Fenomena Rusuh Suporter di Sepakbola Prancis, Aksi Spontan atau Politis?

"Setelah penonton diizinkan datang, kerusuhan justru jadi aktivitas umum di Ligue 1."

Analisis | 24 September 2021, 08:44
Fenomena Rusuh Suporter di Sepakbola Prancis, Aksi Spontan atau Politis?

Libero.id - Ketika suporter kembali diizinkann mengunjungi stadion-stadion sepakbola di Prancis setelah periode yang panjang terkait pandemi Covid-19, aksi kurang terpuji justru terjadi. Pada beberapa pertandingan terakhir Ligue 1, para pendukung melakukan kerusuhan.

Sepakbola Prancis kembali diguncang aksi kekerasan penonton ketika para pendukung Marseille dan Angers berkelahi di lapangan setelah pertandingan yang digelar Kamis (23/9/2021) dini hari WIB.

Suporter Marseille, yang melakukan away ke Stade Raymond Kopa, melewati garis keamanan dan berhasil masuk ke lapangan pada saat peluit akhir dibunyikan menyusul hasil imbang tanpa gol. Steward gagal menahan situasi saat bentrok kedua pendukung yang sama-sama masuk ke lapangan.

Flare, bom asap, dan petasan dilemparkan diantara dua kubu penggemar selama pertandingan. Atribut pertandingan di stadion rusak saat para penggemar tumpah ke lapangan.

Pembawa acara di stadion dan panitia pertandingan berteriak meminta agar kedua kelompok suporter tenang. Tapi, tidak ada pengaruhnya sehingga personel keamanan akhirnya berhasil meredakan situasi dengan tindakan tegas dan terukur menggunakan semprotan merica dan pentungan.

RMC Sport melaporkan bahwa Marseille telah menyatakan keprihatinan tentang mudahnya para penggemar masuk lapangan. Mereka juga menyesal para pendukungnya telah melakukan kekerasan kepada pendukung lain.

Meski selalu saja ada penyesalan, kerusuhan pendukung di awal musim 2021/2022 sudah terjadi beberapa pekan lalu dan cenderung meningkat. Jika kita ingat saat Nice menjamu Marseille, pendukung tuan rumah masuk lapangan setelah melempar Dimitri Payet dengan botol minuman.

Payet yang geram membalas dengan melempar botol tersebit ke arah kerumunan suporter garis keras Nice. Kerumunan itu lalu turun ke lapangan dan memicu bentrok dengan pemain dan ofisial Marseille.

Fisioterapis Marseille, Pablo Fernandez, kemudian dihukum larangan mendampingi tim di pertandingan selama satu tahun karena terbukti meninju salah satu pendukung Nice. Sementara Nice mendapatkan pengurangan dua poin sebagai hukuman atas kerusuhan itu.

Hukuman juga mengharuskan laga dilanjutkan dengan pertandingan secara tertutup dan akan dimainkan ulang di tempat netral pada 27 Oktober 2021.

Selain Nice versus Marseille, kerusuhan berikutnya terjadi ketika Lens menjamu Lille. Lens diperintahkan untuk memainkan dua pertandingan kandang tanpa penggemar setelah masalah penonton yang merusak atribut pertandingan pada pertandingan sarat gengsi sesama klub dari utara tersebut.

Pada babak kedua, pertandingan tertunda lebih dari 30 menit setelah kedua pendukung menyerbu lapangan dan polisi anti huru hara harus turun tangan. Semuanya diawali provokasi pendukung tuan rumah yang membuat koreo berisikan kata-kata kurang pantas.

Sepanjang pertandingan lagu-lagu dan teriakan permusuhan juga dilontarkan suporter Lens. Pendukung Lille kemudian membalas dan suasana semakin panas setelah perimeter keamanan berhasil dijebol dan para pendukung Lens menyerbu tribune tempat Lille berada. 

Enam orang mengalami luka ringan akibat terlempar kursi dan benda-benda lainnya. Pertandingan akhirnya dilanjutkan dengan kemenangan Lens 1-0. Tapi, aksi itu mencoreng sepakbola Prancis.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network