Cerita Unik Samuel Bartram, Kiper yang Terus Main Meski Laga Sudah Berhenti 15 Menit

"Ini mungkin kejadian satu-satunya di dunia sepakbola. Dia kaget ketika didatangi polisi yang nengatakan laga sudah selesai."

Feature | 12 August 2020, 04:22
Cerita Unik Samuel Bartram, Kiper yang Terus Main Meski Laga Sudah Berhenti 15 Menit

Libero.id - Saat hidup pada 22 Januari 1914-17 Juli 1981, Samuel Bartram menghabiskan seluruh karier di sepakbola profesional bersama Charlton Athletic. Sebagai kiper, dia membela Addicks pada 1934-1956. 

Hidup di era ketika Perang Dunia II berlangsung membuat banyak penggemar sepakbola Inggris masa kini yang tidak mengenal sepak terjang Bartram. Satu-satunya berita tentang Bartram yang mendunia dan dibicarakan banyak orang hingga detik ini adalah "Insiden kabut". 

Insiden kabut terjadi ketika Charlton menjalani pertandingan melawan Chelsea di Stamford Bridge pada Boxing Day 1937. Kisah itu diungkap dalam buku autobiografi Bartram. Dia menulis, sesaat setelah kick-off, kabut datang menyelimuti lapangan pertandingan dalam cuaca dingin.

Kabut mulai menebal dengan cepat di ujung jauh, melewati Vic Woodley (kiper Chelsea) di gawang Chelsea dan terus bergulir ke arah Bartram. Wasit menghentikan permainan dan kemudian saat jarak pandang menjadi lebih jelas. Laga dimulai kembali. "Kami berada di puncak performa saat ini dan saya melihat semakin sedikit pemain (di pertahanan Charlton) saat kami menyerang dengan mantap," tulis Bartram, dilansir The Guardian.

Permainan berjalan sangat sunyi, tapi Bartram tetap di posnya. Lalu, dia mencoba mengintip ke dalam kabut tebal dari tepi area penalti. Dia bertanya-tanya dalam hati mengapa serangan tidak juga datang ke gawang Charlton.  

"Setelah sekian lama, sesosok muncul dari tirai kabut di depan saya. Itu adalah petugas Polisi. Dia terkejut melihat saya. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Dia bertanya mengapa saya ada di situ. Dia mengatakan bahwa permainan dihentikan seperempat jam yang lalu. Lapangan itu benar-benar kosong," tambah Bartram. 

Mendengar penjelasan sang petugas, Bartram tertawa geli. "Saya kaget dan langsung pergi ke ruang ganti. Sampai di sana para pemain lainnya sudah mandi. Mereka tertawa melihat saya," kenang pemilik tiga caps untuk The Three Lions tersebut.

Apa yang dialami Bartram cukup masuk akal pada masa tersebut. Beda dengan era sekarang yang sudah mengandalkan teknologi, sepakbola pada 1930-an sangat sederhana dan ala kadarnya. Stadion tidak dilengkapi fasilitas penunjang seperti lampu dan mikrofon. 

Selain itu, para penonton juga tidak seperti saat ini yang rajin bernyanyi dan melakukan berbagai koreografi untuk menyemangati para pemain di lapangan. Akibatnya, sangat sulit melihat apakah pertandingan sudah berakhir atau masih berlanjut di tengah kabut tebal.  

Pengalaman unik itu benar-benar membekas di benak Bartram sehingga perlu menceritakannya dalam buku autobigrafi. Dia juga perlu bercerita karena sepanjang karier sepak bola memiliki prestasi yang layak dibanggakan, khususnys tentang loyalitas membela sebuah klub. 

Karier Bartram bermula saat masih duduk di bangku sekolah. Sepulang sekolah dan di akhir pekan, dia menjadi penyerang atau sayap kiri di liga amatir di klub kampung halamannya, Boldon Villa. 

Dalam sebuah pertandingan, klub tersebut ternyata tidak memiliki kiper karena cedera. Akibatnya, Bartram ditunjuk menjadi palang pintu sementara. Hasilnya, luar biasa. Dia ternyata lebih jago berada di bawah mistar dibanding sebagai striker atau winger.

Meski menjadi kiper adalah kecelakaan, pelatih Boldon saat itu langsung memutuskan Bartram menjadi penjaga mistar utama. Di posisi baru itulah talenta Bartram terpantau pemandu bakat Charlton, Angus Seed. Tanpa pikir panjang, Seed merkomendasikan Bartram untuk bermain di Charlton. 

Bartram juga sepakat dan dalam tiga tahun pertama dirinya mampu membawa Charlton naik dari Divisi III menjadi runner-up Divisi I di Liga Inggris. Dia memperkuat Charlton sebagai kiper selama 22 tahun. Hebatnya, dia selalu menjadi pilihan utama dan tidak pernah sekalipun dicadangkan, kecuali hukuman kartu atau cedera. 

Bartram dikenal sebagai kiper terbaik Charlton. Dia memimpin The Addick menjalani empat pertandingan final Piala FA pada kurun waktu 1943 hingga 1947. Hasilnya, kemenangan di Piala FA 1947. Itu hasil yang dikenang karena saat semifinal melawan Newcastle United, Bartram sempat keracunan makanan.

Pada 6 Maret 1954, Bartram mencetak rekor 500 penampilan di Liga Inggris dalam usia 40 tahun. Dia tercatat sebagai pemain paling tua yang membela Charlton karena merumput hingga usia 42 tahun setelah menorehkan 623 penampilan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network