Ada pesan yang ditujukan kepada pemerintah.
Menyanyikan lagu kebangsaan dan menunjukkan logo negara saat pertandingan tim nasional adalah kebanggaan semua pemain. Tapi, yang dilakukan pemain-pemain Iran pada FIFA matchday terbaru beda. Mereka memilih menutupi simbol negara dengan jaket hitam. Apa maksudnya?

Sebagai salah satu peserta Piala Dunia 2022, tim nasional Iran juga memanfaatkan jeda internasional untuk pertandingan uji coba. Mereka melawan Uruguay dan Senegal.

Yang menarik dari dua pertandingan itu terjadi saat melawan Senegal di Austria. Pertandingan digelar tertutup karena alasan keamanan. Dan, sebelum pertandingan dimulai, seremoni seperti biasa dilakukan. Para pemain masuk lapangan. Kemudian, berbaris untuk menyanyikan lagu kebangsaan. Terakhir, jabat tangan dengan lawan.

Saat lagu kebangsaan Iran dimainkan melalui pengeras suara, para pemain Iran terlihat mengenakan jaket hitam yang menutupi logo negara. Beberapa pemain menyanyikan lagu kebangsaan. Tapi, sebagian besar tidak. Bahkan, banyak yang sambil menunduk tidak antusias.

Dapat dipahami bahwa itu pertandingan persahabatan yang dimainkan secara tertutup tanpa kehadiran penonton. Tapi, yang mengherankan adalah reaksi para pemain. Mereka tampak tidak bangga membela Iran.

Apa yang sebenarnya terjadi? Ternyata, hal itu berhubungan dengan tensi politik yang sedang terjadi di Teheran. Dalam beberapa pekan terakhir, warga Iran sedang rajin turun ke jalan. Mereka berdemonstrasi menentang Pemerintah Iran. Menentang Polisi. Menentang sejumlah peraturan yang dinilai diskriminatif.

Peraturan yang dimaksud adalah kewajiban mengenakan jilbab bagi kaum perempuan. Bukan hanya wajib, pelanggar aturan itu bisa dihukum berat. Akibatnya, seorang gadis berusia 22 tahun, Mahsa Amini, harus meninggal dunia dalam tahanan Polisi Syariah akibat tidak mengenakan jilbab.

Mahsa Amini ditangkap pada awal bulan ini karena menolak mengenakan jilbab. Awalnya, dia diproses biasa saja. Tapi, aksi berlebihan Polisi Syariah membuat sang gadis meninggal. Kematiannya memicu kemarahan warga. Mereka mendesak reformasi total, termasuk kebebasan bagi kaum hawa untuk memilih mengenakan jilbab atau tidak.



Menurut beberapa laporan media, ratusan demostran  berkumpul di luar stadion tempat Iran menggelar pertandingan melawan Senegal. Mereka meneriakkan nama Mahsa Amini berkali-kali.

Ini adalah protes terbesar di Iran dalam hampir 30 tahun. Menurut The Guardian, setidaknya 41 orang telah tewas sejak demonstrasi dimulai. "Beberapa pengunjuk rasa wanita telah melepas dan membakar jilbab mereka dalam aksi unjuk rasa dan memotong rambut mereka. Beberapa menari di dekat api unggun besar untuk tepuk tangan orang banyak," tulis The Guardian.

Aksi tersebut mendapatkan dukungan dari banyak pesepakbola Iran di luar negeri. Contohnya, penyerang Bayern Leverkusen, Sardar Azmoun.





"Paling buruk saya akan dipecat dari tim nasional. Tidak masalah. Saya akan mengorbankan itu untuk satu helai rambut di kepala wanita Iran. Cerita ini tidak akan dihapus. Mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan. Malu pada anda (pemerintah) yang mudah membunuh. Panjang umur wanita Iran," tulis Sardar Azmoun di Instagram.