Inspiratif! Kisah Dua Atlet Lompat Tinggi Beda Bangsa Berbagi Emas Bersama

"Olimpiade bukan hanya menang-kalah, melainkan juga persaudaraan."

Feature | 03 August 2021, 14:07
Inspiratif! Kisah Dua Atlet Lompat Tinggi Beda Bangsa Berbagi Emas Bersama

Libero.id - Olimpiade adalah ajang olahraga paling bergengsi di dunia. Di sini, para atlet bukan hanya mencari kemenangan. Yang jauh lebih penting adalah persahabatan, persaudaraan, dan kemanusiaan. Contohnya ditunjukkan Mutaz Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi (Italia)

Momen langka yang sangat membanggakan dan menunjukkan semangat Olimpiade itu terjadi di lintasan atletik Tokyo Olympic Stadium, Minggu (1/8/2021). Kejadian itu ada di lompat tinggi putra.

Hari itu, 13 atlet terlibat dalam perlombaan final. Satu persatu atlet melombat dari 2,19 meter, 2,24 meter, 2,27 meter, 2,30 meter, 2,33 meter, 2,35 meter, hingga 2,37 meter. Semuanya bertumbangan kecuali Barshim dan Tamberi. Artinya, untuk menentukan pemenang, ketinggian mistar dinaikkan menjadi 2,39 meter.

Dengan ketinggian seperti itu, baik Barshim maupun Tamberi tidak mampu melewatinya. Mereka gagal dalam tiga kesempatan sehingga ofisial pertandingan harus menemukan solusi pemenangnya. Mereka memanggil kedua atlet dan diberi opsi untuk memilih sendiri ketinggian lompatan.

Ternyata, Barshim maupun Tamberi memiliki ide lain. "Bisakah kami memiliki dua emas?" ujar Barshim kepada ofisial pertandingan, dikutip The Guardian.

Ofisial pertandingan mengatakan itu mungkin saja (berdasarkan peraturan kompetisi). Barshim mengangguk dan Tamberi langsung menerima. Dia menampar tangan Barshim dan melompat ke pelukannya. Tamberi kemudian tersungkur dengan keras ke trek, berguling beberapa kali dan berteriak.

"Saya masih tidak percaya itu terjadi. Berbagi dengan seorang teman bahkan lebih indah. Sungguh ajaib," kata Tamberi.  Orang Italia yang karismatik itu terus merayakan, memberikan pelukan dan ciuman kepada orang-orang saat dia melompati lintasan.

Barshim, meski tidak sehebat saingannya, setuju bahwa kemenangan Olimpiade perlu dibagi. "Bagi saya, datang ke sini, saya tahu pasti bahwa untuk penampilan yang saya lakukan, saya pantas mendapatkan emas itu. Dia melakukan hal yang sama. Jadi, saya tahu dia pantas mendapatkan emas itu," kata Barshim.

Itu adalah tampilan sportivitas yang menyenangkan penonton Olimpiade di seluruh dunia. Reaksi di media sosial cepat, dengan beberapa menggambarkannya sebagai momen terbaik dari permainan.


Mengapa keduanya rela berbagai medali yang sama?

Meski banyak orang terkejut, fakta menunjukkan sebenarnya itu hal biasa bagi Barshim dan Tamberi. Keduanya berteman sejak lama. Mereka saling mengenal dari perlombaan yang sering diikuti bersama, meski berbeda bangsa dan bendera negara.

"Dia salah satu teman terbaik saya. Tidak hanya di trek, tapi di luar. Kita hampir selalu bersama. Semangat sejati, semangat olahragawan, datang ke sini dan menyampaikan pesan ini. Hargai apa yang sudah dia lakukan. Dia juga menghargai apa yang sudah saya lakukan. Ini luar biasa," kata Barshim.

Uniknya, mereka sebenarnya telah membicarakan situasi semacam ini sebelumnya. Hanya saja hal tersebut tidak terlalu detail. "Kami baru saja berkata, 'Bayangkan!' Dan, hari ini benar-benar terjadi," tambah Barshim.

Barshim adalah lambang keren dalam nuansa yang terus jatuh setelah melompat. Suatu kali, dia bahkan memukul mereka pergi setelah lompatan yang sukses. Mereka putus. "Saya punya setengah (medali). Sekarang, satu emas! Satu lagi untuk teman saya," ujar Barshim.

Selain berteman, mereka juga memiliki nasib yang hampir sama. Tamberi mengalami patah pergelangan kaki yang memaksanya keluar dari Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Ketika itu kakinya di gips. Di atas gips putih itu, pria berusia 29 tahun tersebut menuliskan "Road to Tokyo 2020”. Kemudian, dia mencoret "2020" menjadi "2021" setelah pandemi menyebabkan penundaan.

"Saya berkata kepada diri saya sendiri hari itu, 'Saya ingin kembali ke Tokyo dan saya ingin berjuang untuk medali emas'. Saya akan melakukannya," ucap Tamberi.

Barshim juga berjuang melawan cedera di tahun-tahun menjelang terbang ke Tokyo. Kemenangan itu menambah koleksi medali Olimpiade miliknya. Dia mendapatkan perak di Rio de Janeiro dan perunggu di London (Olimpiade 2012). "Ini di luar olahraga. Ini adalah pesan yang kami sampaikan kepada generasi muda," beber Barshim.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network