Siapa Terbaik? 10 Tim Kuda Hitam Dekade 1990-an

"Alasan Red Star Beograd ditempatkan di posisi teratas."

Analisis | 08 November 2021, 16:50
Siapa Terbaik? 10 Tim Kuda Hitam Dekade 1990-an

Libero.id - Ada banyak klub yang sejak era 1990-an tampil bagus secara konsisten hingga sekarang. Mereka selalu berada di level teratas, baik di tingkat domestik atau Eropa.

Tetapi, ada beberapa klub yang punya reputasi bagus pada 90-an walau sayang hanya terhenti sebatas musim-musim itu saja. Menariknya, pada musim tersebut, kehebatan klub-klub itu tak pernah terprediksi sebelumnya.

Berkaitan dengan hal itu, kami telah menyusun daftar klub-klub yang pernah menggebrak pasar medio 90-an. Mereka disebut-sebut sebagai klub kuda hitam.

Berikut adalah daftarnya:

10. Parma – 1998/1999

Parma akan sangat dekat mengangkat Scudetto. Mereka menempati posisi kedua di bawah kepelatihan Carlo Ancelotti pada musim 1996/1997. Parma akhirnya mengangkat Piala UEFA pada 1999 di bawah pelatih Alberto Malesani.

Skuad matchday mereka untuk final melawan Marseille berisi Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Roberto Sensini, Fabio Cannavaro, Dino Baggio, Juan Sebastian Veron, Hernan Crespo, Enrico Chiesa, Faustino Asprilla, dan Abel Balbo.

9. Newcastle United – 1995/1996

Para penggemar The Magpies mengiringi perjalanan klub kesayangan mereka pada musim 1995/1996 dengan segenap optimisme, meski pada akhirnya berujung kegagalan juga.

Newcastle yang saat itu dilatih Kevin Keegan mampu memuncaki klasemen Liga Premier selama 212 hari.

Newcastle menjalani 19 laga dengan raihan 45 poin, dan saat itu sudah berjarak 10 poin dengan Manchester United di peringkat kedua. Tetapi, di akhir-akhir musim, mereka terpeleset. Man United akhirnya yang menjuarai liga.

8. Ajax Amsterdam – 1994/1995

Ajax saat itu diperkuat oleh pemain-pemain muda. Namun, hebatnya mereka berhasil sampai ke final Liga Champions pada 1995.

Dilatih oleh Louis van Gaal, Ajax memenangkan gelar Eredivisie mereka ke-25 tanpa kehilangan satu pertandingan pun. Mereka memenangkan 12 dari 13 pertandingan liga terakhir mereka dengan mencetak 50 gol dalam prosesnya.

Di antara yang populer adalah Danny Blind dan Frank Rijkaard. Kemudian, Edgar Davids, Mark Overmars, dan Michael Reiziger. Belum lagi ada Patrick Kluivert, Clarence Seedorf, dan Nwankwo Kanu.

7. Sampdoria – 1991/1992

Napoli pada 1990 masih diperkuat oleh Diego Maradona, Ciro Ferrara, dan Careca.

Dan, dengan profil yang hampir sama, Sampdoria pada 1991 pun diperkuat nama-nama yang tak kalah hebat, ada nama Roberto Mancini, Gianluca Vialli, Gianluca Pagliuca, Toninho Cerezo, Pietro Vierchowod, sampai Attilio Lombardo, juga Oleksiy Mikhailichenko.

Sosok di balik peramu taktik itu adalah Vujadin Boskov. Tanpa disangka, Sampdoria berhasil menjuarai Serie A pada 1991.

6. Marseille – 1990/1991

Dengan skuad apa adanya, Marseille pada tahun itu merupakan satu fenomena tersendiri. Mereka memenangkan ketiga dari empat gelar Ligue 1 berturut-turut dan mencapai final Liga Champions.

5. Fiorentina – 1998/1999

Gabriel Batistuta, Trapattoni, Francesco Toldo, Rui Costa, Amor, Edmundo, Oliveira, Nintendo. Nama-nama yang cukup menggambarkan alasan kenapa Fiorentina adalah yang terbaik saat itu di Serie A.

4. Glasgow Rangers – 1995/1996

Rangers tidak hanya memenangkan gelar Skotlandia kedelapan berturut-turut. Mereka juga menyelesaikan gelar ganda pertama mereka selama tiga tahun dan menyingkirkan Celtic dari kedua kompetisi piala. Skuad mereka adalah tim impian.

Ada Paul Gascoigne yang baru kembali dari Lazio, dan ada juga Brian Laudrup. Selain itu, ada Mark Hateley, Ally McCoist, Gordon Durie, dan Richard Gough.

3. Inter Milan – 1997/1998

Musim Ronaldo Luiz Nazario da Lima didatangkan dan Presiden klub, Massimo Moratti, saat itu mengeluarkan uang besar dengan mendatangkan sejumlah pemain berkualitas.

Tak hanya pemain, begitu juga dengan pelatih. Usai memecat Roy Hodgson, Moratti menunjuk Luigi Simoni di awal musim.

Hasilnya, I Nerazzurri meraih titel Eropa ketiganya dalam tujuh tahun, yakni Piala UEFA, kendati gagal menjadi juara Serie A karena kalah poin tipis dari Juventus. Torehan itu lebih dari mengejutkan dunia.

2. AS Monaco – 1997/1998

Monaco mungkin tidak akan pernah menjadi pemenang Liga Champions 1997/1998, tapi mereka adalah klub yang paling menghibur saat itu.

Dengan Thierry Henry dan David Trezeguet yang mana keduanya saat itu masih berusia 20 tahun. Sedangkan Ludovic Giuly pemasok umpan.

Tim yang sebagian besar tumbuh sendiri itu dikembangkan melalui akademi. Mereka mencetak 15 gol dalam enam pertandingan grup sebelum menyingkirkan Manchester United di perempat final, yang membuat Old Trafford sangat khawatir.

Itu tidak akan bertahan lama, dan hat-trick Alessandro Del Piero membuat Monaco tersingkir 6-4 di semi-final. Tetapi, mereka telah membuat tanda sebagai kuda hitam terbaik periode tersebut.

Sembilan dari skuad itu kemudian bermain di Liga Premier, dari yang luar biasa sukses (Henry) hingga yang buruk (Franck Dumas). Sementara Trezeguet dan Giuly melanjutkan karier yang cukup sukses di Italia dan Spanyol.

1. Red Star Beograd – 1990/1991

Saat itu klub asal Serbia punya nama-nama muda potensial, seperti Vladimir Jugovic, Robert Prosinecki, Sinisa Mihajlovic, Darko Pancev, dan Dejan Savicevic.

Secara mengejutkan di tengah residu perang saudara, Red Star Beograd berhasil menjadi juara Liga Champions saat masih bernama Piala Champions pada musim 1990/1991.

Saat itu, tim asuhan Ljupko Petrovic mengalahkan Olympique Marseille lewat skema adu penalti.
Bermain imbang selama 120 menit, adu tendangan penalti dimenangkan Red Star dengan skor meyakinkan 5-3. Akhirnya Red Star berhak mengangkat trofi Liga Champions di hadapan 58.000 penonton yang sesak di Stadion San Nicola, Bari, Italia.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network