Kisah Mattia Baggio, Putra Roberto Baggio yang Pilih Masak Daripada Main Bola

"Baggio menjadi pemain Italia pertama dalam lebih dari 50 tahun yang mencetak lebih dari 300 gol dalam karier. Legenda!"

Feature | 18 March 2021, 12:50
Kisah Mattia Baggio, Putra Roberto Baggio yang Pilih Masak Daripada Main Bola

Libero.id - Kebanyakan pemain sepakbola akan mengarahkan sang buah hati untuk menekuni profesi yang sama. Tapi, hal berbeda justru terjadi pada Roberto Baggio. Anak laki-laki tertuanya, Mattia Baggio, justru memilih menjadi chef daripada pemain sepakbola profesional.

Siapa yang tidak kenal Baggio? Di sepakbola, Il Divin Codino adalah legenda. Di masa keemasannya, pria kelahiran 18 Februari 1967 itu adalah aktor sepakbola yang menjadi pusat pembicaraan banyak orang.

Bermain sebagai second striker, gelandang serang, atau playmaker kreatif, Baggio sangat berbakat dengan spesialisasi pada bola-bola mati. Dia terkenal karena tendangan bebasnya yang melengkung, keterampilan menggiring bola, dan mencetak gol. Baggio secara luas dianggap sebagai salah satu pemain terhebat sepanjang masa.

Pada 1999, Baggio berada di urutan keempat dalam jajak pendapat internet Pemain Terbaik Abad Ini versi FIFA. Dia terpilih dalam Tim Impian Piala Dunia FIFA pada 2002. Pada 1993, dia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA dan memenangkan Ballon d'Or. Pada tahun 2004, dia masukkan Pele di FIFA 100, yaitu daftar pemain hidup terbesar di dunia.

Baggio bermain untuk tim nasional Italia dalam 56 pertandingan, mencetak 27 gol, dan merupakan pencetak gol terbanyak keempat bersama Alessandro Del Piero. Dia menjadi bintang Italia yang finish ketiga di Piala Dunia 1990, dengan mencetak 2 gol.

Pada Piala Dunia 1994, Baggio memimpin Gli Azzurri ke final. Dia mencetak 5 gol, menerima Bola Perak Piala Dunia, dan masuk dalam Tim All-Star. Piala Dunia di Amerika Serikat (AS) itu membekas seumur hidup karena Baggio melewatkan penalti yang menentukan dalam adu penalti melawan Brasil.

Gagal di AS, Baggio mencoba lagi pada Piala Dunia 1998 di Prancis. Dia mencetak 2  gol sebelum Italia disingkirkan Prancis di perempat final. Baggio adalah satu-satunya orang Italia yang mencetak gol di 3 Piala Dunia. Dengan 9 gol, dia memegang rekor gol terbanyak yang dicetak pemain Italia selama Piala Dunia bersama Paolo Rossi dan Christian Vieri.

Pada 2002, Baggio menjadi pemain Italia pertama dalam lebih dari 50 tahun yang mencetak lebih dari 300 gol dalam karier. Dia juga menjadi pemain Italia dengan skor tertinggi kelima di semua kompetisi dengan 318 gol.

Selama musim terakhir karirenya pada 2004, Baggio menjadi pemain pertama dalam lebih dari 30 tahun yang mencetak 200 gol di Serie A. Saat ini, dia menjadi pencetak gol tertinggi ketujuh sepanjang masa di Serie A, dengan 205 gol.

Baggio pindah dari Fiorentina ke Juventus pada 1990 dengan biaya transfer yang menjadi rekor dunia.Dia memenangkan 2 gelar Serie A, Coppa Italia, dan Piala UEFA, serta bermain untuk tujuh klub Italia berbeda selama kariernya, yaitu Vicenza, Fiorentina, Juventus, AC Milan, Bologna, Inter Milan, dan Brescia.

Karena gayanya di lapangan, Baggio dikenal sebagai Il Divin Codino. Julukan itu disematkan untuk gaya rambut "ekor kuda" yang dia pakai untuk sebagian besar kariernya, untuk bakatnya, dan untuk kepercayaannya kepada Sang Budha.

Pada 2002, Baggio dinominasikan sebagai Duta Besar Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa(FAO). Sementara pada 2003, dia adalah pemenang perdana dari penghargaan "Kaki Emas".

Lalu, sebagai pengakuan atas aktivitas Baggio terkait kampanye pengakuan hak asasi manusia, dia menerima penghargaan Man of Peace dari Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2010. Dia dilantik ke dalam Hall of Fame Sepakbola Italia pada 2011 atas dedikasi dan penampilannya selama bertahun-tahun.

Sebagai manusia biasa, Baggio jatuh cinta pada Andreina Fabbi. Pada 1989, mereka menikah dalam sebuah upacara tradisional Katolik Roma, meski Baggio sebenarnya sudah menjadi penganut Budhisme. Mereka memiliki seorang putri, Valentina Baggio yang lahir pada 1990, serta dua putra, Mattia (1994) dan Leonardo (2005).

Uniknya, dari kedua anak laki-lakinya, hanya Leonardo yang memilih jalan sepakbola. Saat ini, dia Leo masih tercatat sebagai pemain Monza U-18. Mengikuti jejak sang ayah, dia juga bermain di sektor penyerangan yang kadang-kadang digeser akag ke tengah.

Sementara Mattia, benar-benar mengambil opsi yang 180 derajat berseberangan. Dia adalah chef, yang memiliki aktivitas meramu masakan. Tentu saja itu berbeda dengan ayahnya. Bagi banyak orang, sepakbola adalah olahraga yang identik dengan laki-laki. Sedangkan memasak diidentikan dengan kaum hawa.

Tapi, hal itu tidak pernah dipikirkan Mattia dengan serius. Begitu pula Baggio yang memberi kebebasan Mattia menentukan jalan hidupnya. Dikenal sebagai "Wilo" dan memiliki akun Instagram @willoebasta, Mattia tidak pernah sungkan menunjukkan keahlian meramu makanan yang dimilikinya.

Berbagai macam masakan olahan dari daging, pasta, es krim, cake, pizza, sea food, mie, hingga burger sanggup dikerjakan Mattia dengan bagus. Sebagai orang Italia, Mattia sepertinya merasa tergugah untuk melestarikan resep masakan Italia yang tersohor ke seluruh dunia.

"Chef untuk bersenang-senang dan untuk teman", tulis Mattia di akun Instagramnya sebagai penanda bahwa dirinya adalah tukang masak jempolan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network