Makin cinta Leicester setelah Claudio Ranieri.
Kalau Anda melihat daftar rekrutan Leicester City selama musim 2000/2001, ada beberapa nama yang mungkin tidak terlalu Anda ingat. Atau, memang sama sekali tidak Anda ketahui.

Di antara lain, Junior Lewis, Kevin Ellison, Simon Royce, dan satu nama lagi ada Roberto Mancini. Nama yang terakhir pastinya tidak asing.

Masing-masing dari nama di atas memiliki catatan yang berbeda, meskipun semuanya menjalani karier yang relatif singkat di Leicester.

Junior Lewis hanya memainkan 25 laga. Simon Royce memainkan 19 laga. Kevin Ellison bahkan cuma 1 laga. Dan, tokoh utama kita, Roberto Mancini, ternyata tercatat hanya memainkan 5 laga.

Namun, Mancini membuktikan bahwa menit bermain di lapangan bukanlah satu-satunya hal yang berkaitan langsung dengan dampak yang diberikan.

Tapi, sebelum bergabung dengan The Foxes, Mancini adalah sosok penting dalam perjalanan Lazio meraih gelar Serie A pada 1999/2000.

Saat di Leicester --- yang memasuki tahun baru dengan tiga kekalahan beruntun, termasuk kekalahan 6-1 di Arsenal – mendapati diri mereka membutuhkan penyegaran.

"Roberto (Mancini) tahu bahwa dia berusia 36 tahun dan saya mencari pengetahuan dan pengalaman sepakbolanya, bukan kemampuannya," ucap pelatih Leicester saat itu, Peter Taylor.

“Dia juga memahami bahwa perannya adalah untuk membantu mendatangkan pemain muda dan memberikan pengalaman kepada para striker,” timpalnya.

Saat itu Mancini memang sudah memasuki fase hendak pensiun, dan instingnya sebagai pelatih sudah terlihat.

"Yang saya perhatikan adalah bahwa dia tahu tentang pelatihan dan dia menunjukkan minat pada cara kami berlatih di Leicester,” kenang Taylor kemudian.

Dan benar saja, Mancini kemudian menjadi pelatih yang moncer, memenangi beberapa gelar bersama klub-klub top Eropa. Dan, terakhir dia membawa Italia menjuari Euro 2020.



Mancini sendiri pernah dirumorkan kembali ke Leicester City sebagai pelatih, meksipun pada akhirnya tidak terwujud.

"Saya sudah menjadi pendukung Leicester sejak bermain di sana. Sekarang saya semakin suka Leicester setelah Ranieri menorehkan pencapaian yang luar biasa," ucap pelatih berusia 53 tahun itu pada 2019.

Dalam kesempatan yang sama, Mancini juga memuji atmosfer sepakbola Inggris yang dinilainya memiliki daya tarik yang luar biasa. "Liga Premier adalah kompetisi yang indah, karena Anda bisa menikmati sepakbola tanpa adanya tekanan, apapun hasil yang diraih. Hal ini tak terjadi di Italia. Itulah mengapa stadion di Inggris hampir selalu penuh," tutupnya.