Kisah Park Chu-young, Eks Arsenal yang Bikin Kontroversi Wajib Militer

"Sejak dulu, Arsenal dikenal sebagai klub yang gemar menghadirkan pemain-pemain aneh. Park Chu-young salah satunya."

Biografi | 08 September 2021, 18:00
Kisah Park Chu-young, Eks Arsenal yang Bikin Kontroversi Wajib Militer

Libero.id - Manchester United pernah punya Park Ji-sung dan Tottenham Hotspur memiliki Son Heung-min sebagai pesepakbola asal Korea Selatan. Sementara Arsenal sempat mengenal Park Chu-young. Bedanya, status maupun perlakuan yang didapatkan dari suporter.

Ketika Chu-yong bergabung dengan Arsenal, harian ternama Prancis, L'Equipe, menuliskan sebuah kalimat dengan kata-kata yang terkesan meragukan, salah satunya paradoks.

Itu karena Chu-young menikmati musim gemilang bersama AS Monaco pada 2009/2010. Dia mencetak sembilan gol pada musim itu dan enam gol pada musim pertamanya di Ligue 1. Ada lagi 12 gol di musim terakhirnya. Rekornya di Monaco tidak terlalu buruk. Dia datang setelah era emas klub. Tapi, selama dua musim pertamanya di klub, Chu-young membantu Monaco finish di papan tengah.

Dengan segala yang dicapai Chu-young di Monaco, Arsene Wenger lantas memboyongnya ke Arsenal. Dengan Nicklas Bendtner dan Carlos Vela dipinjamkan untuk musim 2011/2012, diyakini Chu-young akan menjadi pelapis yang ideal untuk Robin van Persie di lini depan.

Chu-young telah memainkan peran seperti itu di bawah Guy Lacombe selama dua musim terakhirnya di Monaco. Meski butuh waktu baginya untuk beradaptasi dengan kerasnya Liga Premier, tampaknya hanya masalah waktu sebelum dia berkontribusi secara signifikan.

Sayang, yang dibayangkan tidak pernah datang. Untuk alasan apa pun, Chu-young tetap terperosok ke bangku cadangan. Dia hanya pernah dimainkan di kompetisi-kompetisi kelas dua seperti Piala Liga atau Piala FA. Dirinya juga hanya menikmati tujuh menit bermain di Liga Premier dalam enam bulan pertamanya di Emirates Stadium.

Meski gagal, Chu-young tetap di Arsenal. Wenger memilih untuk tidak meminjamkannya ke klub lain. Dan, anehnya, pada tahun-tahun yang sama, Chu-young mendapatkan lebih banyak waktu bermain dan tetap tajam untuk tim nasional Korea Selatan. Bahkan, dia kaptennya.


Berbohong demi menghindari wajib militer

Nama Chu-young baru mendunia ketika menciptakan saga wajib militer di negara asalnya. Seperti warga negara Korea Selatan pada umumnya, Chu-young juga diharapkan pada wajib militer dua tahun. 

Seharusnya, itu dilakukan setelah musim 2013/2014 berakhir. Tapi, ternyata  dia dapat mengamankan penundaan selama 10 tahun (wajib militer di Korea Selatan dapat ditunda berdasarkan izin tinggal jangka panjang di luar negeri). Kebetulan, Chu-young memiliki izin tinggal di Monaco hingga 2022 saat usianya 36 tahun (wajib militer berlaku pada pria berusia 18-35 tahun). 

Dan, seperti kebanyakan warga Negeri Ginseng lainnya, berdinas di militer adalah hal yang sangat ditakuti. Bahkan, ketika mereka terlibat dalam dinas militer, orang-orang akan dengan berat hati dan keterpaksaan menjalani. Tak terkecuali bagi Chu-young. 

Untuk menghindari tugas negara Chu-young rupanya telah mengajukan penundaan untuk dinas militernya jauh sebelum kepindahan ke Arsenal. Dia menemukan fakta dirinya telah berhasil mengamankan penundaan tersebut tepat pada hari kepindahan ke Arsenal.

Penundaan wajib militer sebenarnya wajar dan biasa dilakukan beberapa orang. Itu juga dilakukan Son Heung-min beberapa tahun kemudian. Yang menjadi masalah adalah Chu-young berbohong kepada Arsenal dan Korea Selatan. 

Kepada Arsenal, Chu-young berpamitan akan kembali ke Negeri Ginseng untuk tugas negara selama tahun sehingga kemungkinan kariernya tertunda. The Gunners tidak punya solusi lain selain mengizinkan demia kebaikan Chu-young karena hukum di Korea Selatan memungkinkan hukuman penjara bagi orang yang menolak wajib militer.

Ternyata, lembaga yang mengurusi wajib militer di Korea Selatan mengumumkan Chu-young dapat menunda dinas militernya hingga 2022 karena mendapat kualifikasi untuk tinggal jangka panjang di Monaco.

Akibatnya sangat fatal bagi Chu-young. Di negeri asalnya, dia dianggap tidak nasional, pengkhianat negara, hingga agen Korea Utara. Sementara di London Utara, Chu-young dianggap sebagai pemain tidak profesional, pemalas, gagal, hingga pembohong besar. 

Ketika kontroversi itu membesar, Chu-young menyangkal menghindari dinas militernya. "Saya mengerti ada kontroversi besar sejak saya menunda wajib militer saya. Saya pertama-tama ingin meminta maaf kepada semua orang yang merasa ditinggalkan oleh saya," ujar Chu-young saat itu, dilansir goal.com.

"Ketika saya bermain untuk AS Monaco saya bisa belajar banyak hal baru tentang sepakbola. Saya ingin tinggal di Eropa lebih jauh untuk belajar lebih banyak. Jadi saya memutuskan untuk menunda dinas saya," tambah Chu-young. 

"Saya tidak punya niat untuk meninggalkan Korea atau menghindari wajib militer. Saya sudah menulis janji bahwa saya akan memenuhi tugas saya dengan negara. Saya sudah berjanji beberapa kali bahwa saya akan melakukan layanan nasional saya, dan saya benar-benar akan melakukannya," ungkap Chu-young.

Beruntung, saat kontroversi mengemukan, Chu-young dipilih sebagai pemain di atas usia 23 tahun oleh pelatih Korea Selatan U-23, Hong Myung-bo, untuk Olimpiade London 2012. Mereka meraih medali perunggu sehingga dapat dikecualikan dari dinas militer di Korea Selatan.

Dia jauh lebih beruntung dari Heung-min yang membawa Korea Selatan meraih emas Asian Games 2018. Bintang Tottenham Hortspur itu hanya diizinkan mengganti dinas militer dua tahunnya menjadi hanya tiga bulan. 

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network