Ini ditulis di The Players Tribune. Apa isinya?
Pada sebuah era, Alexandre Pato pernah menjadi anak emas sepakbola. Penampilan bagus di Brasil membawanya ke Eropa. Dia menjadi bintang di AC Milan. Setelah itu, kariernya tenggelam dan tidak pernah muncul ke permukaan.

Saat ini, Pato masih aktif bermain sepakbola secara profesional. Dia berada di Amerika Serikat (AS) untuk memperkuat salah satu klub MLS, Orlando City. Itu adalah klub yang sama tempat mantan pemain bintang lainnya berlabuh, Luis Nani. Jauh sebelumnya, ada Kaka di sana.

Pato menghilang dari level atas terlalu cepat. Dia benar-benar telah gagal mencapai potensi besarnya bersama I Rossoneri. Apa penyebabnya?

"Saya tahu apa yang anda pikirkan. Saya sudah mendengarnya selama 10 tahun. Apa yang terjadi dengan Pato? Mengapa Pato tidak memenangkan Ballon d'Or? Mengapa Pato selalu cedera? Saya seharusnya menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sejak lama, kawan," tulis Pato di The Players Tribune.

"Ada banyak rumor, terutama di Milan. Saya terlalu banyak berpesta. Saya tidak punya keinginan. Saya hidup di dunia fantasi. Sungguh, saya masih kecil. Apakah saya sering berpesta? Tidak sebanyak yang mereka yakini," tambah Pato.

Seperti yang terjadi pada sejumlah kolom yang ditulis oleh pesepakbola di The Players Tribune, Pato tampak mengoreksi beberapa keyakinan yang dianut orang lain tentang kariernya yang amburadul.

"Jadi, saya pikir sudah waktunya untuk memperbaikinya. Saya berusia 32 tahun sekarang. Saya bahagia, saya bugar, dan saya tidak pahit tentang apa pun atau siapa pun. Hal pertama yang harus anda pahami adalah saya meninggalkan rumah sangat awal, mungkin terlalu dini," tulis Pato.

"Hari besar datang dan kami pergi ke Internacional (untuk trial). Kesempatan sekali seumur hidup. Kami sampai di sana dan ayah saya menyadari bahwa dia tidak mampu membeli hotel yang layak. Apa yang dia lakukan? Dia membawa saya ke hotel melati tempat orang-orang melakukan pesta seks," tulis Pato.

Uji coba di Internacional berhasil. Dan, ketika Pato akhirnya meninggalkan Brasil setelah memenangkan Piala Dunia Antarklub bersama Internacional, dia memilih Milan, bukan Barcelona atau Real Madrid.

"Saya bisa pergi ke Barcelona, ​​​​Ajax, Madrid. Tapi, kenapa Milan? Baiklah, izinkan saya bertanya kembali. Apakah anda pernah bermain menggunakan Milan di PlayStation? Mereka tidak nyata!! Kaka, Seedorf, Pirlo, Maldini, Nesta, Gattuso, Shevchenko. Mereka baru memenangkan Liga Champions," tulis Pato.

"Carlo Ancelotti membawa saya ke ruang makan 'Ini Pato, striker baru kita'. Semua orang berdiri untuk menjabat tangan saya. Setiap orang. Ronaldo, Kaka, Seedorf. Wow," tulis Pato.



Seperti halnya dengan banyak talenta muda, kesuksesan instan di Milan membuat pemain Brasil itu merasa seolah-olah telah mencapai puncak. "Saya suka perhatiannya. Saya ingin dibicarakan. Tapi, anda tahu apa yang terjadi? Saya mulai terlalu banyak bermimpi, imajinasi saya membawa saya ke berbagai tempat," tulis Pato.

"Di kepala saya, saya sudah memegang Ballon d'Or. Sangat sulit untuk tidak terpengaruh. Saya juga sangat menderita untuk sampai ke sana. Mengapa saya tidak menikmatinya?" tambah Pato.

"Kemudian, pada 2010, saya mulai cedera sepanjang waktu. Saya kehilangan kepercayaan pada tubuh saya sendiri. Saya takut dengan apa yang orang akan katakan tentang saya. Saya pergi ke pelatihan dengan berpikir bahwa saya tidak bisa cedera dan jika saya melakukannya, terluka, saya tidak akan memberi tahu siapa pun," tulis Pato.



"Saya juga salah jalan. Setelah waktu saya di China, saya masih lajang. Jadi, saya memutuskan untuk menikmati kebebasan saya. Saya pergi ke Los Angeles. Saya menginginkan hotel terbaik, mobil terbaik, pesta terbaik. Saya berakhir di tempat ini di mana seorang gadis sedang menghirup cola di sebelah saya. Tiba-tiba saya seperti 'Apa yang saya lakukan di sini?' Ini bukan yang saya inginkan," tulis Pato.

"Itu adalah dunia yang kosong. Saya bertanya kepada seorang teman 'Apakah saya benar-benar akan menghabiskan sisa hidup saya sendirian?' Sejak itu saya hidup dalam realitas yang berbeda," tulis Pato.

Pato kemudian bertemu Rebeca. Dan, mereka menikah. "Tapi, hal-hal ini terjadi pada waktu Tuhan. Saya hidup hanya untuk hari ini. Selebihnya terserah Dia," tutup pemilik nama lengkap Alexandre Rodrigues da Silva itu.