Kisah Cinderella ala Kaiserslautern, Klub Promosi Sukses Juara Bundesliga

"Kisah dongeng ala Leicester City pada 2016 pernah dialami Kaiserslautern. Berkat Brehme, Ballack, dan Otto Rehagel."

Feature | 10 November 2020, 06:55
Kisah Cinderella ala Kaiserslautern, Klub Promosi Sukses Juara Bundesliga

Libero.id - FC Kaiserslautern kehilangan status anggota Bundesliga setelah menempati posisi 18 klasemen akhir 2011/2012. Setelah itu, mereka terjun bebas hingga ke Divisi III 2020/2021. Padahal, Die Roten Teufel pernah punya kisah indah di kompetisi elite Jerman.

Berdiri pada 2 Juni 1900, Kaiserslautern adalah klub yang memiliki tradisi bagus di Bundesliga. Mereka menjuarai kompetisi kasta tertinggi pada 1951, 1953, 1990/1991, dan 1997/1998. Menjadi runner-up pada 1948, 1954, 1955, serta 1993/1994. Ada lagi DFB-Pokal 1989/1990 dan 1995/1996.

Kaiserslautern juga sempat menjadi headline banyak media olahraga Eropa berkat penampilan bak cinderella. Kisah luar biasa itu terjadi pada 1997/1998 ketika Otto Rehhagel menjadi pelatih.

Aksi heroik Kaiserslautern dimulai pada 1996/1997 di Divisi II. Bersama VfL Wolfsburg dan Hertha Berlin, Kaiserslautern menjadi tiga klub dari kasta kedua yang mendapatkan hak tampil di Bundesliga. Kaiserslautern berhak menjadi juara setelah mengumpulkan 68 poin dari 34 pertandingan.

Sebagai tim promosi, tidak ada yang menjagokan Kaiserslautern di Bundesliga 1997/1998. Sorot kamera media tetap tertuju pada Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund sebagai dua tim tradisional yang diyakini akan melangkah mulus menggelar pesta juara.

Bermaterikan beberapa pemain muda bertalenta dan senior berpengalaman, Rehhagel membuat Kaiserslautern disegani. Mereka punya Petr Kouba, Andreas Brehme, Miroslav Kadlec, Marian Hristov, Thomas Riedl, Ciriaco Sforza, Pavel Kuka, hingga Olaf Marschall. Ada lagi Michael Ballack, yang baru berusia 21 tahun.

Menggunakan skema yang umum saat itu, 3-5-2, Rehhagel juga melakukan modifikasi dengan 4-4-2. Dengan 3-5-2, dia menempatkan Harry Koch, Miroslav Kadlec, dan Michael Schjoenberg di belakang. Saat itu, pemain-pemain tersebut berusia 29, 33, 30 tahun. Cadangannya, Axel Roos dan Oliver Schaefer yang lebih muda.

Untuk menunjang serangan, Rehhagel menempatkan Martin Wagner dan Ratinho sebagai sayap kiri dan kanan. Kemudian, Sforza menjadi jantung permainan Rehhagel dengan Marschall dan Kuka sebagai duet penyerang tengah. Sementara Ballack yang masih hijau belum banyak diberi peran dan dibiarkan belajar dari para senior.

"Otto memberi kami kebebasan di lapangan. Dia memberi tahu kami susunan pemain. Setelah itu kami melakukan sisanya. Semua orang membantu di pertahanan. Bahkan, para penyerang. Mengejar bola saat kami kehilangan. Sedikit mirip dengan Dortmund ketika mereka memenangkan gelar Bundesliga baru-baru ini (era Juergen Klopp), kata  Marschall pada 2018, dilansir El Arte del Futbol.

Hasil tangan dingin Rehhagel benar-benar terlihat di lapangan. Kaiserslautern menjuarai Bundesliga. Mereka mengalahkan Bayern di klasemen akhir dengan selisih 2 poin. Dari 34 laga, Kaiserslautern memenangkan 19 pertarungan, 11 imbang, dan 4 kekalahan.

"Taktik yang paling penting adalah penerapan Kadlec sebagai libero, penyapu di posisi No.5, orang independen di belakang pertahanan. Ini adalah kisah sukses Jerman yang istimewa di tim nasional. Itu adalah faktor kunci kesuksesan. Banyak yang melihat Kadlec sebagai libero terbaik di Eropa. Tapi, dia pria yang sangat tertutup dan membutuhkan dukungan Otto," ungkap Wagner.

Saat itu, Rehhagel hanya membutuhkan waktu 4 pekan untuk menempatkan Kaiserslautern di puncak klasemen sementara. Setelah itu, klub yang berbasis di Fritz Walker Stadium itu tidak tergoyahkan selama 30 pekan.

"Saat itu, semua orang adalah bos tanpa suka memerintah. Satu pemain berjuang untuk yang lain tanpa cemburu dengan kesuksesan mereka. Itu adalah campuran dari bintang-bintang yang tetap membumi. Tidak ada yang memainkan superstar. Hasilnya adalah kejutan luar biasa bagi sepakbola di Jerman," tambah mantan gelandang itu.

Sayang, kesuksesan Kaiserslautern hanya bertahan satu musim. Pada 1998/1999, mereka loyo. Kaiserslautern hanya mampu mengakhiri klasemen di posisi 5. Di Liga Champions, mereka juga hanya mampu bertahan hingga perempat final. Salah satu faktornya, taktik Rehhagel yang mulai terbaca.

Kondisi sebagai tidak menentu pada musim-musim selanjutnya. Penjualan-penjualan pemain bintang seperti Ballack dan Sforza membuat Kaiserslautern loyo, meski ada juga pemain bintang yang didatangkan seperti Youri Djorkaeff.

Pelan dan pasti Kaiserslautern kehilangan posisi di kompetisi elite. Mereka terdegradasi pada akhir musim 2005/2006. Sempat kembali pada 2010/2011 dan 2011/2012, tim berseragam merah tersebut harus turun kasta lagi. Puncaknya pada 2017/2018 ketika Kaiserslautern harus menempati posisi 18 Divisi II alias terjun bebas ke Divisi III.

Hingga 2020/2021 berarti sudah tiga musim Kaiserslautern berada di level ketiga kompetisi Jerman. "Kami ingin kembali ke Bundesliga. Tapi, semuanya membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Suporter harus bersabar," kata Pelatih Die Roten Teufel, Jeff Saibene, di situs resmi klub

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network