Kisah Adidas dan Puma, Perseteruan Saudara Kandung Membelah Kota Jadi Dua

"Kota ini memiliki area tersendiri bagi mereka yang tergabung dalam warga Puma dan warga Adidas. Kafe bahkan sekolah bisa terpisah."

Feature | 13 July 2020, 10:26
Kisah Adidas dan Puma, Perseteruan Saudara Kandung Membelah Kota Jadi Dua

Libero.id - Dua perusahaan sepatu paling terkenal di dunia lahir dari pertarungan antar saudara kandung. Pada 1920-an, dua orang bersaudara dari Jerman, Adolf dan Rudolf Dassler meluncurkan perusahaan sepatu yang dibangun secara bersama di ruang cuci ibu mereka.

Bisnis mereka berkembang pesat setelah sepatu Dassler menghiasi kaki para pemenang medali emas kompetisi olahraga di tahun 1930-an. Tetapi ketika penjualan sepatu mereka meningkat, diikuti ketegangan antara kedua saudara itu.

Perang Dunia II membuktikan titik putusnya hubungan mereka. Meskipun tidak ada yang yakin apa yang menyebabkan perselisihan, banyak yang menyebutnya lebih karena miskomunikasi. Setelah serangan bom Sekutu, Adolf dan istrinya berlindung di tempat perlindungan yang sudah ditempati oleh Rudolf dan keluarganya. "Bandit bandit kotor itu kembali lagi," kata Adolf, rupanya merujuk pada pesawat, tetapi Rudolf mengira komentar itu adalah serangan serangan verbal yang ditujukan kepadanya.

Setelah perang berakhir, dua saudara itu membagi perusahaan. Perselisihan di antara mereka makin memanas. Adolf, yang lebih suka dipanggil Adi, menamai bisnisnya Adidas, menggabungkan nama depan dan belakangnya; Rudolf mencoba hal yang sama dengan menghasilkan merk Ruda, meskipun kemudian dia mengubahnya menjadi Puma.

Dua saudara itu tidak pernah saling berbicara lagi. Persaingan sengit mereka bahkan memecah kota Herzogenaurach, di mana mereka membangun pabrik-pabrik sepatu. Sekitar September 2009, lama setelah kedua saudara itu meninggal, kedua perusahaan mengesampingkan perseteruan mereka dan berhadapan dalam pertandingan sepak bola persahabatan.

HERZOGENAURACH, KOTA KELAHIRAN PUMA DAN ADIDAS
 
Libero.id

Kota Herzogenaurach

Kota kecil ini tidak punya stasiun kereta api. Tidak ada jalur kereta api yang melewati atau menjadikan Herzogenaurach sebagai terminus. Untuk menuju kota ini, satu-satunya cara adalah melalui Erlingen, setengah jam perjalanan kereta api dari Nuremberg. Dari Erlingen baru ada bus yang membawa ke pusat kota Herzogenaurach.

Meski kesannya terpencil, tanpa stasiun kereta api, Herzogenaurach kondang di seluruh dunia karena menjadi tempat kelahiran raksasa perlengkapan olahraga Adidas dan Puma. Kota ini makin terkenal dengan sejarah perselisihan turun temurun antara pendiri Adidas dan Puma. Padahal, mereka sebenarnya adalah kakak beradik.

Banyak di antara warga yang berusaha mengesampingkan perselisihan dua saudara. Mereka bercerita dengan penuh bangga bahwa kota mereka tidak hanya melahirkan Adidas dan Puma. Lothar Matthaeus pun lahir dan besar di Herzogenaurach. Lothar Matthaeus adalah kapten Jerman saat merebut Piala Dunia 1990 Italia.

Herzogenaurach menyimpan perselisihan yang sudah berjalan puluhan tahun. Kota dengan penduduk 24.000 orang itu terbagi ke dalam dua “kubu” yaitu Adidas dan Puma.

Di Herzogenaurach, identitas warganya bisa ditentukan dari sepatu yang dipakai. Kota ini memiliki area tersendiri bagi mereka yang tergabung dalam warga Puma dan warga Adidas. Kafe bahkan sekolah bisa terpisah. Padahal, Adidas maupun Puma didirikan oleh dua bersaudara. Adidas oleh Adolf Dassler sementara Puma oleh Rudolf Dassler.

Hingga kini, warga kota Herzogenaurach secara turun temurun mengikuti orang tuanya apakah menjadi bagian keluarga Adidas atau Puma.

Pernah, pada laga Piala Dunia 2006 antara Argentina lawan Pantai Gading, warga kota pun terbelah. Saat itu Jerman menjadi tuan rumah. Penyebabnya, Argentina disponsori oleh Adidas dan menggunakan fasilitas Adidas sebagai markas. Sementara, Pantai Gading didukung sepenuhnya oleh Puma. Laga ini dimenangi oleh Adidas. Toh, Puma tak merasa kalah karena 12 tim di Jerman saat itu menggunakan seragam mereka sementara Adidas hanya enam.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network