Kisah Piet de Visser, Talent Scout Terbaik Dunia, Penasehat Roman Abramovich

"Banyak pemain hebat masa lalu dan masa kini yang muncul berkat dirinya. Ini daftarnya."

Biografi | 26 August 2021, 06:03
Kisah Piet de Visser, Talent Scout Terbaik Dunia, Penasehat Roman Abramovich

Libero.id - Dijuluki dewanya pemandu bakat, Piet de Visser mendedikasikan hidupnya untuk sepakbola. Pria berusia 86 tahun yang kini bekerja untuk Roman Abramovich itu adalah sosok yang berjasa terhadap karier Ronaldo Luis Nazario de Lima, Ruud van Nistelrooy, David Luiz, hingga Kevin de Bruyne.

Setelah berkarier sebagai pemain De Zeeuwen, RCH, dan Zeeland Sport, De Visser pensiun dan menjadi pelatih. Pada 1957, dia memulai sebagai pelatih tim junior dan asisten pelatih Sparta Rotterdam.

Pada 1964, De Visser mengambil tugas pertamanya sebagai pelatih kepala di DFC dan menjadi juara Divisi II pada musim debutnya. Lalu, pada 1973, saat menjadi pelatih De Graafschap, dia dan klubnya (termasuk Guus Hiddink) promosi ke Eredivisie. Dia kemudian menjadi juara Eerste Divisie dengan NEC pada 1974/1975, dan pindah ke Molenbeek.

Tapi, akibat masalah jantung, De Visser pensiun pada 1993 saat di NAC Breda. Dia juga berjuang mengalahkan kanker dan menjalani lima operasi bypass di jantungnya. Segera setelah sembuh, De Visser kembali ke sepakbola. Dia beralih haluan dengan menjadi pemandu bakat yang mencari talenta pemain ke seluruh dunia.

Abramovich sangat terkesan dengan kemampuan De Visser dalam menemukan pemain sehingga  menyewa dirinya sebagai pencari bakat pribadinya. Menggunakan kode taktis yang hanya bisa dipahami oleh dia dan sekretarisnya, bagian dari rencana de Visser adalah menganalisis kemampuan pemain dalam lima tahap dengan cermat.

Dia mengukur keterampilan mereka, visi mereka, fisik mereka, mentalitas dan karakter mereka. Lalu, menandai mereka dengan sistem penilaian plus dan minus. Kemampuannya dalam melihat potensi pemain berarti De Visser telah menjadi penasihat pemain untuk the blues selama lebih dari satu dekade.

Faktanya, orang-orang seperti Arjen Robben, Alex, Thibaut Courtois tidak akan mungkin berada di London Barat jika bukan karena De Visser.

Selama petualangan menjadi talent scout profesional pertamanya di PSV Eindhoven, De Visser berhasil menguji metodenya. Dia berpengaruh besar dalam kedatangan Alex, Jefferson Farfan, hingga Heurelho Gomes. Dan, yang paling sukses adalah Ronaldo, sang fenomena.

Kisah hebat De Visser pernah ditampilkan dalam acara TV bertajuk The History of Football, yang ditayangkan di saluran History pada 2018. "Sepanjang hidup saya adalah sepak bola. Para pemain bagus menemukan diri mereka sendiri. Tapi, saya mengintai mereka," ujat De Visser, dikutip The Sun.

"Talent scout adalah pekerjaan yang sangat sulit. Itu ada dalam diri saya ketika saya masih kecil. Tapi, pemain membuat kariernya, bukan pencari bakat," tambah De Visser.

"Saya memiliki masalah dengan hati (jantung) saya. Ayah saya memilikinya dan dia meninggal sangat muda karena serangan jantung. Dokter berkata ada saat anda jatuh dan anda mati. Saya berhenti (melatih) dan saya pergi bepergian. Kemudian, saya melihat Ronaldo di St Brieux, di sebuah turnamen kecil. Dan, dengan gerakannya, saya mendapat kehidupan baru," ungkap De Visser.

Di sebuah turnamen di Prancis itulah De Visser pertama kali melihat potensi Ronaldo saat berusia 16 tahun. Dia kagum dengan kemampuan Legenda Brasil.

"Saya berkata, 'Hei' saya ingin menjadi pencari bakat untuk menemukan pemain seperti Ronaldo. Hei (Ronaldo) sangat fenomenal. Dia menguasai bola dalam pergerakan dan menggiring bola dalam pergerakan dan dia melewati pemain dengan kecepatan penuh dan keterampilan penuh," ungkap De Visser.

Ronaldo hanya satu contoh. Contoh lainnya adalah Ruud van Nistelrooy. Selama hari-hari awal bermain di klub kasta kedua Belanda,, FC Den Bosch, Van Nistelrooy baru berusia 17 tahun. Tiba-tiba dia menarik perhatian De Visser.

Namun, saat itu Ronaldo sedang memimpin lini depan PSV. Jadi, ketika de Visser pertama kali menyodorkan Van Nistelrooy, klub tidak merasa perlu mengontraknya. Mesin gol Belanda itu harus menunggu gilirannya. Dan, ketika Ronaldo pergi ke Barcelona, Van ​​Nistelrooy akhirnya bisa mengikuti jejaknya.

"Awalnya, mereka (PSV) tidak menginginkannya. Dia (Van Nistelrooy) tidak tahu, tapi saya pikir dia bisa menjadi pemain yang sangat hebat. Kami akhirnya membawanya ke PSV dan mereka menjualnya dengan sejumlah besar uang ke Manchester United," beber De Visser.

De Visser juga berbicara tentang kegembiraannya dalam mengamati De Bruyne. "Pemain terbaik yang pernah saya bina: Ronaldo, Neymar, David Luiz, dan Kevin (de Bruyne). De Bruyne datang dari tim muda ke tim utama. Dan dari sentuhan pertama bola, saya jatuh cinta padanya. Dia hanya ingin menang. Umpannya, visinya, kaki kiri atau kaki kanan tidak masalah. Dia hampir 10. Dan saya tidak pernah memberikan 10," ungkap De Visser.

"Saya melihat permainannya. Anda harus berkonsentrasi pada setiap aksi para pemain. Saya melihat mentalitasnya. Itulah sebabnya saya tidak hanya pergi ke pertandingan. Saya pergi ke pelatihan juga," kata De Visser tentang metodenya memantau bakat pemain. 

"Saya ingin mencium bau rumput. Saya melihat semua hal yang dilakukan pemain dengan baik dan salah. Saya suka sepakbola dan saya akan memberi tahu dunia bahwa saya suka sepakbola," tambah De Visser.

De Visser juga secara luar biasa menemukan David Luiz yang berusia 20 tahun saat bermain di kasta ketiga Brasil, Vitoria. "Dari Piet saya belajar arti sebenarnya dari kasih sayang dalam sepakbola. Tidak ada orang lain yang saya kenal yang lebih mampu menyampaikan esensi permainan indah selain Piet, ujar Luiz.

Selama bertahun-tahun, karya De Visser tidak luput dari perhatian beberapa pemain dan pelatih paling terkenal di dunia. Salah satunya Jose Mourinho, yang mengagumi cara kerja De Visser. "Keinginannya untuk mengetahui segala sesuatu tentang pemain ke empat penjuru dunia tidak ternilai harganya," ucap Mourinho.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network