Jualan rumah menjadi karier yang lebih menjanjikan bagi Ricardo daripada berkutat di sepakbola.
Masih ingat Ricardo Alexandre Martins Soares Pereira? Jika bingung, bagaimana dengan kiper Portugal saat mempermalukan Inggris pada adu penalti Euro 2004 dan Piala Dunia 2006? Sekarang, dia sudah beralih profesi menjadi pedagang rumah.

Lahir di Montijo, Setubal, Ricardo memulai kariernya dari klub di kampung halaman, CD Montijo, sebelum menandatangani kontrak dengan Boavista pada 1995. Setelah sempat menjadi cadangan, Ricardo menjadi salah satu pemain paling berpengaruh dalam kampanye Piala UEFA 2002/2003.

Setelah Boavista berhenti di semifinal, Ricardo memutuskan bergabung dengan Sporting Lisbon pada musim berikutnya dengan biaya 7 juta euro dan 20% dari nilai transfer di masa depan.

Berkat penampilan bagus di Boavista dan Sporting itulah Ricardo dipanggil ke timnas. Dia melakukan debut untuk Portugal pada 2 Juni 2001 melawan Republik Irlandia. Saat itu, dia menggantikan Vitor Baia, yang sedang memulihkan diri dari cedera lutut serius. Tapi, dia tidak langsung menjadi pemain inti karena hanya menjadi cadangan di Piala Dunia 2002.

Pelan dan pasti, karier Ricardo mulai menanjak. Ketika Baia mundur dari Portugal setelah Piala Dunia, kesempatan Ricardo untuk menjadi penjaga gawang bernomor punggung 1 terbentang sangat luas di depan mata.

Saat Euro 2004 digelar, Luiz Felipe Scolari menunjuk Ricardo sebagai kiper utama. Kecuali saat dikalahkan Yunani pada pertandingan pembuka Grup A, Ricardo tampil bagus pada dua laga selanjutnya melawan Rusia dan Spanyol. Sebagai juara Grup A, Portugal harus bertemu Inggris selaku runner-up Grup B.

Pertandingan perempat final di Estadio da Luz, Lisbon, 24 Juni 2004, akan dikenang Ricardo selamanya. Saat itu, pertandingan berlangsung menarik. Cristiano Ronaldo muda harus menghadapi rekan-rekannya di Manchester United seperti Paul Scholes dan Wayne Rooney.

Setelah 90 menit, pertandingan berakhir imbang 1-1. Lalu, saat perpanjangan waktu digelar, skor kembali 1-1. Dengan skor akhir 2-2, pertandingan berlanjut ke adu penalti.

Tapi, babak tos-tosan juga berlangsung dramatis. David Beckham gagal menjebol jala Ricardo. Begitu pula Manuel Rui Costa yang tidak sanggup menaklukkan David James. Hingga 5 penendang, skornya sama kuat 4-4. Lalu, penendang keenam digelar dan sama-sama sukses.

Di tendangan ketujuh, hal tidak biasa terjadi. Secara mengejutkan Ricardo mencopot sarung tangannya ketika Darius Vassell bersiap menjadi eksekutor The Three Lions. Keputusan yang tepat karena bola berhasil ditangkap Ricardo. Selanjutnya, dia gantian menjadi penendang dan sukses menjebol gawang James. Skor akhir 6-5 (2-2).

"Saya merasa saya harus melakukan sesuatu setelah kebobolan 3 penalti di tengah gawang. Melepas sarung tangan adalah apa yang terjadi pada saya. Saya melakukannya untuk mencoba dan memotivasi diri sendiri. Itu untuk membuat Vassell mundur," ujar Ricardo sesuai laga, di situs resmi Euro 2004.

Meski pada akhirnya Portugal dikalahkan Yunani di final, Ricardo tetap menjadi kiper utama Portugal pada pertandingan-pertandingan selanjutnya. Salah satu yang tak kalah ikonik tercipta selama Piala Dunia 2006.

Pada turnamen di Jerman itu, Portugal tergabung di Grup D bersama Meksiko, Angola, dan Iran. Ricardo mencatat dua clean sheets dan hanya menderita 1 gol saat dijebol Francisco Fonseca dari Meksiko. Portugal lolos ke babak 16 besar juara grup dan berhasil menyingkirkan Belanda.

Seperti deja vu, Portugal kembali menghadapi Inggris di perempat final. Laga yang dikenang karena kartu merah Wayne Rooney akibat provokasi Cristiano Ronaldo itu juga berlangsung imbang selama 90 menit plus 30 menit perpanjangan waktu. Laga juga harus berlanjut ke adu penalti.

Pada babak tos-tosan, Ricardo lagi-lagi menjadi pahlawan. Dia menggagalkan sepakan Frank Lampard, Steven Gerrard, dan Jamie Carragher untuk membuat Portugal unggul 3-1 (0-0). Aksi itu menjadi Ricardo penjaga gawang pertama dalam sejarah Piala Dunia yang mampu menahan tiga tendangan di adu penalti.

Seusai turnamen, Ricardo masih menjadi kiper utama hingga Euro 2008 berakhir. Dia juga tetap bermain bagus di klub bersama Real Betis, Leicester City, Vitoria Setubal, hingga pensiun pada 2014 sebagai pemain Olhanense.

Setelah gantung sarung tangan, Ricardo menetap di Algarve. Selama Euro 2016 berlangsung di Prancis dan Portugal menjadi juara, dia menjadi komentator rutin di Sport TV.

Tapi, setelah itu pemilik 79 caps untuk Portugal tersebut menghilang. Ternyata, Ricardo beralih profesi yang tidak ada hubungannya dengan sepakbola. Dia berjualan rumah. Ricardo menjadi agen properti yang cukup diakui kredibilitasnya dengan label "R1 Real Estate".

Dalam situs resminya, R1 Real Estate mengaku sebagai perusahaan dengan pengalaman luas dalam membeli dan menjual properti dengan tim agen profesional yang berfokus pada penyediaan layanan pelanggan individual untuk memastikan solusi dan tujuan yang memenuhi kebutuhan pelanggan.

R1 Real Estate menawarkan semua layanan yang terkait dengan pembelian dan penjualan bagunan dan hadir untuk mendukung, melindungi, serta membantu pelanggan melalui salah satu keputusan keuangan terbesar dalam hidup, khususnya dalam membeli atau menjual rumah.

Ruang lingkup R1 Real Estate ada di Algarve. Perusahaan ini berkantor di Vilamoura, yang terletak di Loule. Ada banyak properti yang dikuasai R1 Real Estate dan terletak di beberapa tempat di wilayah Algarve seperti Lagos, Vale do Garrão, Vilamoura, Boliqueime, Quarteira, hingga Almancil.

"Bersama dengan keluarganya, Ricardo telah merangkul Vilamoura sebagai rumahnya di Algarve. Dia sekarang merangkul proyek real estate dengan tingkat komitmen dan semangat yang sama seperti yang dia tunjukkan selama 21 tahun di sepakbola," tulis situs resmi R1 Real Estate.