Kisah Raymond Domenech, Pelatih yang Lebih Percaya Zodiak Dibanding Kemampuan Teknis

"Domenech memilih pemain berdasarkan zodiak dan tahun kelahiran. Aneh."

Feature | 30 September 2020, 12:21
Kisah Raymond Domenech, Pelatih yang Lebih Percaya Zodiak Dibanding Kemampuan Teknis

Libero.id - Sepakbola sering dihubungkan dengan hal mistis. Tidak terkecuali di Eropa. Salah satu contohnya ketika Raymond Domenech menjadi pelatih tim nasional Prancis pada 12 Juli 2004 hingga pertandingan terakhir Grup A Piala Dunia 2010.

Libero.id

Piala Dunia 2010. Kredit: fifa.com

Pada era tersebut, Domenech menjadi pelatih sepakbola dunia yang penuh kontroversi. Pria berusia 68 tahun itu menghiasi banyak sampul surat kabar olahraga di seluruh dunia bukan karena prestasinya, melainkan drama yang diciptakan secara sengaja maupun tidak sengaja bersama Les Bleus.

Banyak cerita lucu saat pemilik nama lengkap Raymond Manuel Albert Domenech tersebut menjadi nakhoda Prancis. Selama memimpin Thierry Henry dkk, Domenech dianggap tidak terlalu mementingkan taktik maupun kondisi terkini pemain saat menentukan anggota skuad. Domenech memilih pemain berdasarkan zodiak dan tahun kelahiran.

Pria kelahiran Lyon, 24 Januari 1952, itu tidak enggan memanggil pemain berzodiak Scorpio. Dia juga tidak mau menunjuk pemain berzodiak Leo untuk mengawal barisan pertahanan.

Dampak dari keputusan konyol tersebut telah membuat pemain-pemain hebat Prancis di era tersebut gigit jari. Sebut saja Ludovic Giuly, Robert Pires, hingga Philippe Mexes. Ketiga pemain top itu dia tinggalkan. Domenech juga lebih memilih Gregory Coupet sebagai kiper utama menggantikan Fabien Barthez.

Mengapa dia melakukan hal tersebut? Jawabannya, takhayul! "Saya adalah orang yang sangat ingin tahu. Saya selalu tertarik pada apa pun yang dapat membantu memahami cara manusia bekerja," ucap Domenech kepada The Guardian pada 2016.

"Saya mempelajari semua teknik komunikasi, analisis transaksional, dan sebagainya. Saya juga belajar astrologi dan grafologi. Jika saya mengatakan saya sedang mengerjakan grafologi, tidak akan ada yang menyadarinya karena ilmu itu memiliki sisi ilmiah. Tapi, astrologi memiliki sisi mistis. Ketika saya menyebutkannya, orang mulai berpikir saya memakai topi penyihir di kepala saya dan menatap bola kristal," ungkap Domenech.

"Astrologi memiliki nilai dalam mencari tahu tentang karakter seseorang. Bukan dalam meramalkan masa depan atau semacamnya, tapi dalam menyusun profil orang. Ketika saya mulai tertarik pada astrologi, saya membaca sebuah buku berjudul Astrologie et Education yang mengatakan bahwa anda tidak akan mendidik anak Capricorn dengan cara yang sama seperti anda mendidik anak Gemini," tambah mantan pemain Olympique Lyon itu.

Domenech membantah menggunakan zodiak sebagai panduan ketika menentukan pemain-pemain Les Bleus. "Anda tidak dapat mengelola orang yang berbeda dengan cara yang sama sehingga anda harus mencoba mencari cara terbaik untuk melanjutkan. Hanya itu yang saya gunakan. Saya tidak pernah menggunakannya untuk memilih pemain timnas. Tidak pernah," beber Domenech.

Menurut Domenech, isunya berubah menjadi mistis karena media mencari musuh bersama agar memiliki nilai jual. "Saya bukan musuh nomor 1 Prancis. Saya nomor 2 setelah Sarkozy (mantan Presiden Prancis)," ujar Domenech.

Entah apa maksudnya, sejarah mencatat Domenech sebagai pelatih gagal. Kegagalan pertama terjadi di Piala Dunia 2006. Saat itu, Les Bleus dikalahkan Italia lewat adu penalti pada pertandingan final di Olympiastadion, Berlin. Duel itu dikenal dalam sejarah sebagai tandukan Zinedine Zidane kepada Marco Materazzi.

"Anda tidak dapat menghindarinya (anggapan Prancis kalah karena Zidane diusir wasit). Yang didengar Michel Hidalgo (mantan pelatih Prancis) selama hidup ini hanyalah Michel Platini yang menjalankan tim itu. Setiap pelatih  yang pernah memiliki Johan Cruyff harus menghadapi orang-orang yang mengatakan Cruyff bertanggung jawab atas tim ini. Anda tidak bisa menghindarinya ketika tim anda ada pemain hebat," lanjut Domenech.

Kegagalan Domenech yang kedua dan paling menyesakkan ada di 2010. Pada kompetisi di Afrika Selatan itu, tanpa sadar Domenech justru membuat Les Bleus terpecah. Konflik terjadi dengan kasat mata. Dimulai dengan hasil imbang di laga pertama atas Uruguay dan dilanjutkan kekalahan dari Meksiko, Zidane menyebut Domenech kehilangan kendali atas para pemain.

Domenech kemudian mengeluarkan Nicolas Anelka dari skuad. Selanjutnya, Patrice Evra ribut dengan asisten pelatih, Robert Duverne, saat latihan. Para pemain membela Evra dengan memutuskan memboikot sesi itu dan kembali ke markas tim.

Akibat pemboikotan sangat fatal. Pada pertandingan terakhir, Les Bleus dikalahkan tuan rumah. Prancis kembali ke Paris dengan tanpa kemenangan di fase grup. Banyak yang menyebut Prancis kena karma karena kelolosan ke Piala Dunia ditentukan lewat kecurangan saat Henry handball sebelum memberi assist yang membawa Les Blues mengalahkan Irlandia di play-off pada 2009.

"Itu mengecewakan untuk mereka. Mereka tampil luar biasa di Paris. Tapi, jangan lupa bahwa kami seharusnya menang 2-0 atau 3-0 di leg pertama (di Dublin) sehingga ada keseimbangan olahraga yang logis. Tapi, saya selalu kesal ketika Irlandia tidak lolos ke turnamen besar karena mereka menghadirkan atmosfer yang brilian," kata Domenech.

Setelah dipecat Les Bleus, Domenech sempat melamar menjadi pelatih Kamerun. Tapi, gagal. Selanjutnya, dia memutuskan melatih tim dari Provinsi Brittany. Domenech juga menjadi salah satu komentator di stasiun televisi Prancis dengan program acara berjudul Ma Chaine Sport.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network