Jika anda fans Liverpool, pasti ingat kejadian pada 2010 ini..
Sebelum sesukses seperti sekerang ini bersama Juergen Klopp, Liverpool sempat gonta-ganti pelatih. Nakhoda lokal dan asing datang silih berganti. Salah satu yang cukup banyak diingat adalah Roy Hodgson.

Pemerintahan Roy Hodson di Liverpool tidak kekurangan bencana. Dia sanggup bertahan 20 pertandingan di Anfield dan dipecat dengan hanya lima kemenangan yang diraih dalam enam bulan. Dia meninggalkan klub dengan hanya berjarak empat poin di atas zona degradasi.

Meminta pendukung Liverpool mengingat era Roy Hodgson? Mereka pasti akan mengerutkan kening memikirkan kiprahnya pada 2010.

Sebab, ada banyak hal aneh terjadi. Contohnya, kekalahan dari tim League Two, Northampton, di Anfield pada pertandingan Piala Liga Inggris. Ada lagi performa memalukan Liverpool saat kalah 0-2 dari Everton pada Derby Merseyside. Dua contoh itu sudah cukup membuktikan  Roy Hodgson tidak cocok untuk Liverpool.

Apakah hanya itu? Ternyata tidak. Ada satu cerita aneh lagi yang masih dikenang fans hingga sekarang. Itu terkait Roy Hodgson yang secara tidak sengaja menjual pemain yang salah. Kok, bisa?

Jadi, setelah tiba pada musim panas 2010, Roy Hodgson mendesak mantan klubnya, Fulham, untuk menjual Paul Konchesky senilai 3,5 juta pounds (Rp62,8 miliar). Sebagai bagian dari kesepakatan, Lauri Dalla Vale dan Alexander Kacaniklic pergi ke Craven Cottage. Keduanya pemain akademi.

Namun, menurut Alexander Kacaniklic, Roy Hodgson sebenarnya ingin menjual Alex yang berbeda (Alex Cooper, juga pemain akademi asal Skotlandia). Bukan dirinya (Alexander Kacaniklic).

"Agak sulit bagi Liverpool untuk menggantikan saya. Tapi, ketika saya berada di Fulham dan sebelum saya mendaftar, saya berbicara dengan Roy Hodgson di telepon. Di situlah kami baru mengetahui bahwa dia telah memilih Alex yang salah," kata Alexander Kacaniklic, dikutip Planet Football.

"Di kepalanya, dia pikir dia telah menjual Alex (Cooper) yang lain untuk (Paul) Konchesky. Tapi, kemudian itu sudah terlambat. Ini sedikit menyenangkan," tambah Alexander Kacaniklic.

"Kemudian dia hanya mengatakan kepada saya bahwa saya akan diterima kembali di Liverpool dengan tangan terbuka. Tapi, saya bisa melakukan apa yang saya rasakan. Saat itu saya sudah mengambil keputusan dan sangat bersemangat untuk datang ke Fulham," ungkap Alexander Kacaniklic.



Apa yang terjadi dengan Alexander Kacaniklic di London Barat? Pemain asal Swedia itu mencatatkan 100 penampilan untuk Fulham di Liga Premier dan Divisi Championship dengan mencetak 11 gol. Dia juga memiliki masa pinjaman yang cukup gagal di Watford dan Burnley.

Alexander Kacaniklic kemudian pindah ke FC Nantes secara gratis pada 2016. Tapi, dalam tiga musim di Ligue 1, dia hanya berhasil memnbuat 31 pertandingan dan gagal mencetak gol.

Alexander Kacaniklic kembali ke negara asalnya pada 2019 dan memiliki periode paling sukses dalam karirnya di Hammarby. Dia mencetak 18 gol dalam 56 penampilan dan mendapat panggilan ke tim nasional setelah absen enam tahun. Dia menjadi kapten untuk pertama kalinya pada Januari 2020 saat Swedia menang 1-0 atas Kosovo.

Setelah meninggalkan Hammarby jelang musim 2020/2021, Alexander Kacaniklic menghabiskan dua musim terakhir di Kroasia bersama Hajduk Split. Tapi, hanya mampu mencetak dua gol dalam 29 penampilan.

Sekarang, hanya beberapa hari sebelum menginjak usia 31 tahun, dia menandatangani kontrak dengan tim Siprus, AEL Limassol. Ini tentu bukan karier yang buruk bagi sang pemain sayap setelah pergi dari Liverpool. Apalagi, dia telah membuat 21 penampilan dan mencetak tiga gol untuk Swedia.