7 Fakta Thomas Tuchel yang Jarang Diketahui, Pernah Jadi Model

"Tuchel menjadi pelatih baru Chelsea menggantikan Frank Lampard. Dianggap fotokopi Juergen Klopp."

Feature | 26 January 2021, 11:36
7 Fakta Thomas Tuchel yang Jarang Diketahui, Pernah Jadi Model

Libero.id - Penunjukan Thomas Tuchel sebagai pelatih baru Chelsea pengganti Frank Lampard ramai diperbincangkan media-media olahraga Eropa. Meski baru saja kehilangan kursi pelatih Paris Saint-Germain (PSG), pria asal Jerman itu dianggap sosok yang tepat.

Nama Tuchel berada di baris terdepan berdasarkan bocoran dari dua jurnalis olahraga ternama Eropa, Fabrizio Romano dan Matt Law. "Pengumuman dilakukan dalam waktu dekat. Kesepakatan telah tercapai," tulis Romano di akun Twitter miliknya, beberapa saat setelah Lampard diberhentikan.

Jika kabar tersebut menjadi kenyataan, pria asal Jerman itu akan menjadi pelatih pertama asal Jerman yang menangani Chelsea. Sejak berdiri pada 10 Maret 1905, klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu dilatih pelatih-pelatih dari banyak negara, kecuali Jerman.

Di era Roman Abramovich, Chelsea bahkan memiliki banyak pelatih dari berbagai negara. Di luar Inggris, The Blues pernah mempekerjakan pelatih Belanda (Guus Hiddink) serta Italia (Claudio Ranieri, Carlo Ancelotti, Roberto di Matteo, Antonio Conte hingga Maurizio Sarri). Ada juga Portugal (Jose Mourinho dan André Villas-Boas), Brasil (Luiz Felipe Scolari), Israel (Avram Grant), serta Spanyol (Rafael Benitez).

Berikut ini 7 fakta unik Tuchel di sepakbola yang jarang diketahui orang:


1. Diminta jadi model pakaian pria

Tuchel bukan hanya jago meramu strategi di lapangan. Dia juga pernah berpose untuk pemotretan di New York untuk majalah pria Jerman, Die Zeit. Itu terjadi pada 2017 ketika Tuchel baru saja dipecat Borussia Dortmund. Itu hanya beberapa hari setelah mereka memenangkan DFB-Pokal.

Ternyata, pemotretan penuh gaya merupakan audisi yang sempurna untuk pekerjaan di PSG, yang didapat Tuchel pada tahun 2018. Semua tahu bahwa Paris merupakan rumah mode dunia.


2. Pensiun dini, kuliah ekonomi, dan jadi bartender

Libero.id

Tuchel saat membela Stuttgarter Kickers. Kredit: bundesliga.com

Di tahun-tahun awalnya sebagai pemain, Tuchel bermain sebagai bek di Augsburg sebagai bek. Tapi, pada usia 19 tahun, dia dibebaskan. Kemudian, Tuchel pindah ke klub Bundesliga 2, Stuttgarter Kickers. Di sana dia hanya mendapat kesempatan bermain 8 kali.

Gagal dalam karier sepakbola karena cedera lutut parah pada usia 24 tahun, Tuchel memutuskan bersekolah di jurusan administrasi bisnis. Dia menambah penghasilannya dengan bekerja di bar di pusat kota bernama Radio Bar. Di sana, dia belajar keterampilan hidup.

"Saya tidak ingin minum koktail yang saya campur di awal. Saya perlahan mengembangkan kepercayaan diri baru di bar, shift demi shift, malam demi malam. Saya telah mengatasi ambang hambatan untuk bertanya kepada orang asing apakah mereka membutuhkan saya. Rekan-rekan saya tidak tahu bahwa saya pernah menjadi pesepakbola profesional," kata Tuchel, dilansir The Sun.


3. Kembali ke sepakbola sebagai pelatih

Aktivitas baru di bangku kuliah sembari menjadi bartender ternyata tidak membuat Tuchel puas. Hasratnya dalam sepakbola mengalahkan semuanya. Dia memutuskan kembali ke lapangan dengan menghubungi bos VfB Stuttgart ketika itu, Ralf Rangnick.

Tuchel percaya diri bisa bermain lagi sehingga meminta disediakan waktu menjalani trial dengan tim cadangan. Tapi, setelah sembilan bulan tanpa bermain dan kerusakan tulang rawan kronis yang diderita telah membuat Tuchel gagal menunjukkan potensi sebenarnya.

Ketika berbincang dengan Tuchel, Rangnick menyarankan beralih profesi menjadi pelatih. Rangnick berjanji akan mengajak Tuchel menjadi salah satu staf pelatih Stuttgart jika sudah mendapatkan sertifikat melatih dari otoritas yang berwenang di Jerman.

Janji Rangnick ditepati. Segera setelah mendapatkan lisensi dari Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB), Rangnick meminta Tuchel menangani tim junior Stuttgart pada 2000. Dia melatih Stuttgart U-14. Di sinilah Tuchel bertemu Mario Gómez dan Holger Badstuber. Tuchel mendidik kedua bocah itu untuk menjadi pesepakbola hebat di masa depan.


4. Butuh 9 tahun untuk melatih di Bundesliga

Di Stuttgart, karier Tuchel semakin cemerlang. Dari U-14, dia menjadi asisten pelatih U-19 yang memenangkan Bundesliga U-19 2004/2005. Lalu, pada 2006, dia kembali ke Augsburg sebagai pelatih. Manajemen meminta Tuchel melatih Augsburg II yang berkompetisi di Regionalliga Bavaria (Divisi IV). Di tim cadangan Augsburg itulah Tuchel melatih Julian Nagelsmann.

Dari Augsburg, Tuchel melanjutkan karier ke Mainz pada 2008. Dia ditunjuk melatih U-19 dan kembali menjuarai Bundesliga U-19 2008/2009. Di situ, Tuchel melatih Andre Schurrle.

Mendengar kisah sukses Tuchel di level junior, DFB memintanya menjadi pelatih Jerman U-21. Tapi, Tuchel menolak karena datangnya tawaran yang lebih menantang. Ketika Jorn Andersen dipecat, Tuchel mengambil pekerjaan pertamanya sebagai pelatih kepala Mainz di Bundesliga.

Artinya, hanya butuh 9 tahun bagi Tuchel untuk menjadi pelatih di Bundesliga setelah memulai karier barunya dari Stuttgart U-14.


5. Pelatih debutan yang sangat berbakat

Libero.id

Tuchel saat melatih Mainz. Kredit: bundesliga.com

Dengan Mainz bermain di musim pertama di Bundesliga setelah promosi, Tuchel membawa klub ke posisi 9. Lalu, musim berikutnya, setelah 7 kemenangan yang luar biasa, termasuk kemenangan tandang 2-1 di Bayern Muenchen, mereka finish lima besar untuk lolos ke Liga Eropa pertama dalam sejarah.

"Jelas ada gaya yang dikaitkan dengan saya, yang kami bawa lapangan, yaitu kecepatan ke depan dan sepakbola  menyerang. Saya lebih suka kualitas tertentu, gaya bermain yang aktif, pertahanan yang berani, dan permainan yang cepat dalam menyerang," jelas Tuchel.

Tuchel punya kebiasaan mengumpulkan para pemain dan mempersiapkan mereka untuk pertandingan menggunakan rekaman video. "Saya telah gagal berulang kali dalam hidup saya. Dan itulah mengapa saya berhasil," ucap Tuchel.


6. Mengikuti jejak Juergen Klopp

Libero.id

Tuchel saat melatih Dortmund. Kredit: bvb.de

Langkah Tuchel di sepakbola mirip Juergen Klopp. Dari Mainz, Klopp pergi ke Dortmund sebelum ke Inggris. Jejak itu juga dilalui Tuchel saat meninggalkan Mainz menuju Dortmund. Sempat berada di Prancis, Tuchel bersiap menghadapi Klopp di Liga Premier.

Selama di Dortmund, Tuchel meneruskan pekerjaan Klopp dengan baik. Bintang-bintang muda seperti Christian Pulisic dan Ousmane Dembele diasuh dan berkembang menjadi pemain matang.

"Pelatih yang fantastis. Fantastis. Anda benar-benar dapat melihat pengaruhnya. Itu telah banyak mengubah gaya permainan mereka (Dortmund), cara mereka bermain, formasi yang berbeda, dan hal-hal seperti itu. Saya tahu banyak orang yang pernah bekerja dengannya. Mereka semua sangat menghormatinya," kata Klopp tentang Tuchel.

Namun, hubungan Tuchel dengan manajemen tegang setelah menjuarai DFB-Pokal. Dia berseteru dengan CEO Dortmund, Hans-Joachim Watzke. Ketegangan kembali didapatkan sebelum Tuchel dipecat PSG. Saat itu, dia ribut dengan Direktur Olahraga Les parisiens, Leonardo Araujo.


7. Menyimpan bom waktu

Dengan pemecatan yang didapatkan di Dortmund dan PSG karena alasan yang mirip, keputusan Chelsea menunjuk Tuchel sebagai pengganti Lampard ibarat menyimpan bom waktu. Pertama, Tuchel adalah sosok idealis. Kedua, Roman Abramovich punya kebiasaan memecat pelatih, tidak peduli ada atau tidak trofi yang pernah dipersembahkan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network