Kisah Amr Zaki: Dianggap "Lebih Baik dari Messi" jadi "Lebih Buruk dari Mido"

"Rumusnya: jangan pernah membandingkan pemain biasa dengan megabintang!"

Biografi | 26 July 2021, 13:04
Kisah Amr Zaki: Dianggap "Lebih Baik dari Messi" jadi "Lebih Buruk dari Mido"

Libero.id - Pada, 2008 Amr Zaki mencetak 10 gol dalam 16 pertandingan untuk Wigan Athletic. Akibatnya, pemain asal Mesir itu dianggap "lebih baik dari Lionel Messi". Bahkan, Zaki sempat dikaitkan dengan Real Madrid saat Cristiano Romaldo masih di Manchester United.

Saat itu, The Latics dilatih  Steve Bruce. Pria asal Inggris itu dikenal sebagai pelatih yang rajin bermusuhan dengan penyerangnya sendiri. Contohnya, pada 2017 saat melatih Aston Villa. Bruce secara terbuka mengkritik Ross McCormack.

Bruce menilai McCormack adalah perekrutan musim panas senilai 12 juta pounds (Rp238 miliar) yang gagal. Bahkan, ada satu momen yang membuat Bruce marah ketika McCormack tidak hadir dalam latihan. Alasannya, terpenjara di rumahnya sendiri karena pintu gerbang elektrik miliknya rusak.

"Dia bilang dia tidak bisa melompati pagar setinggi 4-5 meter," ucap Bruce saat mengkritik penyerangnya sendiri, dilansir Planet Football.

Ternyata, itu bukan satu-satunya konflik Bruce dengan pemain terbaiknya. Delapan tahun sebelum insiden pagar di Villa, tepatnya pada April 2009, Bruce berseteru dengan penyerang Wigan yang sedang naik daun. Dia adalah Zaki, yang dipinjam dari klub elite Mesir, Zamalek.

"Saya dapat dengan jujur ​​mengatakan bahwa sepanjang waktu saya di sepakbola, saya tidak pernah bekerja dengan seseorang yang tidak profesional. Dia tidak memiliki hormat total kepada klub yang membayarnya upah yang sangat baik," ujar Bruce saat itu.

Kemarahan Bruce adalah Zaki terlambat kembali ke Inggris setelah membela Mesir. Ini adalah keempat kalinya dia tidak kembali tepat waktu dari laga internasional. Saya sudah mendenda dia maksimal, tapi ini sepertinya tidak berpengaruh. Saya sekarang takut jika saya tidak mengambil tindakan tegas, itu akan mengganggu anggota skuad saya yang lain. Dia tidak profesional," ungkap Bruce saat itu.

Seperti yang diungkapkan Bruce, kebangkitan dan kejatuhan Zaki ternyata sangat cepat. Itu seperti kilat. Hari ini bersinar, besok tenggelam. Bahkan, itu adalah sesuatu yang tidak akan terlupakan dalam sejarah Liga Premier.


Tampil mengesankan bersama Wigan

Pada musim panas 2008, Zaki baru saja mencetak 17 gol dalam dua musim untuk Zamalek. Lebih penting lagi, statistiknya untuk Mesir mencapai 27 gol dalam 48 pertandingan. Peringkatnya melejit. Bahkan sukses menempatkan dirinya di peringkat teratas pemain FIFA 08.

Data statistik yang sangat mengagumkanmenujukkan performa luar biasa Zaki. Itu mendorong Wigan untuk mendatangkan sang striker dengan status pinjaman satu musim seharga 1,5 juta pounds (Rp29 miliar). Di Inggris, pemain asal Mesir adalah hal langka. Bahkan, hingga hari ini, meski Mohamed Salam jadi bintang di Liverpool.

"Ketika Steve (Bruce) pertama kali menyebut dia, saya berpikir: 'Seorang striker dari Mesir?' Ini sangat tidak biasa," ucap Ketua Eksekutif Wigan, Dave Whelan, saat itu, dengan nada skeptis.

Segala keraguan segera sirna karena Zaki memulai karier di di Liga Premier dengan tendangan voli manis pada saat melawan West Ham United. Dua minggu kemudian, dia mencetak dua gol dalam kemenangan 5-0 atas Hull City. Gol menyusul melawan Sunderland dan Manchester City. Itu membuat Bruce memuji sang pemain baru.

"Fisiknya luar biasa. Dia memiliki kekuatan dan kecepatan yang luar biasa dan tentu saja dia adalah pemain yang sangat hebat dalam urusan mencetak gol. Itu merupakan hal yang penting. Dia menyegarkan dan menyenangkan untuk diajak bekerja sama," ungkap Bruce.

Pada 18 Oktober 2008, Zaki menikmati permainan terbaiknya. Dia mencetak dua gol ke gawang Liverpool di Anfield. Pertama, Zaki dipuji karena kehebatannya dalam memberi tekanan kepada lawan. Kedua, tendangan voli akrobatik yang tak akan terlupakan. Momen tersebut akan terus hidup dalam memori penggemar The Latics.

Akibat penampilan-penampilan itu, Zaki sempat diakui sebagai pemain yang sangat menjanjikan. Zaki adalah salah satu aset paling berharga saat itu. Bahkan, dia dikaitkan dengan klub selevel Liverpool dan Real Madrid. Bahkan diberi label "lebih baik dari Messi" oleh CEO Zamalek, Mamdouh Abbas.

Kemudian, Wigan menawar Zaki sekitar 8 juta pounds (Rp159 miliar) untuk menjadikan status pinjamannya menjadi permanen. Tapi, Abbas bersikeras bahwa striker itu bernilai sekitar 25 juta pounds (Rp497 miliar).


Kemerosotan setelah musim dingin

Setelah aksi ajaib melawan Liverpool, Zaki memiliki 10 gol sebelum Boxing Day. Tapi, sejak saat itu, segalanya mulai berubah. Itu dimulai pada jendela transfer Januari 2009 ketika Bruce menjual Emile Heskey dan Henri Camara untuk menggantikannya dengan Hugo Rodallega dan rekan senegara Zaki, Ahmad Hossam alias Mido.

Jauh dari membentuk tim impian dengan duet maut Mesir, Zaki dan Mido terbukti tidak cocok, baik di dalam maupun di luar lapangan. Wigan hanya mencetak 10 gol di liga setelah 1 Januari 2009, dengan Zaki tidak berkontribusi sama sekali.

Lalu, pada April, penyerang itu menerima kritik dari semua pihak. Selain Bruce yang mempertanyakan profesionalismenya, Mido juga menuduh rekan senegara tersebut sebagai teman yang buruk. Mido kemudian menggeser Zaki dari starting line-up Wigan di beberapa pertandingan.

"Saya hanya ingin memberi tahu (Zaki) bahwa kesuksesan di Eropa tidak diwujudkan dengan bermain bagus selama beberapa bulan dan mencetak beberapa gol," kata mantan striker Ajax Amsterdam itu.

Tapi, Mido juga tidak bersinar di Wigan. Dia hanya mencetak dua gol di liga ketika penurunan karier Zaki yang sangat dramatis terjadi di Liga Premier. "Dia (Zaki) memiliki masalah pribadi yang besar dalam hidupnya. Anda harus bertanya kepada Zaki mengapa dia memilih untuk menempuh jalan yang dia lakukan seakrang," ungkap Bruce.


Penurunan karier terus berlanjut

Dengan tanpa mencetak gol, berarti Zaki bukan lagi pesaing serius Messi. Mimpi membela Madrid segera menjadi kenangan yang tidak mungkin diwujudkan. Apalagi, Los Blancos mendapatkan Ronaldo pada musim panas 2009 setelah dilepas MU.

Jadi, Zaki akhirnya kembali ke Zamalek, meski sempat dipinjamkan ke Hull City. Dan, masalah sang striker lebih dari sekadar gagal mencetak gol.

Seperti yang ditemukan Bruce di Wigan, Zaki sering jarang kembali tepat waktu setelah membela negaranya. Hal itu juga terjadi di Zamalek. Bahkan, menjelang akhir masa tinggalnya di klub asal Kairo itu, Zaki menghabiskan tiga bulan absen karena sengketa gaji.

Dia akhirnya meninggalkan Zamalek untuk selamanya pada musim panas 2012, dan dikaitkan dengan kepindahan ke Blackpool serta Middlesbrough. Tapi, tidak ada yang terwujud. Sang striker menghabiskan tiga tahun terakhir karir bermainnya di Turki, Kuwait, Maroko dan Lebanon, serta di klub lain di Mesir, hanya membuat beberapa penampilan selama tiga tahun.

Setelah menandatangani kontrak dengan Raja Casablanca dari Maroko pada 2014, Zaki mendapat masalah baru. Dia membuat marah klub setelah menjalani operasi pergelangan kaki tanpa persetujuan mereka. "Sebagai pemain di klub, mereka harus membayar semua biaya operasi," paparnya.

Situs web resmi Zaki yang dulu kerap memberitakan kehebatannya, sekarang ditutup sehingga tidak bisa lagi menjadi bahan informasi untuk melacak kabarnya. Tapi, sebuah spanduk di bagian atas halaman sebuah rumah menuliskan kutipan: "Sukses tidak diukur dengan posisi yang telah dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari rintangan yang telah dia atasi".

Itu bukan kata-kata Zaki, melainkan pemimpin hak-hak sipil Afrika-Amerika, Booker T. Washington.

(muhammad alkautsar/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network