Kisah Bryan Roy, Legenda Belanda Ancam Bunuh PM Mark Rutte Gara-gara Teori Konspirasi Covid-19

"Mengancam pemimpin negara di mana pun di seluruh dunia pasti berurusan dengan polisi."

Biografi | 03 October 2021, 19:01
Kisah Bryan Roy, Legenda Belanda Ancam Bunuh PM Mark Rutte Gara-gara Teori Konspirasi Covid-19

Libero.id - Pandemi Covid-19 membuat banyak orang frustrasi, berpikir aneh, dan tidak sedikit yang mengaitkannya dengan teori konspirasi. Salah satu yang percaya pada hal itu adalah Legenda Belanda dan Nottingham Forest, Bryan Roy. Bahkan, dia harus berurusan dengan aparat setelah mengancam PM Belanda, Mark Rutte.

Bryan Edward Steven Roy lahir di Amsterdam, 20 Februari 1970. Dia memulai karier bermain profesional di Ajax Amsterdam pada 1987 dan memenangkan Piala UEFA 1991/1992. 

Pada November 1992, Roy dijual ke klub Italia, Foggia. Selama berada di sana, dia tampil bagus dan terpilih mewakili negaranya di Piala Dunia 1994 bersama pemain-pemain hebat seperti Dennis Bergkamp, Ronald Koeman, Frank dan Ronald de Boer, hingga Frank Rijkaard. Pada turnamen di Amerika Serikat (AS), Roy mencetak satu gol saat Belanda melawan Maroko. 

Setelah Piala Dunia, Roy pindah ke Inggris setelah Nottingham membayar 2,5 juta pounds kepaa Foggia. Di City Ground, Roy menjalin kemitraan strategis dengan Stan Collymore. Dia membantu tim yang baru promosi itu lolos ke Piala UEFA. 

Collymore kemudian dijual ke Liverpool pada musim panas 1995 dan Roy mengalami sejumlah cedera yang berakibat penampilan mengecewakan pada 1996/1997. Setelah Nottingham terdegradasi, Roy pindah ke Jerman membela Hertha Berlin. Lalu, pada 2000, kembali ke tanah airnya dan bergabung dengan NAC Breda. Di sana, dia bertahan sampai gantung sepatu pada 2002. 

Sempat keluar dari pensiun sebentar pada 2004 untuk membela Workington, Roy kemudian beralih profesi menjadi pelatih. Dia bergabung dengan Akademi Ajax sebagai staf pelatih junior, tapi tidak terlalu sukses.

Lama hilang dari pemberitaan, Roy kemudian muncul ketika Covid-19 melanda dunia dan pembatasan sosial diberlakukan di mana-mana, termasuk Belanda. Selama pandemi, Roy aktif di media sosial dengan menyebarkan berbagai teori konspirasi melalui Twitter.

Pada Oktober 2020, Roy mentweet ancaman kepada jurnalis Chris Klomp, yang secara terbuka mengkritik penyebaran teori konspirasi Covid-19. Selanjutnya, pada April 2021, Roy membalas tweet tentang PM Rutte, dengan menyatakan bahwa PM Rutte akan segera ditembak kepalanya.

Tulisan pendek yang berdampak fatal. Seperti yang berlaku di seluruh dunia, termasuk Indonesia, Belanda, atau Amerika Serikat (AS), ancaman terhadap pemimpin negara, meski hanya bercanda, mendapatkan respons keras dari aparat keamanan setempat.

Akibat tulisannya, Roy diinterogasi oleh Polisi Nasional Belanda. Lalu, Roy dihadapkan ke meja pengadilan. 

Di persidangan, Roy dinyatakan bersalah karena mengancam PM Rutte dan dijatuhi hukuman 80 jam pelayanan masyarakat di bawah masa percobaan dua tahun. Jika Roy melanggar masa percobaannya, dia harus menjalani hukuman penjara empat minggu.

Hukuman itu lebih ringan dari tuntutan jaksa. Pasalnya, Roy sebenarnya dituntut hukuman penjara 10 minggu tanpa kerja sosial maupun percobaan. Itu karena Roy melakukan aksi yang sama tahun lalu terhadap Klomp.

"Saya tahu di mana anda tinggal sekarang. Kami tidur di malam hari, hanya saja kamu tidak," ancam Roy kepada jurnalis tersebut. Hanya saja, status Klomp yang bukan pemimpin negara membuat polisi tidak bisa bertindak jika yang bersangkutan tidak mengajukan tuntutan.

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network