Lagi-lagi VAR Bikin Kacau di Sepakbola Italia

"Apa benar Serie A diklaim kompetisi paling menghibur di Eropa."

Analisis | 26 September 2021, 23:22
Lagi-lagi VAR Bikin Kacau di Sepakbola Italia

Libero.id - Kalau kita menyaksikan laga antara Inter Milan melawan Atalanta Bergamo di Stadio Giuseppe Meazza pada Minggu (26/9/2021) malam, rasa-rasanya tak berlebihan untuk mengatakan laga itu paling menghibur sejauh ini.

Jurnalis kawakan Italia, Lorenzo Bettoni, sampai mengatakan kalau laga tersebut mencerminkan evolusi Serie A, bahkan bisa dijadikan prototipe kompetisi kasta tertinggi di Italia.

Ada empat gol yang tercipta, masing-masing dua gol dengan intensitas tinggi, kualitas teknis, dan sedikit kontroversi khas sepakbola Italia.

Meski demikian, Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, dengan sikap rendah hati menegaskan klub asuhannya tidak berada di level yang sama dengan Inter Milan, AC Milan, Napoli, Juventus.

Gasperini menegaskan Atalanta seharusnya tidak usah repot-repot berpikir untuk memenangkan Scudetto musim ini. Namun, apa yang Atalanta hasilkan di lapangan justru menunjukkan sebaliknya.

Meski kebobolan gol lebih dulu lewat Lautaro Martinez, pertahanan Atalanta masih bisa dikatakan rapat dan bagus.

Dengan Inter melewatkan beberapa peluang untuk menggandakan keunggulan, La Dea justru memanfaatkan kesempatan itu untuk bangkit. Mereka mencetak dua gol dalam waktu delapan menit. 

Ruslan Malinovskyi pertama yang mencetak gol dengan penyelesaian kaki kiri yang menakjubkan dari tepi kotak penalti. Samir Handanovic tidak bisa berbuat banyak.

Namun, hanya beberapa menit kemudian, kiper veteran itu gagal mengantisipasi tembakan melebar, dan Rafael Toloi menjadi yang tercepat untuk memanfaatkan rebound. Dia memasukkan bola ke dalam gawang yang kosong.

Skors 2-1 di babak pertama. Atalanta memiliki dua peluang emas untuk menjadikan skor 3-1 dan berpotensi mengakhiri pertandingan, tetapi Edin Dzeko menyamakan skor pada menit ke-71 dan pada momen inilah kontroversi itu terjadi.

Wasit Fabio Maresca membutuhkan VAR untuk melihat handball Merih Demiral pada sundulan dari Dzeko. Anehnya, bukan mantan striker Roma yang melakukan tendangan penalti, tetapi Federico Dimarco sebagai gantinya, sialnya produk akademi Inter itu malah gagal mengeksekusi penalti dan membentur mistar gawang.

Inter merasa peluang mereka sudah habis, tapi seisi Stadion Giuseppe Meazza tak bisa berkata-kata ketika Roberto Piccoli membobol gawang pada menit ke-88. Sekali lagi, VAR-lah yang menunjukkan apa yang tidak dilihat wasit di lapangan.

Bola diketahui keluar dari permainan lebih awal sebelum gol yang dianulir, ketika Handanovic mencoba menghindari tendangan sudut untuk La Dea.

Pasukan Gasperini dan Inzaghi telah menghasilkan 30 gol dalam tujuh pertemuan sebelumnya sebelum pertandingan malam ini. Jadi, wajar apabila orang-orang mengharapkan pertandingan spektakuler akan tersaji setiap kali kedua pelatih ini bertemu.

Namun, laga Inter-Atalanta lebih dari sekadar permainan yang menghibur. Itu adalah pertandingan yang memiliki segalanya di dalamnya. Gol, drama, kesalahan, dan yang terpenting seperti kata Lorenzo Bettoni: Serie A telah berevolusi alias berkembang.

Roberto Mancini dan Italia telah membuktikan bahwa ada gaya baru yang mendominasi negara tersebut.

Apa yang terjadi di liga tidak serta-merta mencerminkan penampilan dan hasil tim nasional, tetapi dalam hal ini berbeda. Serie A berkembang, sama seperti tim nasional. Ini bukan liga terkaya di Eropa. Banyak pemain top telah pergi dan yang lain akan mengikuti di masa depan.

Tapi, kini Serie A adalah salah satu liga paling menghibur di Eropa, jika bukan yang paling menarik.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network