Ringkasan Berita
-
Hakan Sukur, legenda sepak bola Turki, kini hidup dalam pengasingan di AS setelah dituduh terlibat terorisme oleh pemerintah Erdogan.
-
Sukur, mantan idola sepak bola Turki, terpaksa meninggalkan tanah airnya dan menjalani hidup baru sebagai pengemudi Uber di Amerika Serikat.
-
Meski terasing, Sukur berharap bisa kembali ke Turki suatu hari nanti, sambil tetap aktif berbicara tentang situasi negaranya di YouTube.
Kisah Hakan Sukur, legenda sepak bola Turki yang kini hidup di pengasingan di AS sebagai pengemudi Uber.
Legenda Sepak Bola Turki yang Terasing
Hakan Sukur, pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk tim nasional Turki, kini hidup dalam pengasingan di Amerika Serikat. Mantan striker ini tidak lagi diizinkan memasuki tanah airnya setelah pemerintahan Recep Tayyip Erdogan menuduhnya terlibat dalam aktivitas terorisme. Sukur bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah dan berharap suatu hari bisa kembali ke negaranya.
Sukur dulunya adalah idola bagi rakyat Turki. Dengan kemampuan mencetak gol yang luar biasa, ia dicintai oleh para penggemar tim nasional Turki dan klub raksasa Super Lig, Galatasaray. Namun, setelah terlibat dalam politik, Sukur kini hidup di pengasingan di Amerika Serikat, jauh dari tanah air yang dicintainya.
Perjalanan Karir yang Gemilang
Karir sepak bola Sukur dimulai dengan cemerlang. Setelah tampil mengesankan bersama Sakaryaspor dan Bursaspor, ia menarik perhatian Galatasaray pada tahun 1992. Di musim pertamanya, Sukur mencetak 19 gol dalam 30 pertandingan, membawa timnya meraih gelar liga dan piala. Kesuksesannya berlanjut hingga ia menarik perhatian klub-klub Eropa.
Pada tahun 1995, Sukur pindah ke Torino di Serie A, menjadi pemain Turki kedua yang bermain di liga tersebut. Namun, ia kembali ke Galatasaray setelah gagal beradaptasi di Italia. Kembali di Galatasaray, Sukur mencetak 16 gol dan kemudian 38 gol pada musim 1996-97, menyamai rekor Metin Oktay untuk gol terbanyak dalam satu musim.
Kesuksesan terus mengalir, dan pada tahun 1999-00, Galatasaray mencetak sejarah dengan memenangkan Piala UEFA, mengalahkan Arsenal dalam adu penalti. Sukur menjadi ikon nasional, mencetak gol tercepat dalam sejarah Piala Dunia pada detik ke-11 melawan Korea Selatan pada tahun 2002.
Setelah pensiun pada tahun 2008, Sukur terjun ke dunia politik. Namun, ia menghadapi banyak rintangan di Turki, terutama setelah dikaitkan dengan gerakan Gulen. Pada tahun 2016, ia dituduh menghina Presiden Erdogan di Twitter, yang berujung pada pengasingannya di Amerika Serikat.
Di AS, Sukur memulai hidup baru dengan membuka kafe di California. Namun, karena berbagai masalah, ia beralih menjadi pengemudi Uber dan menjual buku. Sukur juga aktif di YouTube, berbicara tentang situasi di Turki dan kehidupannya di pengasingan.
Sukur tetap berharap suatu hari bisa kembali ke Turki. Ia mengatakan, "Ini adalah negara saya. Saya mencintai rakyat saya, meskipun pandangan mereka tentang saya dipengaruhi oleh media yang dikendalikan."
Di usia 50-an, Sukur masih hidup dalam pengasingan, jauh dari keluarga dan teman-temannya. Namun, ia tetap optimis dan berharap hukum akan kembali ditegakkan di Turki.
Newsletter : 📩 Dapatkan update terkini seputar dunia sepak bola langsung ke email kamu — gratis!