Tak ada yang tak mungkin...
Ketika pemain lain berlari menuju Lautaro Martinez yang baru saja mencetak gol penalti saat adu tos-tosan, dan sekaligus memastikan Timnas Argentina melaju ke babak semifinal saat melawan Belanda beberapa hari yang lalu.

Lain halnya dengan Lionel Messi, yang memeluk Emiliano Martinez, seseorang yang berada di bawah mistar gawang Argentina.

Sebelum sampai ke titik yang sekarang, Emiliano Martinez melewati hari-hari yang tak mudah untuk menjadi seorang kiper jempolan.

Kiper kelahiran 2 September 1992 itu bukanlah berasal dari keluarga yang berkecukupan. Sepakbola adalah jalan bagi Emi Martinez untuk mengubah nasibnya yang berasal dari keluarga miskin di daerah Mar der Plata, Argentina.

Sebelum merantau jauh, Emi Martinez merupakan jebolan akademi klub divisi utama Liga Argentina, Independiente.

Bakatnya membawanya ke Emirates Stadium pada bursa transfer musim panas 2010, saat itu usianya masih sangat muda yakni 17 tahun. Namun butuh waktu lama bagi Emi Martinez untuk dipercaya tampil reguler.

Dia harus menjalani fase peminjaman dari satu klub kecil ke klub kecil lainnya, seolah-olah dia adalah kiper medioker. Namun seperti itulah cara memperbanyak jam terbang. Tercatat karier profesionalnya dimulai pada usia 19 tahun ketika ia kebobolan tiga gol di Port Vale saat dipinjamkan ke Oxford United, klub kasta keempat sepak bola Inggris.



Lalu dilempar ke Sheffield Wednesday (2013-2014,  lanjut ke Rotherham United, dan barulah pada akhir musim 2015 Emi Martinez memperkuat klub yang cukup punya nama meski masih dengan status pinjaman, yakni Wolverhampton Wanderers lalu merantau ke Liga Spanyol bersama Getafe (2017-2018).

Pada musim 2019 sempat dipinjamkan lagi ke Glasgow Celtic, di sela-sela peminjaman itu Emi Martinez sempat menggantikan Bernd Leno yang tengah dibekap cedera di akhir musim 2019/20.

Kiper itu menangis seperti bayi di televisi setelah membantu Arsenal memenangkan Piala FA dengan kemenangan 2-1 atas Chelsea.

Dan akhirnya status sebagai pemain Arsenal selama 11 tahun berakhir ketika tawaran datang dari Aston Villa di musim berikutnya. Di mana Martinez mendapat kepercayaan penuh sebagai pilihan utama.

Pertandingan terakhir Emi Martinez di Liga Premier sebelum turnamen adalah kemenangan 2-1 untuk  Aston Villa di Brighton and Hove Albion di mana rekan setimnya yaknk Alexis Mac Allister mencetak gol di menit pertama untuk klub pantai selatan.

Performa gemilangnya di klub juga ditunjukkan oleh Emi Martinez di panggung sepak bola paling bergengsi.



Jelas, partai final yang digelar di Lusail Stadium akan menjadi pertandingan yang jauh lebih sulit, terutama jika itu melawan Prancis tetapi Martinez tahu dia berada dalam jarak yang dekat dengan impiannya.
Dan Emi Martinez akan mati-matian untuk itu.