Manchester United menghadapi tantangan besar di luar lapangan seiring menurunnya performa di atas rumput hijau.
Ketika Ruben Amorim bergabung dengan Manchester United pada bulan November, banyak yang menganggap bahwa masalah terbesar ada pada para pemain. Kritik tentang kurangnya kualitas, kemalasan, dan motivasi yang rendah karena kontrak besar menjadi sorotan. Namun, seiring waktu, perhatian beralih kepada Amorim sendiri.
Amorim datang dengan reputasi sebagai salah satu manajer terpanas di Eropa, tetapi dalam tiga bulan, reputasinya merosot. Amorim tetap teguh pada filosofi taktiknya, meski skuad United kesulitan beradaptasi dengan sistem 3-4-3.
Masalah Komersial Manchester United
Di luar lapangan, Manchester United menghadapi ancaman penurunan pendapatan komersial. Kontrak sponsor yang dulunya mengalir deras kini mulai mengering. United, yang pernah menjadi daya tarik utama, kini kehilangan daya pikatnya di mata sponsor.
Dalam sepuluh tahun terakhir, sponsor dapat mempromosikan merek mereka bersama bintang global seperti Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney. Namun, kini hanya sedikit nama besar yang tersisa untuk menarik sponsor. Kehilangan tempat di Liga Champions juga berdampak pada status global United.
Di tengah semua ini, Amorim tetap fokus pada gambaran besar, berharap suatu hari memiliki pemain yang cocok dengan gaya permainannya. Namun, dengan hasil buruk di lapangan, tekanan untuk mengubah pendekatan semakin besar.
Amorim percaya bahwa dengan menambahkan pemain baru di lini tengah dan penyerang yang tajam, United dapat bertransisi ke gaya permainannya dengan lebih sukses. Fokusnya adalah pada pemain seperti Martin Zubimendi dan Angelo Stiller untuk memperkuat tim.
Dengan tantangan di lapangan dan di luar lapangan, Manchester United harus segera menemukan solusi untuk mengembalikan kejayaan mereka. Jika tidak, dampak dari kerugian komersial bisa lebih besar daripada kerugian di lapangan.