Kisah Derby Corsica, Laga Paling Panas di Sepakbola Prancis

"Konon, panasnya melebihi PSG vs Marseille atau Lyon vs Saint-Etienne."

Biografi | 15 March 2022, 04:50
Kisah Derby Corsica, Laga Paling Panas di Sepakbola Prancis

Libero.id - Selama ini orang hanya mengenal Le Classique sebagai pertandingan paling panas di sepakbola Prancis. Meski tidak sepenuhnya salah, sebenarnya masih ada beberapa duel panas lain. Selain Derby Rhone-Alpes antara Saint-Etienne dengan Lyon, ada lagi Derby Corsica.

Beda dengan Le Classique atau Derby Rhone-Alpes, pertandingan yang mempertemukan Bastia dengan Ajaccio itu sempat vakum delapan tahun. Laga terakhir terjadi pada 20 April 2014 dan dilangsungkan di Stade Armand-Cesari, kandang Bastia. Hasilnya, tuan rumah menang 2-1 lewat gol di menit 88, untuk mengirim Ajaccio ke Ligue 2.

Sayangnya, pada 2017 Bastia kemudian mengikuti jejak Ajaccio terjun bebas. Bahkan, ke kasta kelima. Itu karena masalah finansial sehingga mereka harus kehilangan status profesional. 

Dalam rentang waktu yang panjang itu, Ajaccio tetap di Ligue 2. Sementara Bastia merangkak dari bawah. Mereka baru kembali ke Ligue 1 pada akhir musim 2020/2021. Itu artinya, Derby Corsica kembali mendapatkan panggung di Ligue 2 musim ini. 

Pertemuan pertama Bastia dan Ajaccio setelah delapan tahun terjadi pada 25 September 2021 di Stade Armand-Cesari. Hasilnya, Bastia unggul 2-0. Dan, pertemuan kedua terjadi akhir pekan lalu di Stade Francois Coty. Hasilnya, Bastia unggul lagi. Kali ini, 1-0.

"Derby melawan Bastia sangat penting bagi para pendukung karena ini tentang supremasi regional. Diluar sepak bola, Ajaccio dan Bastia selalu menjadi rival. Ada antagonisme yang kuat antara kedua kota (dalam satu pulau)," kata penggemar Ajaccio, Anthony Tognetti, kepada BBC Sport.

"Suasana antara ultras kedua klub tegang, terutama saat pertandingan. Banyak insiden terjadi di masa lalu dan mulai sekarang pendukung dilarang hadir pada derby. Bagi para pendukung, ini normal. Ini semua tentang pertengkaran," tambah Tognetti.

Lalu, apa yang membuat Derby Corsica sangat panas? Konon, jauh lebih panas dari Le Classique atau Derby Rhone-Alpes. 

Persaingan secara geografis membagi Pulau Corsika di Mediterania antara dua kota utamanya, yaitu Ajaccio di Corse-du-Sud (barat daya) dan Bastia di Haute-Corse (timur laut). "Bastia terlihat lebih alami, Corsica asli dibandingkan dengan Ajaccio, yang lebih metropolitan," jelas jurnalis sepakbola Corsica, Thomas Andrei.

"Pada pertandingan sebelumnya ketika para penggemar Ajaccio melakukan perjalanan ke Furiani (kandang Bastia), para pendukung Bastia menulis sebuah grafiti bertuliskan 'selamat datang di Corsica', yang jelas-jelas tidak mereka sukai. Itu memang membelah pulau," ungkap Andrei.

Sepakbola di "Isle of Beauty'"terkait erat dengan politik dan perjuangan kemerdekaan. Memang ada demonstrasi yang sedang berlangsung menyusul penyerangan tokoh nasionalis di penjara Prancis yang membuat pertandingan melawan tim daratan sering memanas.

Bastia khususnya memiliki sejarah sanksi atas masalah pendukung. Pada 2014, 44 petugas polisi terluka saat kekerasan yang menodai pertandingan Ligue 1 melawan Marseille. Sementara pada 2016, sebuah kantor polisi diserang di tengah bentrokan setelah pertandingan melawan Reims.

Menuju degradasi musim berikutnya, pertandingan melawan Lyon harus dibatalkan karena pendukung tuan rumah dua kali menyerbu lapangan dan salah satu direktur klub diberi sanksi karena bertengkar dengan penjaga gawang tim tamu.

Klub juga diberi larangan tiga pertandingan di stadion pada 2017 setelah para pendukung melakukan pelecehan rasial terhadap striker Nice saat itu, Mario Balotelli. "Bagi saya, pertandingan (menghadapi) Lyon adalah bunuh diri Bastia," tambah Andrei.

"Sebelum pertandingan itu, stadion terlihat seperti gunung berapi, hampir meletus, tapi tidak pernah benar-benar terjadi. Dan, hari itu, akhirnya meletus. Situasi sudah tenang sejak saat itu. Tapi, dukungan masih tetap bergairah. Sepakbola adalah gairah di Corsica. Bahkan, ketika Bastia terdegradasi ke Divisi V, ada 7.000 penggemar di pertandingan Coupe de France," ungkap Andrei.

Di lapangan, Bastia bisa mengklaim yang paling sukses. Pemenang Coupe de France 1980/1981 itu juga mendekati kejayaan Eropa pada 1978, tapi kalah di final Piala UEFA dari PSV Eindhoven. Mereka telah menghabiskan 34 musim di papan atas Prancis secara keseluruhan, dibandingkan Ajaccio yang hanya 13 musim.

"Bastia adalah klub bersejarah. Ini dianggap oleh banyak orang sebagai klub yang benar-benar mewakili orang-orang Corsica. Mereka memiliki lebih banyak pendukung daripada Ajaccio. Anda bisa bertemu mereka di seluruh Corsica, termasuk di Ajaccio. Yang sebaliknya tidak ada," kata Didier Rey, seorang profesor di Universitas Corsica yang meneliti sepakbola Corsica.

Bastia juga pernah mengalami tragedi. Pada 1992, tribun sementara yang didirikan di stadion untuk menampung pendukung tambahan di semifinal Coupe de France melawan Marseille runtuh sesaat sebelum kick-off dan menewaskan 18 orang, serta melukai lebih dari 2.000 penonton.

Diturunkan ke liga amatir karena ketidakteraturan keuangan pada 2017, Bastia telah pulih dengan empat kali promosi berturut-turut. Musim ini mereka berada di papan bawah Ligue 2 sehingga kemenangan atas Ajaccio sangat berharga.

Sebaliknya, 2021/2022 adalah musim kedelapan berturut-turut Ajaccio di Ligue 2. Mereka frustrasi karena usaha kembali ke Ligue 1 selalu gagal. Empat tahun lalu contohnya, Ajaccio menang di semifinal play-off melawan Le Havre. Tapi, mereka gagal promosi setelah kalah di final melawan Toulouse.

Ajaccio juga berada di posisi ketiga atau terpaut dua poin dari puncak, ketika pandemi Virus Corona menyebabkan kompetisi 2019/2020 harus dihentikan. Dan, musim ini mereka  terus mencoba untuk kembali ke Ligue 1. "Akan menjadi kebanggaan besar jika Ajaccio promosi ke Ligue 1 ," ucap Tognetti.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network