Kisah Jonathan Cantillana, Pemain Chile Berpaspor Palestina, Main di PSIS Semarang

"Berposisi sebagai gelandang dan sudah main di Indonesia sejak Liga 1 2019."

Biografi | 30 August 2021, 14:20
Kisah Jonathan Cantillana, Pemain Chile Berpaspor Palestina, Main di PSIS Semarang

Libero.id - Nama lengkapnya Jonathan Eduardo Cantillana Zorrilla. Meski memiliki nama Spanyol, gelandang PSIS Semarang itu diizinkan main di Liga 1 mengisi kuota satu pemain asing Asia dengan paspor Palestina. Kok, bisa?

Cantillana sudah bermain dengan Laskar Mahesa Jenar pada Liga 1 2019. Dia datang di putaran kedua untuk mengisi tempat Shohei Matsunaga. Berkat penampilan yang bagus dia mendapatkan perpanjangan kontrak dan direncanakan masuk skuad PSIS untuk kompetisi 2020.

Sayang, semuanya berubah saat pandemi Covid-19 datang. Baru berlangsung tiga pertandingan, liga dihentikan dan para pemain dibiarkan vakum lama. Termasuk Cantillana yang memutuskan kembali ke kampung halamannya, Chile. Bukan Palestina!

Cantillana harus pulang ke Chile karena di sanalah dia berasal. Pemain berpostur 180 cm tersebut lahir di Santiago, 26 Mei 1992. Dia tumbuh dan mengawali karier sepakbola di Chile. Dia sama sekali tidak pernah tinggal di Palestina, baik di Tepi Barat atau Gaza. Cantillana baru mengunjungi Palestina pada 2015 untuk bermain membela Ahli Al-Khaleel.


Keturunan imigran Palestina di Chile

Jadi, dari mana paspor Palestina didapatkan Cantillana? Itu berasal dari orang tuanya yang memiliki darah Palestina. Dia memiliki 23 caps dan 10 gol untuk tim nasional Palestina pada 2015-2019.

Bukti sejarah menunjukkan, komunitas Palestina di Chile adalah yang terbesar di luar Timur Tengah. Jumlahnya 450.000-500.000 orang. Seperti kebanyakanya warga Amerika Selatan pada umumnya, Chile juga menjadi tujuan imigrasi dari Eropa maupun Timur Tengah sejak Christopher Colombus menemukan rute ke "dunia baru" Amerika.

Migrasi Palestina paling awal datang pada 1850-an selama Perang Crimea. Mereka melarikan diri karena niat Rusia untuk merebut dan menguasai wilayah yang sekarang jadi sengketa antara Palestina dengan Israel. Tiba di Chile, mereka bekerja terutama sebagai pengusaha dan pertanian.

Mendengar kisah sukses generasi pertama, gelombang migrasi warga Palestina ke Chile terus terjadi selama Perang Dunia I, Perang Dunia II, hingga puncaknya saat Perang Arab-Israel.

Menurut asal mereka terutama berasal dari Beit Jala, Betlehem, dan Beit Sahour. Sebagian besar migran awal ini adalah orang Kristen. Mereka biasanya mendarat di pelabuhan Argentina, dan menyeberangi Pengunungan Andes dengan keledai untuk mencapai Chile.

Uniknya, orang-orang Chile asli maupun imigran Spanyol sering keliru dengan menyebut mereka sebagai Turcos (Bahasa Spanyol untuk orang Turki). Pasalnya, paspor yang mereka bawah mengungsi berlogo Turki Utsmaniyah.


Punya klub sepakbola profesional sendiri

Dengan banyaknya pendatang dari Palestina ke Chile, dibentuklah berbagai organisasi payung. Mereka membuat lembaga-lembaga sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga olahraga. Bahkan, di sepakbola, imigran Palestina memiliki klub profesional bernama Club Deportivo Palestino.

Klub ini didirikan pada 20 Agustus 1920, ketika berpartisipasi dalam kompetisi kolonial di Osorno. Didirikan oleh sekelompok imigran Palestina, nama klub mencerminkan asal komunitas Palestina di Chile.

Awalnya, hanya orang-orang keturunan Palestina yang bermain. Tapi, seiring waktu semua orang Chile yang memenuhi kualifikasi bisa bergabung. Begitu pula dengan beberapa pemain asing dari Amerika Selatan maupun Utara.

Pada 1952 ketika Asosiasi Sepakbola Chile (FFC) mendirikan liga profesional pertama, Palestino mendatarkan diri sebagai anggota. Setelah melalui penilaian, mereka akhirnya diterima di Segunda Division (Divisi II), yang mereka menangkan untuk promosi ke Primera Division (Divisi Utama).

Pada 1955, klub ini memenangkan kejuaraan nasional pertama di bawah kepemimpinan kapten asal Argentina, Guillermo Coll. Di era itu klub ini dikenal dengan julukan millonario (jutawan) karena kemampuan mereka untuk menarik pesepakbola kelas atas.

Pada 1978 klub memenangkan gelar liga kedua sekaligus mengwainkannya dengna Copa Chile. Kali ini tim dipimpin oleh kapten asal Chile, Elias Figueroa.

Selanjutnya, pada 2004, klub menjadi perusahaan terdaftar. Tapi, perubahan status tidak membawa peningkatan hasil yang diharapkan. Pada 2006 mereka finish di posisi 18 dari 20 tim. Itu memaksa mereka menghadapi play-off promosi-degradasi melawan Fernandez Vial. Beruntung, Palestino menang dan bertahan di Primera Division.


Main di Palestino dan merantau ke Asia

Sebagai orang Chile keturunan Palestina, Cantillana juga sempat mencicipi petualangan bermain untuk Palestino. Dia bergabung pada 2014 dengan status pinjaman dari San Antonio Unido. Kemudian, statusnya dipermanenkan karena dianggap memiliki prospek.

Selama dua tahun di Palestino, Cantillana bermain 20 kali, mencetak dua gol, memberi empat assist, dan mendapatkan empat kartu kuning. Total bermain Cantillana di klub yang bermarkas di Estadio Municipal de La Cisterna tersebut adalah 938 menit.

Selama membela Palestino, Cantillana juga sempat dipinjamkan ke Ahli Al-Khaleel, yang bermain di Liga Premier Tepi Barat (Palestina). Tapi, kondisi keamanan yang tidak mendukung membuat Cantillana pergi. 

Cantillana kembali ke Palestino. Kemudian, pindah ke Kuala Lumpur FA pada 2016 sebelum membela Ahli Al-Khaleel lagi. Setelah hanya bermain beberapa pertandingan, Cantillana pindah ke Liga Premier Mesir membela ENPPI Club. Lalu, balik lagi ke Tepi Barat membela Hilal Al-Quds.

Baru pada 2019, Cantillana datang ke Indonesia membela PSIS. Di Liga 1 2019 putaran kedua dan Liga 1 2020 yang dihentikan, Cantillana menjelma menjadi pemain kunci. Dia mendapatkan kesempatan bermain 19 kali, mengemas tiga gol, menyumbang 5 assist, dan mendapat enam kartu kuning. Total, dia bermain 1.616 menit.

Untuk musim 2021/2022, Cantillana dipastikan masuk skuad utama PSIS asuhan caretaker Imran Nahumarury. Dia akan bermain dengan tiga pemain asing lainnya, yaitu Bruno Silva dan Wallace Costa dari Brasil, serta Brian Ferreira (Argentina-Irak).

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network