Kehebatan Rumput Stadion Sultan Ibrahim, Markas Johor Darul Ta’zim

"Dirawat khusus ahli berusia 74 tahun dari Jepang. Di Asia Tenggara, cuma ada tiga stadion dengan rumput sejenis. Salah satunya SUGBK, Jakarta."

Feature | 08 June 2020, 07:31
Kehebatan Rumput Stadion Sultan Ibrahim, Markas Johor Darul Ta’zim

Libero.id - Salah satu tim besar asal Malaysia, Johor Darul Ta’zim FC dikenal sebagai tim yang memiliki fasilitas modern untuk mendukung persepakbolaanya. Tim pertama Asia Tenggara yang pernah memenangkan AFC Cup itu bukanlah tim yang bisa dipandang sebelah mata sekarang. Bahkan dalam beberapa musim terakhir, anak asuh Luciano Figueroa berhasil masuk dalam fase grup AFC Champions League, kompetisi paling bergengsi di Asia.

Salah satu fasilitas modern yang mereka miliki adalah Stadion Sultan Ibrahim, lebih tepatnya pAda rumput stadion tersebut. Sebelumnya, tim berjuluk Harimau Selatan itu bermarkas di Stadion Tan Sri Dato Haji Hassan Yunos yang sekarang digunakan sebagai stadion serba guna untuk event olahraga tertentu.

Pindah ke Stadion Sultan Ibrahim per Januari 2020 kemarin, Hariss Harun dan kawan-kawan telah memainkan 4 pertandingan resmi disana tanpa kekalahan, salah satunya, mereka berhasil menumbangkan tim asal Korea Selatan, Suwon Bluewings dalam lanjutan AFC Champions League. Adapun yang menjadi sorotan pada stadion dengan kapasitas 40,000 ribu penonton itu adalah rumput yang ditangani oleh seorang pakar rumput asal Jepang, Hiroi Koichi.

Klub yang dimilii oleh Tunku Ismail Sultan Ibrahim itu memang sudah berpikiran lebih ‘maju’ ketimbang tim-tim lain di Liga Malaysia, bahkan mungkin di Asia Tenggara. Sultan ibrahim memiliki pandangan bahwa, fasilitas stadion, terutama rumput, sangat menentukan jalannya permainan. Ketika rumput di lapangan bagus dan indah, maka tim bisa bermain dengan indah, begitulah kira-kira prinsip dari pangeran berusia 35 tahun tersebut.

Berbicara soal Hiroi Koichi, pria berusia 74 tahun itu awalnya adalah seorang pengawas lapangan rumput polo di Istana Pasir Pelangi, Malaysia. Pengalamannya yang sudah bekerja di Negri Jiran sejak tahun 1992 serta kinerjanya yang baik membuat manajemen JDT merekrut dirinya sebagai tenaga ahli.

Ada pun rumput yang digunakan oleh Hiroi Koichi pada Stadion Sultan Ibrahim adalah rumput Zoysia Zeon, spesies rumput yang diimpor dari Jepang dan hanya dapat ditemukan di sebagian besar negara di Asia Pasifik dan Australia. Pemilihan rumput tersebut sendiri memiliki cerita unik dimana, sebelum proyek stadion digalakan pada 2016 lalu, pria Jepang ini sedang mengamati beberapa bagian lapangan yang 'dikunjungi' oleh empat burung.

Kemudian dalam wawancaranya bersama johorsoutherntigers.com, pria Jepang itu menjelaskan bahwa kehadiran burung tersebut merupakan tanda dari desertifikasi atau keringnya lahan,

“Rumput seperti manusia, kadang-kadang 'sakit' dan membutuhkan perawatan. Jadi setiap kali setelah berkelahi, saya harus memeriksa apa masalahnya seperti dokter," ujar Hiroi.

"Mungkin hanya perlu diberi obat atau mungkin hanya sedikit perawatan. Jadi sebelum pertarungan berlangsung, aku harus memastikan rumput dalam kondisi baik "

Di Asia Tenggara Sendiri, hanya tiga stadion yang menggunakan rumput ini. Selain Stadion Sultan Ibrahim, dua stadion lainnya adalah Stadion Nasional Singapura dan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Indonesia.

“Sebagian besar masalah di lapangan di Malaysia adalah genangan air. Jadi saya jamin, teknologi di bawah halaman ini adalah sistem drainase khusus. tidak peduli berapa banyak air hujan jatuh di ladang ini, itu tidak akan mandek. Itulah keistimewaan Stadion Sultan Ibrahim, ini adalah satu-satunya teknologi di Asia”

"Cowgrass adalah rumput paling umum yang kita lihat di negara ini, tetapi saya merekomendasikan Zoysia Zeon karena ini adalah rumput terbaik untuk olahraga walaupun harganya mungkin lebih tinggi dan biaya perawatannya tentu berbeda " jelas pria yang akrab disapa Hiroi-San itu.

Lapangan Stadion Sultan Ibrahim juga dilengkapi dengan sembilan lapisan, masing-masing dengan fungsinya sendiri dalam teknologi drainase lapangan. Ini untuk memastikan bahwa air hujan yang membasahi lapangan, akan dengan cepat diserap dan dialirkan ke drainase di sekitar lapangan. Dengan sembilan lapisan tersebut, ancaman lapangan yang akan berbentuk “becekan” atau “sawah” hampir mustahil kecuali ada kerusakan pada salah satu dari sembilan lapisan  tersebut.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network