Kisah Ketika Fatih Terim Berkarier Serie A Bersama Fiorentina dan AC Milan

"Melatih klub Italia adalah mimpi yang jadi nyata. Tapi, semuanya dihancurkan krisis finansial."

Biografi | 02 October 2021, 09:50
Kisah Ketika Fatih Terim Berkarier Serie A Bersama Fiorentina dan AC Milan

Libero.id - Sepakbola Turki mulai mencapai kejayaan pada awal 2000-an. Selain kemenangan Piala UEFA dan Piala Super Eropa yang dihasilkan Galatasaray, Turki juga mencapai perempat final di Euro. Puncaknya saat menempati peringkat ketiga Piala Dunia 2002 di Korea/Jepang. 

Kesusksesan itu berujung eksodus pemain dan pelatih ke liga top Eropa. Tugay Kerimoglu dan Muzzy Izzet memimpin eksodus bergabung dengan Liga Premier, Serie A, dan La Liga. Ada lagi Fatih Terim yang menjadi pelatih Turki pertama yang mengelola klub Serie A.

Setelah Euro 1996, Terim menandatangani kontrak sebagai pelatih Galatasaray. Selama empat tahun, dia berhasil memenangkan empat gelar liga, dua piala domestik, dan yang paling penting adalah Piala UEFA 1999/2000. 

Pada akhir musim 1999/2000 itu, Terim siap menghadapi tantangan baru. Dia pergi ke Italia untuk melatih Fiorentina. Dia ditunjuk menggantikan Giovanni Trapattoni yang hanya bisa membawa La Viola finish di posisi ketujuh Serie A serta mencapai babak kedua Liga Champions.

Bagi Terim, tidak sulit menerima tantangan Fiorentina. Itu karena La Viola sudah menjadi klub khusus untuk sepakbola Turki. Can Bartu adalah pemain Fiorentina pada 1961-1964 dan merupakan pemain Turki pertama yang bermain di final kompetisi Eropa. 

Tapi, Italia bukan Turki. Jadi, langkah pertama Terim adalah belajar Bahasa Italia. "Masih ada satu bulan sampai hari latihan pertama saya di Fiorentina, dan pada hari itu saya akan berbicara Bahasa Italia," kata Terim kepada wartawan Italia saat pertama kali diperkenalkan secara resmi. 

Janji yang ditepati. Terim mulai mengambil pelajaran Bahasa Italia dari Donatella Piatti, seorang jurnalis Italia yang telah tinggal di Istanbul selama bertahun-tahun. Ketika hari pertama kursus bahasanya dimulai, dia sudah berbicara dalam Bahasa Italia yang terbatas dengan beberapa pemain Fiorentina.

Setelah menguasai Bahasa Italia, lankah Terim selanjutnya adalah adaptasi dengan Serie A. Hasilnya memenag berat. La Viola kehilangan putaran pertama Piala UEFA melawan Tirol Innsbruck dan hanya mendapatkan 11 poin dalam sembilan minggu pertama Serie A. 

Namun, semuanya mulai membaik. Kemenangan 2-0 melawan Inter Milan pada pekan 10 adalah awal yang baru. Setelah mengumpulkan 13 poin dalam lima pertandingan serta kemenangan 4-0 melawan AC Milan, Fiorentina naik ke peringkat ketiga.

Dengan kinerja tim yang meningkat, para penggemar mengibarkan bendera Turki dan menuliskan nama Terim pada spanduk di Stadio Artemio Franchi. 

Namun, tidak ada yang bisa membayangkan apa yang akan terjadi hanya sebulan kemudian. Diawali dengan kekalahan 1-4 dari Lazio, Fiorentina hanya mendapat dua poin dalam lima pertandingan berikutnya. Mereka menemukan diri mereka di papan tengah klasemen pada pekan 20. 

Masalah lain muncul di perrtengahan musim. Pemilik klub, Vittorio Cecchi Gori, memiliki hutang di industri film, yang cepat atau lambat akan mempengaruhi La Viola. Kepindahan Gabriel Batistuta ke AS Roma hanyalah permulaan. 

Terim ingin mengontrak Boudewijn Zenden dan setidaknya tiga pemain lagi untuk sistem rotasi yang luas. Tapi, satu-satunya transfer yang memiliki reputasi baik adalah Nuno Gomes. Krisis keuangan dan janji yang tidak ditepati mulai mempengaruhi kinerja tim.

Pada Februari dialog antara ketua klub dan pelatih memburuk. Hasil imbang 2-2 melawan Brescia dengan dua gol Roberto Baggio mengakhiri era La Viola. Pertengkaran antara Cecchi Gori dan Terim setelah pertandingan menjadi akhir. Dia mengundurkan diri pada 25 Februari 2001. "Saya tidak bisa melihat cahaya di ujung terowongan," ucap Terim.

Fiorentina finish di urutan sembilan Serie A dan memenangkan Coppa Italia dengan pelatih baru, Roberto Mancini. Tapi, klub dan Cecchi Gori dinyatakan bangkrut. Dan, Fiorentina diturunkan ke Serie C2 (Serie D).

Masalah dengan Fiorentina ternyata tidak membuat cahaya Terim meredup. Pada saat yang sama, Milan sedang masuk dalam era kegelapan. Tidak ada tanda-tanda bagus dari pemenang Scudetto 1998/1999. Lalu, Alberto Zaccheroni digantikan Cesare Maldini sebagai caretaker. 

Musim berikutnya adalah penyelesaian mengecewakan lainnya. Kali ini, di urutan keenam. Jadi, Milan membutuhkan awal yang baru, dan manajemen I Rossoneri langsung teringat Terim.

Saat di Fiorentina, Terim mengalahkan I Rossoneri. Fiorentina menang di Serie A dan menyingkirkan Milan di semifinal Coppa Italia. Pelatih yang mengalahkan Milan dengan gaya dan kelas yang hebat kemudian menemukan dirinya ditunjuk menjadi pelatih yang baru di Stadio San Siro.

Dengan Terim di bench, Milan mendatangkan Manuel Rui Costa, Filippo Inzaghi, Andrea Pirlo, Javi Moreno, Massimo Donati, Martin Laursen, dan Umit Davala. Milan menjadi berita utama Turki.

Milan memperoleh hasil dalam pertandingan besar di minggu-minggu awal musim. Kemenangan melawan Fiorentina, Lazio, dan Inter adalah momen luar biasa dalam karier Terim di Milanelo. Tapi, tim kehilangan banyak poin tak terduga. Hanya dua minggu setelah kemenangan 4-2 melawan Inter, mereka menelan kekalahan 0-1 melawan Torino. Setelah 10 pekan, Milan berada di urutan kelima.

Lalu, selama hari liburnya pada 5 November, Terim berada di Istanbul untuk menghadiri sebuah konferensi dan dia mengetahui bahwa dirinya telah dipecat. Ada yang mengatakan bahwa ada miskomunikasi dengan para pemainnya. Beberapa mengatakan bahwa Silvio Berlusconi dan Adriano Galliani ingin menunjuk seorang eks Milan. Dan, hari berikutnya Carlo Ancelotti menjadi pelatih Milan.

Terim kembali ke Galatasaray pada 2002. Masa jabatannya di Italia tampak seperti sepenggal dari 33 tahun karier kepelatihannya. Tapi, itu tak terlupakan baginya dan semua penggemar sepakbola Turki. Terim tidak pernah melupakan Italia, dan fans Fiorentina serta Milan juga tidak melupakannya.

Kemudian, pada tahun 2011 dia terlihat sebagai komentator Derby della Madonnina di TV Turki. San Siro kembali meneriakkan namanya, memanggilnya "Grande Terim", dan meminta foto serta tanda tangannya. Malam itu, Milan mengalahkan Inter 3-0, seperti yang mereka lakukan di musim 2001/2002.

La Viola TV melakukan wawancara dengan Terim seusai pertandingan persahabatan antara Galatasaray dan Fiorentina. Dia ditanya tentang pemikirannya tentang mantan timnya.

"Mereka berdua adalah tim saya. Tidak hanya Galatasaray, tapi juga Fiorentina. Saya tidak pernah melupakan Fiorentina, kotanya dan para penggemarnya. Mereka akan selalu menjadi bagian penting dalam hidup saya," kata Terim.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network