Mampukah nomor 10 menjadi kunci skuad Garuda?
Turnamen Piala AFF 2020 akhirnya dimulai akhir pekan ini. Ajang sepakbola bergengsi di regional Asia Tenggara itu dimulai setelah penundaan selama satu tahun karena pandemi Covid-19.

Sepuluh tim akhirnya akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan pertempuran menjadi juara Asia Tenggara lagi.

Dalam 25 tahun sejarah turnamen, tidak ada kekurangan pemain yang menonjol. Mengingat kompetisi yang ketat, sangat mungkin bagi seorang pemain untuk memimpin negaranya sendiri menuju kejayaan.

Di sini, kita akan melihat sepuluh pemain yang bisa menjadi sangat penting bagi prospek kesuksesan tim mereka di Piala AFF edisi kali ini.

#1 Chanathip Songkrasin (Thailand)

Dua kali dinobatkan sebagai Most Valuable Player Piala AFF pada 2014 dan 2016, kembalinya Chanathip Songkrasin ke skuad setelah absen tiga tahun lalu menyoroti betapa seriusnya Thailand menghadapi kompetisi ini.

Playmaker yang sangat terampil ini secara luas dianggap sebagai pemain terbaik di Asia Tenggara selama beberapa tahun. Dia akan membantu tim Gajah Putih unggul di sepertiga serangan yang sangat tidak mereka miliki pada 2018.

#2 Ikhsan Fandi (Singapura)

Mungkin tampak aneh untuk mengatakan Ikhsan Fandi bisa menjadi pemain paling berpengaruh di skuad Singapura, apalagi pemain berusia 22 tahun itu  adalah satu-satunya pilihan bagi negaranya untuk bisa mencetak gol.

Ikhsan, yang saat ini bermain di Norwegia bersama Jerv, mencetak tiga dari tujuh gol yang dicetak The Lions di babak kedua kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 2022. Dia total mencetak delapan gol hanya dalam 18 pertandingan sejauh ini.

#3 Maung Maung Lwin (Myanmar)

Sebagai bagian dari skuad Myanmar yang lolos ke Piala Dunia U-20 pada 2015, Maung Maung Lwin termasuk dalam generasi yang diharapkan bisa membawa negara ini tampil ke level lebih tinggi.

Meskipun kemajuan Myanmar mengalami stagnasi setelah medali perak di SEA Games 2015 dan penampilan semifinal di Piala AFF tahun berikutnya, Maung Maung Lwin telah berkembang menjadi salah satu pemain andalan mereka untuk mendapatkan pengalaman berharga di Piala AFC dengan Yangon United.



#4 Stephan Schrock (Filipina)

Meskipun kebangkitan awal Filipina di sepakbola Asia Tenggara didorong oleh Younghusband bersaudara, James dan Phil, perjuangan The Azkal dipimpin oleh Stephan Schrock belakangan ini.

Menawarkan pengalaman di Bundesliga dari waktunya bersama Hoffenheim dan Eintracht Frankfurt, pemain berusia 35 tahun ini sering tampil di level yang lebih tinggi daripada lawan dan sekali lagi akan menjadi andalan di jantung serangan Filipina.

#5 Rufino Gama (Timor Leste)

Sebagai negara termuda di Asia Tenggara, Timor Leste masih menemukan jati diri mereka di Piala AFF. Mereka telah kehilangan semua dari delapan pertandingan yang mereka tampilkan sejauh ini, meskipun itu tidak menghentikan mereka untuk menunjukkan hal positif.

Pada 2018, mereka memberikan catatan yang sangat baik dalam kekalahan dua gol dari Indonesia dan Filipina, dengan penyerang Rufino Gama melakukan yang terbaik untuk membuat mereka tetap kompetitif dengan raihan dua golnya.

#6 Nguyen Tien Linh (Vietnam)

Semua mata akan tertuju pada Nguyen Quang Hai, pemain yang meraih MVP 2018 saat Vietnam berusaha mempertahankan mahkota Piala AFF. Namun, sejak kemenangan itu, pemain lain muncul sebagai sosok yang berpengaruh bagi pelatih Park Hang-seo.

Untuk semua stabilitas pertahanan Vietnam dan penemuan di lini tengah, Nguyen Tien Linh menjadi titik fokus dalam serangan dan mata yang tajam dari para gelandang Vietnam setelah mencetak tujuh gol dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia yang sedang berlangsung.

#7 Chreng Polroth (Kamboja)

Sejak melakukan debut internasionalnya pada 2015, Chrerng Polroth perlahan tapi pasti memantapkan dirinya sebagai jenderal lini tengah Kamboja.

Dia bahkan sempat dipinjamkan ke Buriram United pada 2019, meskipun tidak bermain untuk raksasa Liga 1 Thailand itu.

Polroth juga memiliki spesialisasi tendangan jarak jauh dan dirinya akan bertekad untuk membantu Angkor Warriors melakukan beberapa pukulan saat mereka berambisi mencapai babak gugur untuk pertama kalinya.

#8 Safawi Rasid (Malaysia)

Dengan standar yang tinggi, Safawi Rasid cukup tenang tahun ini. Pengalamannya makin terasah ketika dirinya menjadi bagian dari skuad Johor Darul Ta'zim yang berhasil meraih gelar Liga Super Malaysia delapan kali berturut -turut.

Meskipun demikian, pemain kidal berusia 24 tahun itu selalu tampil maksimal dan membuktikan kualitasnya di panggung terbesar. Intinya, setiap lawan yang bakal menghadapi Malaysia akan mengetahui risiko ini.

#9 Soukaphone Vongchiengkham (Laos)

Pada usia 29 tahun, Soukaphone Vongchiengkham tampil luar biasa di Piala AFF edisi kelimanya. Dia bahkan memiliki enam penampilan di Piala AFF apabila Laos tidak gagal lolos pada 2016.

Vongchiengkham menjadi pencetak gol terbanyak ketiga di negaranya sepanjang masa, sekaligus mengklaim sebagai pemain dengan caps terbanyak keempat mereka saat ini.

Soukaphone menawarkan pengalaman kepada skuad Laos yang dipaksa untuk beralih ke pemain muda menyusul serangkaian larangan terkait pengaturan pertandingan.

#10 Evan Dimas (Indonesia)

Setelah mencapai final pada lima kesempatan terpisah tanpa memenangkannya, Indonesia berharap bisa mengakhiri kekeringan gelar mereka di edisi 2020.

Jika mereka melakukan hal itu, kemungkinan besar karena upaya utama dari gelandang Evan Dimas. Dia dengan mulus melakukan transisi dari prospek berbakat menjadi juru kreator berpengaruh sejak pertama kali tampil di Piala AFF pada 2014 saat berusia 19 tahun.