Kisah Dani Alves, Pemain Sejuta Pengalaman yang Dianggap Pembelian Terburuk Sao Paulo

"Misi terpendam bersama Brasil tahun depan."

Biografi | 01 October 2021, 11:08
Kisah Dani Alves, Pemain Sejuta Pengalaman yang Dianggap Pembelian Terburuk Sao Paulo

Libero.id - Dani Alves merupakan salah satu pesepakbola tersukses di dunia. Di usianya yang kini menginjak 38 tahun dan masih aktif bermain, Alves telah memenangkan banyak trofi di level klub maupun negara.

Di setiap klub yang pernah dibelanya, Alves selalu menyumbangkan trofi domestik. Sepanjang 18 tahun kariernya, Alves telah memperkuat klub-klub top Eropa seperti Sevilla, Barcelona, Juventus, hingga Paris Saint-Germain.

Dengan semua pengalamannya itu, Alves diboyong oleh klub lokal di negaranya, Sao Paulo, pada musim panas 2019.

Kariernya di sana sangat paradoks dari apa yang dia capai sebelumnya, alias jauh daripada kata kesuksesan itu sendiri.

Mungkin, ada faktor pandemi dan Sao Paulo ikut terdampak secara finansial sehingga gaji Alves sempat ditunggak. 

Dalam satu pernyataan Alves berkata. “Sao Paulo mengecewakan saya berkali-kali dan saya tidak mengecewakan Sao Paulo.”

Alves datang ke Sao Paulo dengan janji dan ekspektasi yang besar, bahkan dia sempat mengatakan bakal "berjuang untuk klub ini lebih dari pemain lainnya." 

Ketika mengucapkan kalimat itu, Alves baru saja dianugerahi penghargaan Pemain Terbaik Turnamen di Copa America 2019. Dia dalam kondisi yang baik, terlihat segar, dan bersemangat meskipun usianya sudah lanjut.

Menariknya, Alves diberi jersey nomor 10, dan perkenalannya berlangsung dengan meriah di hadapan 45.000 pendukung yang mengigau menyanyikan namanya.

Awalnya Alves menjalani debut yang manis. Dia mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan dalam kemenangan 1-0 atas Ceara dan pada musim pertamanya di klub. Alves membawa Sao Paulo finis di posisi keenam.

Namun, awal yang sulit dialami pada musim 2020. Performa klub merosot dan begitu juga Alves. Kemudian pandemi tiba, memperparah situasi ekonomi Sao Paulo.

Ketika sepakbola digelar kembali, Sao Paulo benar-benar keteteran. Mereka dengan cepat tersingkir dari kejuaraan lokal, juga gagal di babak penyisihan grup Libertadores. Mereka hanya memenangkan satu dari lima pertandingan di liga.

Sementara itu semua berlangsung, Alves terlihat di Instagram mengadakan pesta saat Sao Paulo kalah di Libertadores dari River Plate – dia baru pulih dari patah lengan saat itu – dan hubungan antara dia dan penggemar mulai memburuk. 

Beberapa hari kemudian, para pendukung memprotes di luar tempat latihan sambil bernyanyi. “Oh, alangkah baiknya jika Dani Alves kembali ke Bahia (negara bagian tempat Alves dilahirkan)”

Tapi, keadaan berbalik dengan cepat. Alves kembali dan Sao Paulo bangkit. Mereka melonjak ke posisi teratas di liga. Harapan tinggi bahwa mereka akan memecahkan kekeringan trofi muncul kembali. 
Meski pada akhirnya, Sao Paulo turun ke urutan keempat di akhir musim dan pelatih Fernando Diniz dipecat.

Pada musim ketiganya di klub, Sao Paulo akhirnya memenangkan trofi di bawah pelatih baru Hernan Crespo. Tetapi, Alves melewatkan leg kedua final yang menentukan karena cedera.

Pada saat itu, Sao Paulo masih menunggak gajinya, Sao Paulo berutang 18 juta Real kepadanya – jadi Alves memutuskan bahwa dia akan menerima undangan CBF untuk melakukan perjalanan ke Jepang bersama tim U-23.

Ketika dia kembali, dia menyatakan bahwa dia tidak akan bermain sampai hutangnya dilunasi. Benar atau tidak, kemarahan penggemar meningkat dan hanya ada satu pilihan. 

Pada 10 September, Sao Paulo mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri kontrak dengan Alves, di mana Sao Paulo akan membayarnya 24 juta Real – utang ditambah sebagian dari sisa kontraknya, yang akan berlangsung hingga Desember 2022 – selama beberapa tahun berikutnya.

Sao Paulo terlihat sangat tidak kompeten dalam urusan menangani Alves, bahkan hal itu sampai dibahas di surat kabar UOL Esporte, kolumnis Menon menulis: “Itu adalah penandatanganan terburuk dalam sejarah Sao Paulo, tentu saja. Dan, saya berani mengatakan, yang terburuk dalam (sejarah) sepakbola dunia.”

Alves juga mendapat pukulan telak terhadap reputasinya. Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh UOL, 86% responden mengatakan mereka tidak ingin Alves bermain untuk klub mereka. 

Setelah meninggalkan Sao Paulo, Alves tidak menemukan klub di minggu yang tersisa dari jendela transfer Brasil, dia menolak tawaran dari Athletico-PR, Flamengo, dan Fluminense. 

Kisahnya belum berakhir. Dia secara terbuka menyatakan bahwa mimpi terbesarnya adalah ingin memperkuat Brasil di Piala Dunia 2022, artinya Alves harus bermain bagus di level klub.

Tetapi, jendela transfer musim panas telah ditutup, artinya Alves tidak dapat menandatangani untuk klub lain di Brasil sampai setidaknya Desember.

Untuk saat ini, Alves punya waktu untuk duduk dan merenungkan segala sesuatu yang telah lewat dalam hidupnya.

Dan, mungkin salah satunya adalah cerita tentang kariernya di Sao Paulo.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network