Setelah Tevez, Neymar, dan Gnabry, Diallo Jadikan Olimpiade Batu Loncatannya

"Hanya dengan menyumbang emas untuk Pantai Gading, kariernya di MU terselamatkan."

Analisis | 29 July 2021, 18:52
Setelah Tevez, Neymar, dan Gnabry, Diallo Jadikan Olimpiade Batu Loncatannya

Libero.id - Kepindahan Jadon Sancho ke Old Trafford disambut dengan sorak-sorai. Dia diklaim hampir disukai oleh seluruh penggemar Setan Merah. Bahkan, di hari pengumuman resminya, Sancho sudah disambut dengan meriah oleh sebagian penggemar. Tapi, bagaimana pengaruhnya terhadap Amad Diallo?

Sancho telah membuat Bundesliga bersinar selama empat musim terakhir masa tugasnya bersama Borussia Dortmund. Performanya luar biasa. Sancho sukses mengoleksi 114 gol dalam 137 pertandingan.

Satu pertanyaan yang muncul dari kesepakatan itu adalah bagaimana Sancho akan berpartner dengan pemain lainnya di Old Trafford, terutama dengan Diallo? Ole Gunnar Solskjaer mengontrak pemain berusia 19 tahun itu dari Atalanta sebagai bintang masa depa. Tapi, dengan kedatangan Sancho, masa depan Diallo terlihat sedikit lebih suram.

Tentu saja pembelian pemain dengan mahar besar adalah sesuatu yang lumrah di sepakbola. Pasalnya, pemain bintang adalah aset klub dan Sancho memenuhi kriteria itu untuk diboyong dengan harga selangit.

Hanya saja persaingan akan semakin ketat di tubuh Setan Merah sekarang. Bagaimana Diallo bereaksi terhadap situasi ini akan menjadi jawaban penting untuk kelangsungan kariernya ke depan. Sancho bisa saja meredupkan cahayanya dalam waktu singkat. Tapi, opsi tetap bersinar masih tetap ada jika Diallo mau berupaya lebih untuk mengimbangi Sancho.


Olimpiade jadi panggung Diallo unjuk kehebatan

Diallo bisa dengan mudah menggunakan kedatangan Sancho yang akan datang sebagai alasan mengapa performanya menurun dan merajuk melalui pramusim. Tapi, dia melakukan yang sebaliknya. Dia menggunakan Olimpiade 2020 sebagai batu loncatan untuk menunjukkan kualitas terbaiknya.

Kebanyakan orang menilai sepakbola dalam Olimpiade adalah sesuatu yang tidak sebanding dengan kompetisi internasional lainnya. Tapi, harus diakui bahwa Olimpiade secara masif menyediakan tempat yang tempat sebagai batu loncatan untuk bakat baru yang mulai berkembang. 

Pada 2016, Serge Gnabry yang disingkirkan Arsenal membawa Jerman ke pertandingan medali emas dengan enam gol. Empat tahun sebelumnya, bintang andalan Santos, Neymar, memperkenalkan dirinya ke dunia bersama Brasil U-23. Sementara pada 2004, Carlos Tevez mencetak delapan gol untuk membantu Argentina memenangkan emas di bawah asuhan Marcelo Bielsa.

Sekarang, sepertinya giliran Diallo. Dalam pertandingan pembukaan menghadapi Arab Saudi, Pantai Gading unggul 2-1. Lalu, di pertandingan kedua melawan Brasil, skornya imbang tanpa gol. Terakhir, Pantai Gading menahan imbang Jerman 1-1 untuk lolos ke perempat final.

Kecepatan, ketahan fisik, dan kontrol bola Diallo dinilai akan sangat menguntungkan dalam membangun performa tim menjadi lebih baik. Tapi, itu adalah keahlian umum yang hampir dimiliki oleh banyak pemain di seluruh negeri. Bahkan di level yang lebih rendah dari Liga Premier. 

Yang akan menjadi pembeda adalah hasil di Jepang. Sesuai jadwal, Pantai Gading akan menghadapi Spanyol. Meski memiliki materi yang lebih baik, La Rojita belum terlalu solid di fase grup. Mereka nyaris gagal lolos ke perempat final setelah bekerja keras menghadapi Mesir, Australia, dan Argentina.

(muhammad alkautsar/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network