Masih remaja, tapi sudah masuk skuad Pantai Gading di Piala Afrika 2021. Apa hebatnya?
Baru berusia 17 tahun, Karim Konate sudah masuk dalam skuad Pantai Gading di Piala Afrika 2021. Meski belum mendapatkan menit bermain selama fase grup, penyerang muda ASEC Mimosas itu dianggap memiliki masa depan cerah. Bahkan, tidak sedikit yang menyebutnya sebagai titisan Didier Drogba.

Pantai Gading telah menghasilkan banyak pesepakbola hebat sejak debut di Piala Afrika 1965. Tapi, pada awal 2000-an generasi emas negara itu baru muncul.

Dipimpin legenda Chelsea, Didier Drogba, tim ini memiliki sejumlah pesepakbola berpengaruh dari berbagai klub sepakbola papan atas Eropa. Itu termasuk pemain-pemain top seperti Toure bersaudara Yaya dan Kolo, Emmanuel Eboue, hingga Salomon Kalou.

Generasi itu mencapai dua final Piala Afrika 2006 dan 2012. Tapi, keduanya berakhir dengan kekalahan yang mengecewakan. Les Elephants baru berhasil menjuarai Piala Afrika ketika Drogba dan sejumlah pemain seangkatan sudah pensiun. Hanya Yaya Toure yang tersisa pada 2015 saat juara dalam turnamen di Guinea-Khatulistiwa.

Selama sisa dekade ini, antusiasme terhadap sepakbola domestik dan tim nasional di negara tersebut berkurang. Itu karena minimnya nama-nama tenar dari klub-klub besar Eropa.

Namun, semangat itu telah dihidupkan kembali dalam 18 bulan terakhir dengan munculnya Konate. Meski masih berada di kompetisi domestik, bocah berusia 17 tahun tersebut telah mampu menarik perhatian para pemandu bakat sepakbola Eropa.

Konate telah tumbuh menjadi pemain kunci tim utama ASEC sejak debut pada 2020. Dan, ada keyakinan bahwa dirinya akan dapat mengikuti jejak mantan bintang ASEC seperti Kolo Toure, Didier Zokora, atau Boubacar Barry yang menjadi tokoh kunci di tim nasional di era Drogba.

"Pertama kali saya menonton Karim Konate, dia mengingatkan saya pada generasi luar biasa ASEC pada 1998/1999. Dia memiliki dorongan dan semangat yang sama. Sudah lama kita tidak melihat sensasi seperti itu. Mungkinkah ini awal dari generasi emas yang baru?" kata Armand N'dri, seorang pendukung setia klub, dikutip Goal.

Konate tentu saja telah menempuh perjalanan jauh dalam waktu singkat. Lahir di Koumassi, salah satu distrik termiskin di kota terbesar Pantai Gading, Abidjan, dia ditemukan oleh pemandu bakat  ASEC saat bermain sepakbola di jalanan.

Dia kemudian diundang untuk uji coba sebelum didaftarkan ke akademi klub. Dia diterima, tapi tidak ditawari tinggal di asrama seperti para pemain muda ASEC lainnya. Jadi, dia harus menanggung biaya transportasinya sendiri selama berbulan-bulan untuk tiba tepat waktu di tempat latihan.

"Itu adalah hal yang paling sulit pada awalnya. Bepergian sejauh itu ke akademi dan kembali dengan uang anda sendiri, dan kemudian anda tidak yakin apakah anda akhirnya akan diterima dan diberi asrama," ujar Konate.

Namun, kemajuannya sangat pesat dan dia berkembang baik di kelas maupun di lapangan. "Bagian tersulit dari proses latihan adalah ruang kelas. Sebagian besar pemain ingin langsung masuk ke lapangan. Tapi, itu harus dimulai dengan papan tulis. Itu tidak terjadi pada Karim. Dia datang seperti dia di sekolah biasa dan ingin mempelajari segalanya. Saya pikir itu membantunya beradaptasi dengan cepat di lapangan," kata salah satu pengurus ASEC.

Jelang musim 2020/2021, Konate diundang bergabung dengan tim utama untuk latihan pramusim. Dia segera menjadi andalan tim asuhan Julien Chevalier itu.

Mendadak, Konate menjadi pencetak gol terbanyak klub dengan tujuh gol. Dia juga membantu membawa timnya meraih gelar domestik ke-27 dan pertama dalam tiga tahun terakhir. Itu adalah musim yang membuat para penggemar berduyun-duyun melihatnya di lapangan.

Pada awal 2000-an, kami biasa bepergian dari luar kota untuk datang dan menonton pemain seperti Aruna Dindane, Emmanuel Eboue, Didier Zokora, dan Kolo Toure. Mereka sangat bagus dan anda tidak pernah menyesal menghabiskan uang untuk melihatnya," kata N'dri. 

"Tapi, kemudian semuanya mengering dan tidak ada lagi pemain bagus di ASEC. Sekarang kami memiliki satu harapan pada Konate, dan kami berharap dia bisa menginspirasi orang lain," tambah N'dri.

Meski secara alami memiliki kekuatan di kaki kanan, Konate tidak takut untuk menggunakan kaki kirinya yang lebih lemah, terutama ketika ia ditugaskan untuk bermain melebar. Dan, aspek yang paling menonjol dari pemain berusia 17 tahun ini adalah kemampuan menyundul bola, meski posturnya hanya 178 cm.

"Koka memiliki pengamatan yang sangat bagus kepada bola dan tahu bagaimana memposisikan dirinya saat melakukan lompatan satu atau dua kaki. Dia terus memenangkan duel udara karena kualitas itu," beber N'dri.

Gelar ASEC di Liga Pantau Gading 2020/2021 membuat tiket Liga Champions Afrika 2021/2022 dikantongi. Itu berarti Konate memiliki panggung lain yang lebih besar untuk memperkenalkan dirinya di panggung yang lebih besar. Dia mencetak gol kontinental pertamanya melawan klub Senegal, Teungueth, di babak kualifikasi pertama. Lalu, dia mencetak dua gol melawan CR Belouzidad. 

Sayang, ASEC gagal melaju ke fase utama sehingga harus puas bermain di Piala Konfederasi Afrika. Dan, Konate mencetak tiga dari lima gol timnya dalam kemenangan mereka atas Interclube Angola di babak play-off.



Permainan Konate dihargai dengan panggilan internasional pertama pada September 2021. Dia membuat debut untuk Pantai Gading saat melawan Mozambik dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Dia membuat kesan yang cukup kuat untuk mendapatkan panggilan berikutnya pada Oktober 2021.

Puncaknya, Konate masuk skuad Patrice Beaumelle untuk Piala Afrika di Kamerun. Dia menjadi pemain termuda ketiga di turnamen tersebut. Dia belum membuat penampilan di kompetisi itu. Tapi, dia mendapatkan beberapa menit melawan Mesir pada babak 16 besar, Rabu (26/1/2022) malam WIB, jika Sebastien Haller, Nicolas Pepe, atau Wilfried Zaha diistirahatkan.

Bahkan jika tidak berhasil masuk lapangan, kehadiran Konate dalam skuad serta cara dia berkembang di klub selama 18 bulan terakhir sudah cukup menjadi tanda bahwa Pantai Gading mulai memiliki generasi emas yang bagus.

"Saya tidak tahu apakah kita bisa mengumpulkan generasi emas lain dalam waktu dekat. Tapi, saya yakin Pantai Gading mendambakan pemain baru," ucap Konate.