiri, Haris Saferovic, atau Yann Sommer ketika membicarakan Swiss. Padahal, The A-Team juga memiliki sejumlah pemain jempolan. Salah satunya, Schaer. 

Berpostur 188 cm, Schaer adalah bek tangguh. Tidak hanya untuk Newcastle, melainkan juga Swiss. Dia memainkan peran kunci dalam kebangkitan negaranya yang luar biasa dan akhirnya menang adu penalti atas juara Piala Dunia 2018, Prancis.

Saat itu, memasuki pertarungan di perpanjangan waktu, dia dimasukkan pada menit 97 demi menopang pertahanan Swiss sebelum melangkah dengan tenang untuk mencetak gol kedua dalam adu tendangan penalti.

"Ini pertama kalinya kami mencapai perempat final. Tentu saja saya bangga menjadi satu-satunya pemain Newcastle di perempat final. Saya pikir ini juga baik bagi klub dan fans kita (Newcastle). Saya adalah keluarga Newcastle dan saya berharap dukungan kalian (klub)," ujar Schaer dalam wawancara dengan situs resmi The Magpies.

Perjuangan Schaer di Euro 2020 penuh lika-liku. Awalnya, dia masuk starting line-up saat menahan gempuran Wales di laga pertama. Dia juga bermain sejak awal saat melawan Italia. Sayang, Swiss dibantai Gli Azzurri sehingga Schaer diparkir untuk pertarungan terakhir kontra Swiss. 

Di babak 16 besar, Schaer kembali duduk di bangku cadangan saat duel melawan Les Bleus dimulai. Tapi, setelah skor 3-3 tercipta di waktu Normal, Vladimir Petkovic segera memasukkan Schaer. Hasilnya, Prancis kesulitan mencetak gol kemenangan. Bahkan, di adu penalti Schaer sukses mengecoh Hugo Lloris.

"Itu adalah malam yang gila dan gila. Kita semua bisa bangga pada diri kita sendiri dan seluruh Swiss sangat bahagia. Mereka berada di belakang kita," ucap pemuda kelahiran Wil, 20 Desember 1991.

"Saya mendapat video yang dikirim, gambar yang dikirim, dari Swiss dan saya telah melihat semuanya. Sungguh gila apa artinya bagi seluruh negara. Mereka sangat mendukung kami dan melihat kegembiraan yang dimiliki semua orang setelah pertandingan, dan apa yang mereka lakukan, rasakan. Hal ini memberi anda banyak energi," ungkap Schaer.

"Sangat menyenangkan untuk dilihat dan kami dengan senang hati memberi mereka apa yang mereka inginkan. Ketika saya melihat video dan gambar ini, saya merinding. Ini gila," tambah mantan pemain FC Basel itu.

Berkat hasil itu, semua orang di St James' Park merayakan kemenangan Swiss, kecuali satu orang. Dia adalah Allan Saint-Maximin, yang mengatakan bahwa itu adalah "hari yang menyedihkan" bagi Prancis, sebelum menambahkan ucapan selamatnya kepada rekan klubnya Schaer.

"Saya juga mendapat beberapa pesan dari teman-teman (klub). Saya perlu sedikit waktu untuk mengirimi mereka semua pesan kembali, karena itu hari yang cukup sibuk!" kata Schaer.

"Senang mendengar dari pemain seperti Matt Ritchie, Andy Carroll, Dwight Gayle, Martin (Dubravka). Saya tidak tahu apakah semua orang menonton pertandingan. Tapi, saya pikir semua orang bisa melihat apa yang terjadi, terutama melawan juara dunia, melawan Prancis yang merupakan tim besar," beber Schaer.

Sejauh ini, Schaer adalah salah satu dari empat pemain Newcastle yang tersisa. Dubravka dan Fraser sama-sama tersingkir di babak penyisihan grup. Sementara gol Ukraina menit-menit terakhir mengagalkan Krafth ke perempat final.

"Saya sedih untuk Emil, karena mereka kebobolan gol di menit 120. Tapi, itulah sepakbola, dan kami hanya memiliki sedikit keberuntungan dalam adu penalti," ucap pemain yang sempat membela Deportivo La Coruna itu.

"Hal terburuk adalah ketika anda berjalan dari garis tengah ke titik penalti. Butuh waktu lama. Tapi, saya pernah mengalami ini beberapa kali di masa lalu. Saya tahu ada banyak tekanan pada setiap pemain yang mengambil penalti. Tapi, anda hanya perlu fokus pada apa yang anda lakukan," tambah Schaer.

Swiss telah mencapai perempat final Piala Dunia, meski dengan format yang berbeda pada 1934, 1938, dan 1954. Jadi, melawan Spanyol di Saint Petersburg, Jumat (2/7/2021) malam WIB, akan menjadi sejarah. Apapun hasilnya.

"Kami memiliki peluang besar. Ya, tentu saja mencapai perempat final dan apa yang telah kami lakukan sejauh ini tidak dapat dipercaya. Tapi, sekarang kami berada di tahap turnamen ini. Anda ingin naik ke level berikutnya. Kami memiliki pertandingan besar lainnya, melawan salah satu tim terbesar. Dalam pertandingan, apa pun bisa terjadi," pungkas Schaer.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network