Profil Ismail Bennacer, Talenta Emas dari Negeri Maghribi

"Ayahnya dari Maroko, ibunya dari Aljazair. Mengapa dia memilih Aljazair?"

Biografi | 17 January 2020, 08:59
Profil Ismail Bennacer, Talenta Emas dari Negeri Maghribi

Libero.id - Regista AC Milan, Ismail Bennacer (Bin Nasir) menjadi buah bibir usai membawa Aljazair juara Piala Afrika Antar Bangsa baru lalu. Bahkan Ismail Bennacer terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen.

Bennacer dibeli AC Milan dari Empoli seharga 16 juta euro. Sesungguhnya Bennacer sudah digadang-gadang Arsenal menjadi bintang masa depan. Saat dijual Arsenal ke Empoli pada 2017, Bennacer memang dibanderol murah oleh The Gunners hanya sekitar 900 ribu poundsterling. Tetapi, Arsenal menyusupkan dua klausul penting karena menyadari sesungguhnya Bennacer bukan pemain abal-abal. Klausul pertama adalah opsi buyback, atau membeli ulang. Klausul kedua berupa pembagian 30% nilai keuntungan penjualan jika terjadi transfer dari Empoli ke klub lain pada masa akan datang.

Sekarang kita tengok kondisi Arsenal. Mereka sudah memiliki dua DMC yaitu Torreira yang juga sempat diminati Milan dan satu lagi pinjaman dari Real Madrid yaitu Dani Ceballos. Kalau misalnya dibeli ulang, Bennacer akan sulit mendapatkan posisi main. Oleh karena itu, Arsenal melepas opsi buyback. Tetapi, klausul kedua membuat Arsenal mendapatkan jambu runtuh. Ya karena tidak terlalu besar kalau kita mau pakai adagium durian runtuh.

Arsenal menerima sejumlah uang dari Empoli sebesar 30% dari hasil penjualan Bennacer yaitu sebanyak 4,6 juta euro atau sekitar Rp 5 miliar.

Libero.id

Bennacer saat perkenalan sebagai pemain AC Milan.

Bagaimana Milan bisa menggaet Bennacer sebenarnya juga bukan berarti tanpa pesaing. Bennacer sudah sejak lama menjadi target buruan klub Ligue 1 Olympique Lyonnais atau Lyon. Namun akhirnya Lyon kalah bersaing dan menjatuhkan pilihan ke pemain Lille asal Brasil Thiago Mendes. 

Meskipun membela timnas Aljazair, Bennacer besar di Prancis bersama Arles Avignon. Setelah dibeli Arsenal dia dipinjamkan ke Tours, klub Ligue 2. Dari Tours, Bennacer dibeli Empoli dan tampil gemilang selama di Serie A. 

Berikut ini perjalanan hidup Ismail Bennacer seperti dikisahkan oleh wartawan L’Equipe, Mehdi Arhab. 

Bennacer mengawali kariernya pada usia 17 tahun di klub anggota Ligue 2 Arles Avignon. Pelatihnya ketika itu Victor Zvunka menyadari bakat berlebih dari Bennacer. Meskipun usianya masih belia, dia sudah mendapat kesempatan main di tim senior pada musim 2014-2015. Anak muda itu berhasil memikat sang pelatih meski pada akhir musim timnya terdegradasi ke kasta ketiga Liga Prancis. 

Namun, para pemandu bakat sudah menyadari kehebatan Bennacer. Dia sudah diincar tim besar untuk diijon antara lain Manchester City, Lyon bahkan Marseille.

Pada usia sweet seventeen itu pulalah dia sudah harus meninggalkan kampung, mengepak koper untuk tujuan karier berikutnya. Tidak tanggung-tanggung, Bennacer hengkang ke Arsenal, klub besar di Inggris. Pada saat itu tahun 2015 dan berkat mantan pemain Arsenal asal Prancis Gilles Grimandi, Bennacer diyakinkan bahwa Arsenal adalah pelabuhan karier terbaiknya. Apalagi aroma Prancis sangat kental dengan keberadaan pelatih Arsene Wenger. “Sejatinya saya ingin bertahan di Prancis,” kata Bennacer. Tetapi dengan godaan aroma Prancis itu tadi, Bennacer meninggalkan kampung halaman. 

Sayang sekali, pada usia yang begitu belia Bennacer belum bisa meyakinkan Wenger untuk masuk tim utama. Dia hanya sekali main saat melawan Sheffield Wednesday di ajang Piala Liga. Timnya kalah 0-3.

Ingin lebih banyak jam terbang, Bennacer memohon agar dia dipinjamkan. Maka, kembalilah dia ke Prancis kali ini berpetualang bersama Tours sejak Januari 2017 di Ligue 2. 

Selama bermain di Prancis, Bennacer memikat Ludovic Batelli, pelatih timnas Prancis U-18 dan U-19. Bennacer kemudian membela timnas Prancis U-19 pada dua ujicoba melawan Belgia (3-3) dan Jerman (2-3). Pada waktu itu April dan November 2015. Bennacer yang lahir di Arles dari ibu orang Aljazair dan ayah Maroko juga dibujuk oleh dua negara leluhurnya untuk membela timnas masing-masing.

Bennacer gundah gulana. Maka dia pun melewatkan kesempatan tampil bersama Prancis di Euro U-19 pada 2019. Saat itu Prancis yang diperkuat Kylian Mbappe meraih gelar juara. 

Bujukan dua negeri Magribi menjadi dilema tersendiri bagi Bennacer. Maroko atau Aljazair. Tanah air ibu atau tanah air bapak? Usianya belumlah 18 tahun. Sulit menentukan dua pilihan itu. Ayah Bennacer memintanya mengikuti jejak Mehdi Benatia (dulu Juventus sekarang di Qatar) yang juga berayah Maroko dan beribu Aljazair. Mehdi Benatia memilih membela Maroko. 

Pendekatan dua federasi negeri Magribi makin intensif dan pilihan harus diambil. Bennacer pun menjatuhkan pilihan pada Aljazair. 

Dia sudah membela timnas Aljazair pada usia sangat muda, 18 tahun tepatnya 2016. Dia dipilih pelatih Milovan Rajevac pada laga yang sudah tidak penting lagi melawan Lesotho pada kualifikasi Piala Afrika Antar Bangsa. Bennacer masuk lapangan menggantikan Hilal Soudani. Aljazair menang 6-0. 

Pada putaran final Piala Afrika Antar Bangsa 2017 di Guinea Khatulistiwa, Bennacer sudah ikut dibawa pelatih George Leekens. Sayang, pelatih asal Belgia itu lebih memilih dua pivot di posisi gelandang bertahan pada diri Guedioura dan Bentaleb. Aljazair hanya mendapat dua poin dan gagal ke perempat final. Kekecewaan mendalam bagi Bennacer yang tidak semenitpun tampil di Guinea Khatulistiwa. 

Dia menggapai kebintangan pada Piala Afrika Antar Bangsa baru lalu. Membawa Aljazair sebagai juara, Bennacer terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen menyisihkan nama nama besar seperti Sadio Mane, Mohammed Salah atau Hakim Ziyech. 

Bennacer terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen menyisihkan nama nama besar seperti Sadio Mane, Mohammed Salah atau Hakim Ziyech.

Selama bermain di Empoli sejak 2017, Bennacer dikritik karena performa buruknya di sepertiga terakhir lapangan. Statistiknya dalam hal membantu serangan memang tidak meyakinkan. Dia hanya membukukan tiga assist sepanjang musim. Tetapi, kemampuannya justru terlihat sangat menonjol dalam hal recovery ball. Di situlah dia mendapat pujian sebagai salah satu calon bintang Seri A. 

Bersama Milan musim ini, Bennacer punya kesempatan bersinar sangat besar. Kepulangan Timoueu Bakayoko ke Chelsea serta dilepasnya Ricardo Montolivo dan Jose Mauri membuat posisi regista hanya dihuni dirinya dan Lucas Biglia. Dia membuktikan menjadi pilihan utama dibanding Lucas Biglia yang sudah uzur. 

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan AC Milan


  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network