Inilah Beberapa Aturan Baru untuk Liga Premier 2021/2022

"Liga Premier akan meniru apa yang sudah dilakukan UEFA selama Euro 2020."

Analisis | 26 July 2021, 12:01
Inilah Beberapa Aturan Baru untuk Liga Premier 2021/2022

Libero.id - Ada beberapa perubahan peraturan Liga Premier musim depan yang diharapkan dapat meredam kontroversi. Salah satunya adalah penerapan "garis tebal" (thicker lines) dalam teknologi video bantu wasit (VAR).

Setelah dinilai sukses di Euro 2020, VAR dengan versi yang lebih canggih dan modern ini akan mulai digunakan FA di Liga Premier 2021/2022. Kehadiran VAR di Liga Premier diharapkan akan mempolerkan VAR secara global dan mulai diadaptasi secara masif oleh liga-liga lin di seluruh dunia.

Salah satu yang ditambahkan adalah bertambah tebalnya garis off side untuk menghindari perdebatan terkait anggota tubuh yang bisa dianggap berada "di depan pemain belakang lawan".

Kesepakatan untuk menggunakan garis yang lebih tebal dimulai sejak presentasi Direktur Professional Game Match Officials Limited (PGMOL), Mike Riley, kepada klub pada pertemuan umum tahunan mereka pada Juni 2021. PGMOL berharap perubahan itu akan memberikan manfaat kepada tim penyerang setelah klub-klub banyak mengeluhkan serangan mereka yang sering digagalkan VAR musim lalu.

Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB), yang juga merupakan dewan pembuat perarutan sepakbola tidak menentukan ketebalan garis maksimal tersebut secara sepihak. Mereka mendasarkannya berdasarkan regulasi permainan yang telah disepakati secara global.


Apakah aturan ini menjadi lebih baik?

Dunia sangat mengingat betapa kontroversialnya keputusan VAR. Bayangkan, jari tangan pemain yang dianggap telah melewati garis off side menyebabkan gol dianulir. Kasus seperti itu, menurut banyak penggemar, pemain, dan pakar, telah merusak permainan.


Masihkan VAR menjadi solusi ke depan?

Masih belum jelas seberapa tebal garis yang akan dibuat untuk menentukan batas maksimal yang akan dapat direkam oleh VAR. Atau, apakah Liga Premier akan mengikuti model Eredivisie, yang menilai jika garis off side merah dan biru bersinggungan, maka diputuskan off side.

Dalam hal ini, kata "lebih tebal" sebenarnya akan menyesatkan untuk perhitungan off side yang lebih baik.

Namun perhitungan robotik yang telah dikonfigurasi dengan penilaian akurat dari teknologi super komputer yang dimiliki VAR diharapkan akan meyakinkan pemirsa. Berdasarkan dari hasil pengembangan selama dua tahun VAR di Premier League, itu sangat cukup untuk menilai bahwa penggunaan VAR di lapangan efektif.

Di musim-musim sebelumnya, teknologi VAR cenderung menghadirkan kekacauan diantara fans. Sebab, VAR akan menangkap gambar pertandingan secara realtime lalu menunjukkannya kepada publik. Jadi, seringkali pendapat publik berbeda menafsirkan gambar yang direkam VAR tersebut.

Hal ini berbeda jika wasit yang memutuskan. Keputusan wasit cenderung langsung tanpa bukti klip video yang mengawalinya. Sehingga pertengkaran akan lebih sering melibatkan pemain dengan wasit saja di lapangan. Berbeda dengan adanya VAR, penonton secara realtime disuguhkan video kejadian yang bisa ditafsirkan secara beragam.


Akankah VAR Inggris digunakan seperti di Euro 2020?

Jika diamati lebih jauh, penggunaan VAR sebenarnya masih penuh dengan kontroversi. Mereka, yang berada di luar Inggris tidak terlalu senang dengan keputusan VAR, terutama bagi fans Denmark yang tidak terima dengan keputusan memberi tim penalti di perpanjangan waktu semifinal.

Harus diakui bahwa secara keseluruhan, penggunaan VAR di Euro 2020 terasa aneh. Tapi, dipaksakan dan dianggap telah berhasil, meski sebenarnya penilaian itu masih terlalu cepat.

Tapi, perlu dicatat bahwa, dibandingkan dengan pertandingan Liga Premier; UEFA jauh melibatkan wasit secara dominan dalam pertandingan. Fungsi VAR saat itu hanya khusus berfokus pada off side.

Seharusnya latihan perdana setiap tim dengan menggunakan VAR adalah sebuah keharusan. Itu untuk membiasakan setiap tim terhadap karakteristik penilaian VAR di pertandingan. Tapi, hal tersebut tidak dilakukan sehingga VAR lebih sering menimbulkan kontra dalam memutuskan perkara dalam pertanding lantaran banyak pihak yang belum mengenal teknologi baru tersebut.

Kasus VAR di Euro 2020 hanya dikeluhkan sebanyak 51 pertandingan. Itu ukuran sampel yang kecil dibandingkan dengan 380 pertandingan yang dimainkan selama satu musim Liga Premier.

Tentu saja, keputusan kontroversial di Euro 2020 adalah sesuatu yang tidak melibatkan Inggris secara individu, melainkan melibatkan negara lain seperti Skotlandia atau Wales. Mereka tidak diberikan waktu mengenal VAR yang sama dengan Inggris yang terbiasa menggunakan VAR dalam pertandingan Liga Premier.

Jadi, meski tingkat toleransi sedikit meningkat dengan garis off side yang dilaporkan akan disepakati menjadi lebih tebal, dan gambar akhir yang ditangkap VAR harus meyakinkan, kemungkinan keputusan akan memakan waktu lebih lama.


Ketiak dan off side

Klarifikasi singkat dari FIFA tentang di mana garis off side mulai dan berhenti. Mereka mengatakan bagian bawah ketiak sekarang diklasifikasikan sebagai bagian tubuh. Dan, off side akan diukur mulai dari bagian tersebut.


Perubahan aturan handball

Handball atau bola mengenai tangan yang tidak disengaja dalam kondisi kemelut untuk mencetak gol tidak akan lagi dianggap sebagai pelanggaran yang masuk kategori "handball".

Tapi, akan tetap merupakan pelanggaran jika handball yang tidak disengaja secara langsung menciptakan peluang untuk mencetak gol, atau menjadi gol.

Ada juga bahasa baru tentang bagaimana seorang pemain memposisikan tubuh mereka terutama bagian tangan "menjadi lebih melebar dengan tidak wajar". Dalam situasi tersebut, maka tetap dinilai handball.

"Seorang pemain dianggap telah membuat tubuhnya menjangkau area yang lebih luas (dengan tanganya) secara tidak wajar ketika posisi tangan/lengan mereka bukan merupakan konsekuensi dari gerakan normal, atau dapat dibenarkan oleh aturan. Gerakan tubuh pemain untuk situasi tertentu yang melibatkan tangan/lengan mereka dalam posisi yang masih normal, tapi pemain tersebut mengambil risiko tangan/lengannya terkena bola maka akan jatuh hukuman".

Artinya, regulasi handball tidak lagi menetapkan aturan bahwa posisi tertentu, atau apa pun selain siluet standar tubuh, yang dianggap "tidak wajar" termasuk kedalam handball.

Kedengarannya lebih membingungkan, bukan? Meski area abu-abu pasti akan tetap ada, apa yang harus dicapai adalah lebih banyak subjektivitas dari wasit tentang apa yang dianggap 'gerakan tubuh pemain untuk situasi tertentu' dan pengertian rumit tentang posisi tubuh menjadi lebih sulit untuk dimengerti. Sedangkan jelas semua orang memiliki tafsiran yang beragam terkait hal tersebut.

(muhammad alkautsar/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network