Kisah saat Shevchenko Bikin Hubungan Jose Mourinho dan Abramovich Retak

"Striker yang diharapkan Mourinho saat itu?"

Analisis | 24 November 2021, 00:30
Kisah saat Shevchenko Bikin Hubungan Jose Mourinho dan Abramovich Retak

Libero.id - Terlepas dari kesuksesan yang mereka nikmati bersama di Chelsea, masih banyak yang tetap beranggapan bahwa Jose Mourinho dan Roman Abramovich tidak terlalu begitu bersahabat.

Abramovich, yang sebelumnya memecat Claudio Ranieri pada 2004 setelah musim tanpa trofi, secara sadar dan penuh pertimbangan realistis menunjuk pelatih asal Portugal itu. Dalam perjalanannya, The Spesial One kemudian membawa kesuksesan di Stamford Bridge.

Tetapi, yang tak dilihat kebanyakan orang adalah Mourinho tidak memainkan sepakbola 'seksi' yang sangat dia dambakan.

Meskipun mengakui bahwa Abramovich dapat membiayai setiap keinginannya di pasar transfer, namun Mourinho membenci preferensi Abramovich untuk urusan pemain bintang.

Kedatangan Andriy Shevchenko pada musim panas 2006 adalah contoh nyata, sekaligus menjadi jembatan konflik antarkeduanya.

Musim itu, Chelsea  baru saja memenangkan dua gelar Liga Premier berturut-turut. Mereka ingin fokus ke Liga Champions, dan mereka butuh striker tambahan untuk menjadi partner duet Didier Drogba.

Mourinho membuat daftar striker yang dia inginkan dan Shevchenko bukan salah satunya – pilihannya adalah Samuel Eto'o dari Barcelona. Namun, Abramovich ingin mengontrak kapten Ukraina itu selama tiga musim.

“Karena kegigihannya (Abramovich) dan ketika situasi hidup saya berubah, saya memutuskan waktunya tepat,” kata Shevchenko saat itu.

Kita tahu keduanya berasal dari negara pecahan yang sama, Uni Soviet.

“Sangat berarti bagi saya bahwa Chelsea menginginkan saya selama tiga tahun terakhir dan itulah alasan saya memilih mereka.”

Dan, tidak seperti biasanya, Mourinho memasang wajah berani untuk saat itu. Mou tak suka dengan cara Abramovich mengintervensi. Tapi, sejujurnya, Shevchenko bukanlah pilihan yang buruk.

Saat itu Shevchenko dianggap sebagai salah satu striker terbaik dunia, setelah mencetak 173 gol untuk AC Milan dan memenangkan Ballon d'Or pada 2004.

Sheva kemudian membuat debut mencetak gol di Community Shield saat melawan Liverpool. Chelsea mungkin kalah 2-1, tetapi hasil utama dari pertandingan itu adalah penyelesaian yang meyakinkan dari Sheva.

Dia tampak siap untuk merobek pertahanan Liga Premier - namun kenyataannya tidak sesederhana itu.

Sheva sebetulnya tidak gagal total di Stamford Bridge. Dia menyumbangkan 14 gol dan 12 assist pada 2006/2007, termasuk gol Liga Champions melawan Porto dan Valencia.

Namun, Sheva jauh kalah bersaing dengan Drogba yang mencapai level lain pada 2006/2007. Legenda asal Pantai Gading itu mencetak 33 gol yang melampaui penghitungan gabungannya selama dua tahun sebelumnya di Chelsea.

Meski begitu, Abramovich adalah sosok utama yang tetap menginginkan keberadaan Sheva. Bahkan, sempat beredar isu kalau Abramovich ingin mendepak Mourinho.

Tapi, Mourinho tetap tinggal dan Sheva terus memainkan peran kecil di sisa musimnya di Chelsea.

“Saya bukan kunci serangan,” kata Sheva pada Mei 2007. “Saya bermain lebih jauh di belakang, jauh dari gawang – berbeda dari cara saya bermain di Milan, dan mungkin itu sebabnya Drogba mencetak begitu banyak gol tahun ini.”

“Di Milan, saya bermain dalam peran alami saya. Di sini saya harus beradaptasi untuk menjadi sesuatu yang lain, dan saya melakukannya agar saya bisa membantu tim,” ucap Sheva.

Mourinho kemudian mengakui: “Di Chelsea, dia bukan pilihan pertama saya. Saya telah meminta pemain lain. Saya tahu pada saat itu klub melakukan segalanya untuk mendapatkan pemain yang saya inginkan, atau setidaknya salah satu dari mereka, tetapi itu tidak mungkin karena berbagai alasan.”

“Ketika saya ditawari Shevchenko, saya menjawab ya karena dia tidak diragukan lagi adalah pemain berkualitas,” ungkapnya.

“Dia seperti seorang pangeran di Milan dan di Chelsea filosofi kami berbeda, kami tidak memiliki pangeran,” timpalnya.

Pada akhirnya, Mourinho terbukti benar. Shevchenko gagal di bawah kepelatihan Avram Grant dan meninggalkan klub pada 2009. Dia mencetak 22 gol dalam 77 penampilan bersama Chelsea.

Namun, pemain itu tidak pernah menganggap Mourinho bertanggung jawab atas kegagalannya di Inggris. “Cedera adalah penyebab utama saya kurang sukses di Inggris,” katanya kemudian. “Fans Chelsea tidak pernah melihat Shevchenko yang asli. Sepakbola Inggris lebih bersifat fisik dan lebih cepat daripada sepakbola Italia, yang lebih teknis.”

Saat dia bersiap menghadapi Mourinho sebagai rival manajerial di Serie A, terlihat bahwa memori utama Sheva di Inggris adalah perannya sebagai pion tanpa disadari dalam perebutan kekuasaan antara manajer Portugal dan Abramovich.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network