Kisah Edson Braafheid, Dari Finalis Piala Dunia ke Kompetisi Tarkam di Amerika

"Dia juga pernah main di Bayern, Celtic, dan Lazio. Kini, di usia 38 tahun berjibaku di kompetisi amatir."

Biografi | 07 September 2021, 20:12
Kisah Edson Braafheid, Dari Finalis Piala Dunia ke Kompetisi Tarkam di Amerika

Libero.id - Jika anda pendukung tim nasional Belanda, pasti ingat Edson Braafheid. Mantan full back Bayern Muenchen itu menjadi salah satu saksi hidup kekalahan De Oranje dari Spanyol pada final Piala Dunia 2010 di Johanesburg, Afrika Selatan.

Saat pertandingan yang ditentukan gol Andres Iniesta itu berlangsung, Braafheid masuk sebagai pemain pengganti. Menjelang akhir babak kedua perpanjangan waktu dia nyaris bikin gol bunuh diri ketika bola tidak disengaja mengenai punggungnya. Beruntung, bola jatuh tepat ke pelukan Maarten Stekelenburg.

Braafheid lahir di Suriname dan mengukir namanya di Belanda. Sebagai bek kiri, dia menarik perhatian dengan beberapa penampilan impresif di posisi bek tengah untuk FC Twente.

Penampilannya yang bagus di Eredivisie 2007/2008 membantu Twente mengamankan tempat di Kualifikasi Liga Champions dan membuat dirinya diunggulkan masuk skuad Belanda untuk Euro 2008. Tapi, pada akhirnya dia diabaikan Marco van Basten.

Kegagalan ke Euro 2008 tidak membuat Braafheid lemah. Dia terus bersinar dan dibeli 1,7 juta pounds (Rp33,4 miliar) saat pindah ke Bayern Muenchen pada musim panas 2009. Saat itu, pelatihnya Louis van Gaal.

Meski punya pelatih satu bangsa, ternyata Braafheid kesulitan bersaing di skuad Bayern. Dia dipandang terlalu ringkih untuk sepakbola Jerman. Dia ditarik keluar setelah satu jam dari kekalahan 0-2 di Liga Champions di kandang Bordeaux pada November, yang secara efektif mengakhiri karirnya di Bayern.

Dia hanya bermain 18 menit lagi untuk klub itu sebelum dipinjamkan ke Glasgow Celtic untuk sisa musim. Meski karier di Skotlandia ternyata juga tidak menyenangkan, Braafheid justru masuk skuad Piala Dunia 2010 di posisi bek kiri sebagai cadangan Gio van Bronckhorst.

"Ini adalah musim yang sulit bagi saya. Saya belum bermain sebanyak yang saya inginkan, dan sangat sulit bagi saya untuk tetap positif ketika para penggemar mulai bersiul kepada saya di Bayern. Jadi, saya sangat senang ketika tahu nama saya ada di daftar (Piala Dunia)," kata Braafheid, dilansir goal.com pada Mei 2010.

"Saya akan kembali ke Bayern musim panas ini dan saya pikir itu akan lebih mudah bagi saya kali ini. Tim dalam performa luar biasa akhir-akhir ini dan itu selalu lebih mudah bagi pemain baru," tambah Braafheid.

"Saya sudah berbicara dengan Louis dan dia mengatakan kepada saya bahwa saya akan mendapatkan kesempatan lain. Saya ingin sukses di sini dan akan melakukan yang terbaik," tambah pemilik 10 caps untuk De Oranje tersebut.

Di Afrika Selatan, Belanda dalam performa yang luar biasa, memenangkan semua dari enam pertandingan dalam perjalanan ke final melawan Spanyol. Tapi, Braafheid juga harus menonton dari bangku cadangan saat Van Bronckhorst bermain setiap detik hingga menit ke-105 di final.

Dengan permainan keras san masih tanpa gol di babak pertama hingga perpanjangan waktu, Van Bronckhorst kelelahan. Pria keturunan Maluku itu ditarik keluar dan digantikan Braafheid. Itu berarti Braafheid melihat dari dekat gol kemenangan Iniesta pada menit 116. Bahkan, dialah yang harus disalahkan.

Itu karena percobaan intersepsi Braafheid yang mengembalikan bola ke Iniesta di lini tengah, sebelum ditarik ke sisi kanan untuk mencoba menutup Fernando Torres. Akhirnya, bola mencapai Iniesta untuk diselesaikan dengan tembakan melewati Stekelenberg.

Setelah kembali ke Bayern, Braafheid menemukan situasinya tidak berubah sama sekali dan hubungannya dengan Van Gaal semakin memburuk. Pelatih Belanda itu mengkritik Braafheid karena mempersingkat pemanasannya saat bermain imbang dengan Borussia Moenchengladbach. Braafheid bereaksi dengan marah.

Braafheid diskors, dan waktunya di Bayern resmi berakhir. "Hanya dalam keadaan darurat kami akan memasukkan dia ke dalam skuad. Kedua belah pihak tertarik untuk melakukan transfer selama liburan musim dingin," kata Direktur olahraga Bayern, Christian Nerlinger, kepada Abendzeitung. 

Braafheid dijual ke Hoffenheim pada Januari 2011. Tapi, dia kembali dipinjamkan ke Twente pada tahun berikutnya. Dia memiliki musim berikutnya di Lazio dan Utrecht sebelum pindah ke Amerika Serikat.

Sekarang, di senja hari-harinya, Braafheid menghabiskan waktunya di taman-taman dan pantai-panati Florida, Amerika Serikat (AS). Di sana,  dia bermain di Premier American Soccer League. Itu adalah kompetisi amatir untuk klub-klub lokal di Florida (semacam tarkam di Indonesia).

Sejak 2020, Braafheid bermain Palm Beach Stars. Dia main disana setelah merumput semusim di USL Championship bersama Austin Bold. Itu adalah kompetisi kasta kedua di Negeri Paman Sama di bawah Major League Soccer (MLS).

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network