10 Anak Ajaib (Wonderkid) Inggris yang Gagal Memancarkan Sinar Terang

"Ada yang bisa mengolongi Vidic 3 kali dalam 1 menit. Ada yang gagal karena mabuk-mabukan dan bahkan terlibat perampokan bersenjata."

Feature | 11 September 2020, 07:32
10 Anak Ajaib (Wonderkid) Inggris yang Gagal Memancarkan Sinar Terang

Libero.id - Bersaing di kompetisi seketat Liga Premier memang tidaklah mudah. Sekalipun untuk pesepakbola lokal asli Inggris. Hampir setiap tahun para bakat muda bermunculan, dan berkat sorotan yang berlebihan dari media, nama mereka cepat naik tetapi secepat itu jugalah hilang dari peredaran.

Diantara bintang-bintang muda atau wonderkid dari Inggris yang terbilang sukses dialah Wayne Rooney, dan tiap kali generasi baru yang sedikit menjanjikan muncul, media Inggris akan berkata " The next Wayne Rooney," tetapi ironisnya hampir semua dari anak muda itu gagal memenuhi potensi mereka atau tak sesuai ekspektasi.

Dan inilah 10 wonderkid Inggris yang gagal melanjutkan sinarnya:

10. Theo Walcott

Libero.id

Kredit: premierleague.com

Nama yang tak lagi asing, Theo Walcott menghabiskan sebagian besar kariernya untuk bermain di Liga Premier. Si pelari cepat itu telah memenangkan beberapa medali dan mengumpulkan lebih dari beberapa caps untuk timnas Inggris, tetapi, jujur saja, Theo Walcott belum mendekati level yang diharapkan.

Namanya terangkat ketika pada tahun 2006 pelatih Inggris Sven Goran Eriksson, memboyongnya ke dalam skuad Piala Dunia. Selepas hajatan besar itu Arsene Wenger membawa Theo Walcott dari Southampton ke Arsenal, seketika para Gooners berharap Walcott akan akan menjadi pengganti yang sepadan untuk Thierry Henry.

Jauh panggang dari api, Walcott yang sering dibekap cedera hanya mampu mencetak 65 gol selama 12 tahun di Emirates Stadium. Sejak musim 2018 dia bergabung ke Everton. Usianya kini sudah 31 tahun.

9. Ravel Morrison

Semua rekan bermain Ravel Morrison tahu, pesepakbola kelahiran 22 Februari 1992 itu jelas memiliki bakat yang berlimpah.

Masalahnya adalah, pria Britania Raya ini gagal berkembang karena memiliki gaya hidup yang buruk di luar lapangan, itu membuat pengaruh signifikan ketika berada diatas rumput hijau.

Morrison adalah gelandang potensial yang dimiliki Manchester United kala itu, dia satu generasi dengan Paul Pogba dan Lingard. Bahkan Wayne Rooney sempat melempar pujian kepada Morrison, dengan menyebut dia lebih baik ketimbang Paul Pogba.

"Saya ingat ketika melihat Ravel Morrison bermain, dia punya segala syarat untuk menjadi pemain hebat di posisinya. Morrison mampu mengolongi (nutmeg) Nemanja Vidic tiga kali dalam waktu satu menit saat latihan," tulis Wayne Rooney dalam kolomnya di Sunday Times.

Dan kalimat berikutnya, seperti sebuah tamparan.  "Tetapi Morrison tidak mampu menjaga diri terkait gaya hidup dan lingkungannya," Kini Morrison bermain di Sheffield United.

8. Jack Rodwell

Libero.id

Kredit: evertonfc.com

Jack Rodwell datang dari Everton dan membuat sejarah sebagai pesepakbola termuda yang bermain di kompetisi Eropa, Rodwell membuktikan dirinya sebagai bagian penting dari lini tengah Everton kala itu.

Rodwell punya daya jelajah yang bagus, fisik yang prima dan umpan jarak jauh terukur serta  ketajaman untuk mencetak gol. Itu semua membuat Rodwell dilirik oleh beberapa klub top Eropa, seperti AS Roma dan Manchester City. Dan The Blues jadi pilihan Rodwell. Sayangnya, dia hanya tampil sekilas untuk City, Rodwell meredup sebelum bersinar.

Setelah memperkuat Sunderland, musim baru 2020/21 bakal dijalaninya bersama Sheffield United.

7. Josh McEachran

Cerita pemain muda didikan akademi yang sukses tak melulu berpihak pada Chelsea. John McEachran adalah contoh gagal. Kariernya di Chelsea bermula sejak dia berusia 7 tahun, akrab dengan klub London itu 10 tahun kemudian Josh masuk dalam skuad utama Chelsea dan merasakan langsung atmosfer bermain di Stamford Bridge, bukan tanpa alasan, Josh muda memang menunjukkan kemampuan di atas rata-rata.

Posisinya sebagai gelandang, mengingatkan para pengemar dengan gaya bermain Zidane, berkat kemampuannya itu Josh sempat diminati oleh klub Top Eropa seperti Real Madrid, "Saat usiaku 16 tahun, agenku berkata Real Madrid menginginkanku. Itu sulit dipercaya. Saya memiliki kesempatan untuk bermain di Real Madrid tapi saya menolak dan katakan tidak. Saya ingin tetap bertahan di Chelsea. Sebab saya adalah fans Chelsea," kenang Josh waktu itu.

Tapi semua tinggal cerita lalu, kini nama Josh mulai jarang terdengar. Dia bermain untuk Birmingham City.

6. Cherno Samba

Libero.id

Kredit: instaram.com/cherno_samba

Sulit untuk membayangkan, bagaimana mungkin seorang bocah bisa mencetak rata-rata 4 gol per pertandingan, tetapi itulah yang diperbuat oleh Cherno Samba muda. Dia mengantongi 132 gol dalam 32 pertandingan untuk tim sekolah menengahnya.

Kabar itu sampai ke klub-klub besar Liga Premier,  Liverpool dan Man United secara terbuka menyatakan ketertarikan. Dan Cherno kabarnya berlabuh di Anfield Stadium. Tetapi tak ada konfirmasi lebih lanjut apakah itu benar atau tidak.

Samba sempat memperkuat timnas Inggris di kelompok usia-19 tahun.

Tetapi yang pasti, Samba hanya bermain untuk klub midioker seperti Millwall, Plymouth, Wrexham, serta liga kelas bawah negara-negara Skandinavia.

5. Micah Richards

Micah Richards tampaknya akan menjadi tulang punggung pertahanan Inggris dan Man City untuk waktu yang lama ketika dia pertama kali datang. Waktu itu Richards memiliki segalanya, kecepatan, kekuatan, kemampuan untuk beradaptasi, memungkinkannya untuk bermain sebagai bek tengah dan bek sayap.

Sebelum 'mengakhiri' kariernya, Micah Richards sempat merasakan gelar Liga Premier, tetapi cedera merusak segalanya. Usianya baru 31 tahun, tapi dia memutuskan untuk pensiun. Richard sempat memperkuat Fiorentina dan Stoke City.

4. Michael Johnson

Di usianya yang baru 18 tahun, ketika itu Michael Johnson telah menunjukkan bakat hebatnya untuk kemudian memukau  Manchester City. Sayangnya bakat Johnson tak akan pernah kita saksikan lagi. Pada umur 24 tahun, kontrak Johnson diputus oleh Man City.

Bukan sepenuhnya salah klub yang bermarkas di Etihad Stadium itu, tetapi Johnson memang dikenal sebagai pemain yang bengal. Dia sering kali tertangkap basah oleh polisi mabuk-mabukan sambil mengemudi tak jelas.

Entahlah, mungkin itu cara Johnson melampiaskan frustrasinya, karena berbagai masalah hidup. Ketika merumput pun dia memang kerap dibekap cedera, mulai dari  hamstring, double hernia sampai cedera lutut.

3. Nile Ranger

Libero.id

Kredit: nufc.co.uk

Lagi-lagi kasus yang menghambat perkembangan pemain berkutat pada soal kedisiplinan di lapangan yang dilanggar serta kehidupan di luar lapangan yang berantakan. Ini terjadi pada talenta besar Newcastle United yakni Nile Ranger. Usianya masih 18 ketika digadang-gadang akan membuat revolusi besar-besaran untuk Newcastle.

Tapi kenyataan berkata lain, pemain yang berposisi sebagai penyerang tengah ini, alih-alih beraksi di atas lapangan hijau justru Nile Ranger sempat terlibat dalam perampokan bersenjata.

2. Francis Jeffers

Nama Francis Jeffers mulai muncul saat dia berusia 16 tahun. Jeffers memulai kariernya di akademi Everton, mula-mula posisinya sebagai penyerang cukup menjanjikan, bahkan dia juluki 'serigala di dalam kotak' kalimat yang menggambarkan betapa berbahaya ketika Jeffers saat di kotak penalti lawan.

Penampilannya bersama Everton membuat Arsenal tertarik. Ketika itu The Goneers masih dilatih Arsene Wenger. Dia mencetak 8 gol dari 39 laga bersama klub London Utara itu. Namun, dua tahun berselang Francis Jeffers kembali ke Everton dengan status pinjaman.

Selama kariernya di sepakbola, Francis Jeffers sudah berganti-ganti klub lebih dari 14 klub. Sampai kemudian, pada musim 2012-2013 nasibnya tidak jelas lantaran tidak memiliki klub. Akhirnya Jeffers memutuskan  untuk pensiun saat usianya baru 35 tahun. Keputusan itu datang setelah badai cedera kerap menghantuinya.

1. Jack Wilshere

Libero.id

Kredit: arsenal.com

Ketika Wilshere muncul dari akademi Arsenal, sepertinya Inggris telah menemukan pencarian mereka untuk sosok Andres Iniesta dari dataran Britania Raya, mula-mula itu tak berlebihan, mengingat Wilshere sempat memenangkan penghargaan PFA Young Player of the Year pada musim 2011, mengalahkan Luis Nani, Gareth Bale dan banyak nama beken lainnya.

Gelandang bertubuh mungil ini menunjukkan semua keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi pemain kelas dunia dengan keuletan, umpan tajam, kemampuan untuk mencetak gol. Tetapi cedera kambuhan dan besarnya tekanan pada dirinya menjadikan Wilshere layu.

Setelah menjadi bagian terbaik selama satu dekade bersama tim utama The Gunners, Wilshere akhirnya dipinjamkan ke Bournemouth, tentu saja tujuan utamanya adalah untuk menghidupkan kembali karier Wilshere,  tetapi tetap saja dia gagap dan rawan cedera. Kini Wilshere bermain untuk West Ham United.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network