Mengapa Atlet Gigit Medali Saat Berpose di Podium? Ini Jawabannya

"Tradisi yang sudah berlangsung puluhan tahun itu kini dilarang di Olimpiade 2020."

Feature | 29 July 2021, 05:49
Mengapa Atlet Gigit Medali Saat Berpose di Podium? Ini Jawabannya

Libero.id - Panitia lokal Olimpiade 2020 Tokyo meminta para atlet untuk menghentikan tradisi mengigit medali saat berpose di podium. Alasannya,  demi kesehatan para peraih medali emas, perak, maupun perunggu.

Sudah menjadi pemandangan yang biasa di podium Olimpiade atau ajang-ajang lain sejenis, seperti SEA Games atau Asia Games ketika atlet pemenang, yang baru saja mendengar lagu kebangsaan dan melihat bendera negara dikibarkan tinggi, menggigit medali.

Meski terkesan sepele, ternyata banyak orang yang bertanya-tanya mengapa para atlet melakukannya. "Kami hanya ingin mengonfirmasi secara resmi bahwa medali #Tokyo2020 tidak dapat dimakan," tulis akun Twitter resmi Olimpiade 2020, @Tokyo2020, pada Minggu (25/7/2021).

"Medali kami terbuat dari bahan daur ulang dari perangkat elektronik yang disumbangkan oleh masyarakat Jepang. Jadi, anda tidak perlu menggigitnya. Tapi, kami tahu Anda masih akan menggigitnya," tambah pernyataan itu.

Dengan pernyataan itu, panitia ingin mengingatkan bahwa medali yang digigit dapat berdampak pada kesehatan para atlet. Pertama, itu adalah benda daur ulang. Kedua, berasal dari bahan-bahan elektronik yang mengandung zat berbahaya. Ketiga, mencegah penularan Virus Corona.


Asal mula atlet mengigit medali kemenangan

Jadi, dari mana tradisi unik ini berasal? Tidak ada yang tahu pasti. Tapi, ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, pada 1896, ketika Olimpiade modern dilakukan untuk pertama kalinya dan menggunakan medali sebagai simbol juara, para atlet sudah melakukannya.

Awalnya, perak menjadi simbol juara dan perunggu sebagai runner-up. Lalu, pada Olimpiade 1904 di Saint Louis, Amerika Serikat (AS), medali emas dikukuhkan sebagai simbol kemenangan.

Menurut sejumlah media Inggris dan AS, alasan mengigit medali berasal dari para pedagang emas di abad pertengahan. Menggigit emas dilakukan untuk mengetahui apakah itu emas asli atau sudah dicampur bahan lain. Jika emas asli, akan ada bekas gigitan karena konturnya lebih lembut dan lebih mudah dibentuk dibanding logam yang lain.

Seiring berjalannya waktu, para atlet mulai menggigit medali di podium. Apalagi, medali emas di Olimpiade  bukan murni dari emas 100%. Bahan pembuatannya adalah mengandung minimal enam gram emas dan 92,5% perak.

Kondisinya semakin memungkinan ketika muncul jurnalis-jurnalis foto dan ilmu fotografi yang berkembang. Bagi para fotografer atau kameraman, mengigit medali menimbulkan kesan bahagia dan kebanggaan. Dengan mengigit medali, orang tidak perlu membaca caption untuk bisa mengerti perasaan sang pemenang.

"Ini menjadi obsesi para fotografer. Saya pikir mereka melihatnya sebagai bidikan ikonik, sebagai sesuatu yang mungkin bisa Anda jual. Saya tidak berpikir itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukan oleh para atlet sendiri," kata Sejarawan Olimpiade, David Wallechinsky, kepada CNN.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network