Kisah Pemain Juventus Enzo Maresca Jadi Musuh Abadi Suporter Torino

"Padahal dia bukan pemain inti Juventus. Dia juga tidak memiliki DNA Juventus. Dibenci setengah mati fans Torino"

Biografi | 16 January 2021, 04:14
Kisah Pemain Juventus Enzo Maresca Jadi Musuh Abadi Suporter Torino

Libero.id - Derby della Mole yang mempertemukan Juventus dengan Torino merupakan salah satu pertandingan paling panas di Serie A. Sepanjang sejarah, ada satu pemain yang paling dibenci suporter Torino. Dia adalah Enzo Maresca.

Berasal dari Provinsi Salerno di selatan Italia, Maresca bukan penggemar Juventus sejak kecil, melainkan Napoli. Dia juga tidak mengawali karier sebagai pemain La Vecchia Signora, melainkan bergabung dengan Akademi AC Milan pada usia 11 tahun sebelum pindah ke Cagliari, 3 tahun kemudian.

Maresca juga menjalani debut profesional di luar Italia. Dia tercatat menjalani laga perdana dengan seragam West Bromwich Albion dalam kekalahan 0-2 melawan Bradford City pada 20 September 1998. Itu adalah pertandingan Divisi I (sekarang Championship Division).

Dua tahun setelah membela West Brom, Maresca baru mendapatkan kesempatan bergabung dengan Juventus. Maresca pindah ke Turin pada transfer window musim dingin 2000 dengan 4,3 juta pounds. Itu menjadi rekor transfer West Brom pada masa tersebut, meski Maresca hanya bermain 1 laga Serie A untuk La Vecchia Signora di sisa musim 1999/2000.

Selama bermain di Juventus, Maresca juga bukan pemain inti. Selama 2 dari 3 musim berikutnya, mantan gelandang berpostur 180 cm tersebut lebih banyak dipinjamkan ke klub lain. Dia sempat membela Bologna dan  Piacenza dalam periode yang singkat.

Meski tidak memiliki DNA Juventus, Maresca ternyata membenci Torino. Entah apa alasannya, dia sempat mendapatkan ancaman pembunuhan dari oknum pendukung Il Toro karena aksi yang dianggap menghina pada Derby della Mole.

Kisah unik itu terjadi pada paruh kedua 2001/2002 setelah Maresca kembali dari masa peminjaman di Bologna. Saat itu pada 24 Februari 2002 di Stadio delle Alpi di depan 52.597 pasang mata dan di bawah kepemimpinan wasit Gianluca Paparesta, pertandingan berjalan ketat dan menarik.

Jual-beli serangan tercipta sejak kick-off. Juventus memimpin 1-0 setelah David Trezeguet menjebol jala Luca Bucci pada menit 10. Lalu, Torino bangkit dan membalas melalui Marco Ferrante (64) dan Benoit Cauet (80). Saat pertandingan sepertinya akan berakhir 2-1 untuk Il Toro, Maresca mencetak gol penyama skor 2-2 pada menit 89!

Bukan hanya gol menit terakhir yang menyakitkan, melainkan juga selebrasi kontroversial Maresca yang membuat suporter Torino marah besar. Sebab, dia merayakan gol dengan beraksi seperti banteng yang sedang menyeruduk mirip yang biasa dilakukan Ferrante. Aksi tersebut dianggap menghina dan melecehkan Torino.  

Tindakan Maresca langsung memicu reaksi dari para pemain Torino. Mereka langsung mengepung Maresca. Begitu pula suporter yang melakukan lemparan-lemparan benda tumpul ke lapangan. Bahkan, setelah pertandingan, muncul ancaman pembunuhan.

Uniknya, tidak pernah ada penyesalan yang keluar dari mulut Maresca. Dia mengaku melakukannya karena respons terhadap gol yang tercipta dan bukan bermaksud menghina tim lawan. 

Aksi Maresca itu menjadi satu dari sekian banyak momen tidak terlupakan sepanjang derby. Dia menjadi bagian dari sejarah seperti halnya Giampiero Boniperti saat menjadi pencetak gol terbanyak Derby della Mole dengan 14 gol. Ada pula Guglielmo Gabetto yang memproduksi 12 gol bersama Juventus (7) dan Torino (5).

Dari Juventus, Maresca bermain untuk Fiorentina sebelum hijrah ke Spanyol membela Sevilla. Bersama Los Rojiblancos dia mendapatkan banyak piala bergengsi. Maresca menjadi bagian skuad Sevilla ketika menjuarai Piala UEFA 2005/2006 dan 2006/2007 serta Piala Super Eropa 2006. 

Maresca pensiun sebagai pemain pada 2017 setelah semusim bermain untuk Hellas Verona. Setelah itu, dia putar kemudi menjadi pelatih. Pada 1 Juni 2017, Maresca diresmikan sebagai bagian dari staf pelatih klub Serie B, Ascoli. Tapi, pendaftarannya ditolak karena tidak memiliki sertifikat yang diperlukan untuk menjadi asisten pelatih di klub profesional. 

Belajar dari kesalahan tersebut, Maresca kemudian mengambil kursus kepelatihan sambil bergabung dengan Akademi AC Milan. Lalu, dia menjadi asisten pelatih di Sevilla dan West Ham United. 

Saat ini, Maresca bergabung dengan Pep Guardiola di Manchester City. Dia dipercaya sebagai pelatih Elite Development Squad (EDS). Itu adalah tim U-23 yang berkompetisi di Professional Development League atau yang dikenal sebagai Liga Premier Junior. Maresca bekerja sejak 2020 menggantikan Paul Harsley.

Dalam EDS, Maresca membina sejumlah pemain masa depan The Citizens. Sebut saja Liam Delap, Cole Palmer, Adrian Bernabe, Ben Knight, hingga Tommy Doyle. "Masih banyak lagi yang bisa kami tingkatkan. Kami harus menjadi tim dengan bermain bersama dan bekerja bersama," ujar Maresca tentang skuadnya, di situs resmi Man City.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network