Evolusi Peran Kiper, Sekarang Harus Bisa Jadi Bek

"Kiper dulu masih mengutamakan elastisitas dan refleks. Sekarang tidak lagi."

Analisis | 20 January 2020, 13:47
Evolusi Peran Kiper, Sekarang Harus Bisa Jadi Bek

Libero.id - Penjaga gawang atau kiper dulu masih mengutamakan elastisitas dan refleks. Soal refleks, ingatlah pada nama besar seperti Ricardo Zamora, Lev Yashin, Gordon Banks, atau Dino Zoff. Begitu dahsyat refleksnya, sampai-sampai muncul beragam julukan untuk Legenda bawah mistar itu.

Orang menyebut Zamora sebagai  El Divino atau Sang Dewa. Lev Yashin akrab dengan panggilan Laba-Laba Hitam. Gordon Banks punya nama panggilan Banks of England, sebagai kiasan gawang akan aman jika dijaganya, seperti orang akan merasa aman menyimpan uang di bank. Sementara Dino Zoff berjejuluk Il Monumento, alias monumen hidup bagi kejayaan sepak bola Italia.

Dalam hal elastisitas, dunia mengenal Sepp Maier hingga dia dipanggil The Cat from Anzing. Dengan modal refleks dan elastisitas, mereka memukau dunia. Gaya akrobatik, momen penyelamatan tak masuk akal terekam betul dalam benak penikmat bola.

Ketika refleks dan elastisitas sudah datang secara alamiah, rezim latihan kiper jaman dulu pun tidak terlalu canggih. Ricardo Zamora, bahkan tidak terlalu mempedulikan latihan fisik. Dia perokok berat. Tiga pak habis  dalam sehari. Lev Yashin, yang konon menyelamatkan 150 penalti sepanjang kariernya lebih parah lagi. Setiap menjelang laga, dia merokok dan minum minuman keras. Merokok, katanya, untuk meredakan stres. Minum, katanya, untuk melemaskan otot.
 
Model latihan John Burridge, kiper legendaris Inggris yang memperkuat 30 klub sepanjang kariernya bahkan lebih aneh. Setiap hari, dia meminta istri menghantamnya dengan buah tanpa memberi tahu lebih dulu demi melatih refleks, dikutip The Scotsman.

Karena faktor refleks dan elastisitas pula, tinggi seorang kiper pada pertengahan abad 19 rata-rata hanya 170 centimeter. Bandingkan dengan tinggi kiper sekarang yang mencapai kebanyakan di atas 185 centimeter.

PERAN BERUBAH

Sekarang, kiper tidak hanya menjadi penjaga gawang yang harus kuat refleks dan elastisitasnya. Dua elemen itu penting, tetapi lebih penting lagi menjadikan kiper sebagai bagian strategi holistik sepak bola. Kiper bukan lagi bertugas sekadar menjaga gawangnya agar tidak kebobolan. Kiper kini dituntut pintar dalam memulai serangan.

Faktor regulasi ikut mempengaruhi perubahan peran kiper. Sepak bola negatif yang menonjol pada Piala Dunia 1990 membuat FIFA memunculkan aturan umpan ke kiper. Kiper tidak boleh lagi menangkap bola yang diberikan secara sengaja oleh rekannya. Sejak itu kiper wajib pandai memainkan kakinya.

Faktor strategi juga ikut memengaruhi evolusi kiper. Embrionya dimulai oleh Jan Jongbloed yang menjaga gawang Belanda pada Piala Dunia 1974. Faktor garis pertahanan tinggi (high line defence) menjadikan kiper sekaligus sweeper. Jongbloed seringkali keluar hingga 20 meter dari sarangnya berada di garis paling belakang pertahanan timnya.

Kemampuan ini kemudian menurun pada Edwin van Der Sar, kiper dengan lemparan tangan akurat dan umpan sangat terukur. Jurnalis Belanda Cris Keulemans sangat mengagumi kemampuan van Der Sar dalam membaca permainan. “Beberapa kiper menganggap bola sebagai musuh yang mencoba menembus pertahanan. Tetapi, van der Sar menganggap bola sebagai sahabat,” kata Keulemans dikutip Financial Times (27/05/2011). Karena bola dijadikan sahabat, van der Sar punya insting brilian dalam menggunakan bola untuk mengawali serangan.

Libero.id

Manuel Neuer (fcbayern.com)

Akar pertahanan garis tinggi yang dibawa Johan Cruyff ke Barcelona menjadikan klub Katalan itu produsen kiper sekaligus sweeper. Dua nama yang menonjol adalah Pepe Reina dan Victor Valdes, semuanya produksi akademi Barcelona. Ada pula Manuel Neuer.

Di luar Eropa, ada Rene Higuita, El Loco alias Si Gila dari Kolombia yang populer dengan tendangan kalajengking di Wembley. Jauh melampaui Jan Jongbloed yang biasanya keluar 20 meter dari gawang, Higuita bahkan biasa keluar 40 meter dari gawangnya. 

Kiper sekaligus libero memperkuat argumen bahwa kini sebuah tim sepak bola bukan lagi terdiri dari 1 kiper dan 10 pemain tetapi,  11 pemain tanpa membedakan posisi kiper. Itulah alasan kenapa Joe Hart tidak dimaui Pep Guardiola di Manchester City karena menurut Pep, Joe Hart kurang bisa mengemban peran kiper sekaligus bek.

Namun demikian, posisi kiper sekaligus bek bukan tanpa risiko. Rene Higuita pernah merasakan apes karena peran itu. Pada Piala Dunia 1990, memainkan bola jauh dari gawangnya. Datanglah si gaek Roger Milla yang mencuri bola hingga membobol gawang Kolombia. Gol Milla akhirnya membawa Kolombia pulang dari Italia. 

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network