Kisah Lee Bowyer dan Kieron Dyer, Pemain Newcastle yang Berduel di Lapangan

"“Pelatih berteriak 'jangan lakukan itu' dari pinggir lapangan. Tapi, Bow nekat menghampiri saya," kata Dyer. Begini kabar mereka."

Biografi | 27 February 2021, 08:25
Kisah Lee Bowyer dan Kieron Dyer, Pemain Newcastle yang Berduel di Lapangan

Libero.id - Lee Bowyer dan Kieron Dyer pernah menjadi pemain yang dibicarakan banyak orang. Bukan semata karena permainan, melainkan juga perkelahian di lapangan yang ikonik. Setelah 16 tahun, apa kabar mereka sekarang?

Saat itu, 5 April 2005, Bowyer dan Dyer sama-sama bermain untuk Newcastle United ketika kedatangan Aston Villa di St James' Park. Situasinya sebenarnya ideal karena The Magpies tidak terkalahkan pada pertandingan-pertandingan yang dijalani sepanjang Februari dan Maret.

Sejak awal Januari hingga akhir Maret, Newcastle juga hanya menderita 1 kekalahan di Liga Premier dari Arsenal. Sementara dalam 8 pertandingan lainnya, mereka menghasilkan masing-masing 4 kemenangan dan 1 skor imbang.

Tapi, entah mengapa saat pertandingan melawan Villa, semuanya berubah. Bukan hanya kekalahan 0-3 diderita, melainkan juga tindakan kurang terpuji Bowyer dan Dyer di menit 82. Saat itu, The Magpies sedang menyerang ke pertahanan Villa. Tiba-tiba, Bowyer menghampiri Dyer dan langsung terjadi perkelahian. Gareth Barry (Villa) yang ada di dekat kejadian langsung melerai rekan Inggrisnya itu.

Dalam buku autobiografi yang ditulis pada 2018, Dyer menjelaskan kronologis kemarahan Bowyer. "Saya bisa melihatnya berjalan ke arah saya. Matanya melotot. Graeme Souness (pelatih) berteriak 'jangan lakukan itu' dari pinggir lapangan. Tapi, Bow nekat menghampiri saya," kata Dyer, dilansir Chronicle Live.

"Saya mencengkeram bahu dan lehernya untuk menjauhkannya dari saya dan kemudian dia mulai menghujani pukulan. Itu seperti gerakan lambat. Ketika pukulan mengenai kepala saya, saya berpikir, saya tidak percaya dia memukul saya di depan 52.000 orang. Apa yang dia pikirkan?" tambah Dyer.

"Itu adalah hal yang mungkin terjadi dalam latihan. Tapi, tidak dalam pertandingan. Tidak ada orang waras yang akan melakukan itu. Tapi, Bow sudah gila. Saya pikir dia memukul saya empat kali. Pukulannya tidak sakit. Tapi, pada saat pukulan keempat masuk, saya berpikir saya harus membalasnya satu kali," ungkap Dyer.

Sebelum buku Dyer diterbitkan, Bowyer telah lebih dulu melakukan klarifikasi. Tentu saja menurut versinya yang berbeda dengan "musuhnya" di Newcastle.

"Itu adalah momen kegilaan. Semua orang menyesalinya setelah itu. Tapi, kami adalah pemenang. Saat anda bermain sepakbola, anda harus seperti itu. Anda harus ingin menang. Terkadang itu berjalan terlalu jauh. Itulah yang terjadi hari itu. Saya yakin jika kami menang 3-0, itu tidak akan pernah terjadi," jelas Bowyer pada 2014.

Selain kalah 3 gol tanpa balas dan terhentinya pertandingan tanpa kekalahan selama 2 bulan, Newcastle di hari sial itu juga harus bermain 8 orang. Sebelum Bowyer dan Dyer diusir wasit, Barry Knight, karena perkelahian itu, The Magpies telah merelakan Steven Taylor dikartu merah karena pelanggaran di kotak penalti Villa. 

"Saya telah diyakinkan oleh Kieron bahwa dia tidak melakukan pukulan apa pun dan bahwa dia yang menerima pukulan itu. Itulah rute yang akan kami tempuh. Tindakan Lee tidak bisa dipertahankan. Dia bersalah karena melakukan lebih dari satu pukulan. Kami merasa Kieron bertengkar," kata Souness.

"Ini pengalaman pertama bagi saya. Saya belum pernah menyaksikan hal itu sebelumnya. Kata-kata kasar diantara pemain sering terdengar di setiap pertandingan. Tapi, sangat tidak biasa jika hal itu mengarah pada apa yang terjadi hari ini, perkelahian," beber Souness.

Untuk menyelesaikan masalah itu, Souness punya cara unik. Selain denda dan skorsing, Souness melakukan hal yang tidak pernah diduga para pemainnya.

"Di ruang ganti, setelah pertandingan, Souness mengumpulkan semua orang. Dia meminta mereka (Bowyer dan Dyer) melanjutkan perkelahiannya. Semua orang hanya duduk di sana, tertegun, dan bertanya apa yang baru saja terjadi. Mereka (Bowyer dan Dyer) juga (diam). Semua tertunduk," kata salah satu pemain Newcastle saat itu, Aaron Hughes, kepada The Athletic, beberapa tahun kemudian.

Setelah 16 tahun berlalu, di mana mereka sekarang?


1. Lee Bowyer

Insiden itu membuat Bowyer dikartu merah dan skorsing otomatis 3 laga. FA memberi tambahan denda 30.000 pounds dan larangan bermain 3 kali sehingga totalnya 6 pertandingan. Lalu, manajemen The Magpies menghukum denda gaji 6 pekan.

Selain itu, Bowyer didakwa oleh Kepolisian Northumbria sehubungan dengan perkelahian dengan pelanggaran dalam Undang-Undang Ketertiban Umum Pasal 4. Dia mengaku bersalah atas tuduhan yang lebih rendah menggunakan perilaku mengancam dan didenda 600 pounds plus diperintahkan untuk membayar biaya perkara 1.000 pounds.

Pada musim panas 2006, Bowyer meninggalkan Newcastle untuk bergabung dengan klub lamanya, West Ham United. Selanjutnya, pindah ke Birmingham City sebelum pensiun bersama Ipswich Town pada 2012.

Tiga tahun setelah pensiun, Bowyer kembali ke lapangan. Dia menghabiskan 1 bulan sebagai pelatih tamu di Watford U-21. Dia bekerja di bawah mantan rekan setimnya di Leeds United, Harry Kewell. Kemudian, Bowyer diangkat sebagai asisten pelatih Charlton Athletic di bawah Karl Robinson pada 1 Juli 2017.

Pada 22 Maret 2018, Bowyer diangkat menjadi caretaker setelah Robinson pergi. Karier kepelatihannya dimulai dengan kemenangan 2-0 melawan Plymouth Argyle. Kemudian, pada 6 September 2018, perannya menjadi permanen pada kontrak yang berlangsung sampai akhir musim 2018/2019. Hasilnya, The Addick promosi ke dari League One ke Championship Division.

Setelah promosi, Bowyer justru menolak tawaran perpanjangan kontrak. Tapi, dia merevisi keputusannya dan kembali melatih Charlton. Menyusul pengambilalihan klub oleh East Street Investments, Bowyer menandatangani kontrak baru 3 tahun pada 22 Januari 2020. Sayangnya pada akhir musim 2019/2020, Charltonn justru kembali ke League One setelah dikalahkan Leeds United 0-4.


2. Kieron Dyer

Setelah insiden itu, Dyer tidak mendapatkan hukuman tambahan karena dianggap sebagai korban pemukulan Bowyer. Tapi, dia tetap harus menjalani larangan bermain 3 pertandingan otomatis sebagai konsekuensi dari kartu merah langsung yang diterima.

Dyer tetap bermain untuk Newcastle hingga musim panas 2007 ketika tawaran transfer 6 juta pounds datang dari West Ham. Anehnya, semusim sebelumnya, Bowyer telah lebih dulu bergabung dengan The Hammers. Lebih aneh lagi, mereka bermain bersama untuk musim 2007/2008 dan 2008/2009.

Dari West Ham, Dyer pindah ke Ipswich Town sebelum bergabung dengan Queens Park Rangers (QPR). Dia pensiun pada 2013 setelah membela Middlesbrough.

Setelah pensiun, Dyer sempat terlibat dalam acara reality show di televisi Inggris untuk kepentingan amal. Tapi, pekerjaan utamanya tetap berhubungan dengan sepakbola. Dia bergabung dengan Akademi Ipswich pada 2014 dan menjadi asisten pelatih Ipswich U-19 pada 2018.

Dyer meninggalkan Ipswich pada Agustus 2019 untuk pindah ke klub yang memberikan kesempatan melatih tim utama. Tapi, pada 26 Oktober 2020, Ipswich mengkonfirmasi Dyer kembali ke klub sebagai pelatih kepala tim U-23.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network