Bagaimana respons tuan rumah.
Ada banyak suara yang menentang penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar, meski keputusan FIFA menunjuk negara Timur Tengah itu telah dilakukan sejak Desember 2010.

Namun, tetap saja beberapa orang menyayangkan terpilihnya Qatar. Misalnya saja pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate, yang mengkritik Qatar. Legenda The Three Lions itu menilai Qatar tidak mengindahkan hak asasi manusia terkait hak pekerja asing di negara tersebut.

Southgate mengatakan kalau banyak dari penggemar Inggris tidak akan datang ke Qatar, karena negara itu tidak memberikan tempat bagi komunitas LGBTQ+.

Kritik yang hampir sama juga dialamatkan oleh seorang artis sekaligus seniman asal Jerman, Volker-Johannes Trieb. Dia membuat aksi protesnya dengan cara yang sedikit berbeda.

Dia telah menaruh ribuan bola kempes di luar markas FIFA di Swiss. Setiap bola itu menandakan setiap nyawa yang hilang. Dia meminta orang-orang untuk memboikot Qatar.

Menurut beberapa statistik, sebanyak 6.500 pekerja telah kehilangan nyawa mereka karena bekerja di bidang konstruksi dalam 12 tahun terakhir, termasuk beberapa dari mereka membangun stadion yang akan digunakan dalam ajang Piala Dunia 2022.



Berbicara tentang insiden itu, pria berusia 55 tahun itu mengatakan kepada media Jerman, 11freunde: "Saya ingin mengirim beberapa gambar ke seluruh dunia dan memperingati banyak pekerja yang tewas yang kehilangan nyawa mereka di lokasi pembangunan stadion di negara tuan rumah Piala Dunia Qatar dalam kondisi yang tidak manusiawi." 

"Dengan banyaknya jumlah bola, saya juga ingin membuat jumlah kematian yang sangat besar terlihat," tegasnya.

Angka 6.500 berasal dari sebuah artikel yang ditulis The Guardian tahun lalu dan jumlahnya diperkirakan telah bertambah sejak saat itu.

"Amnesti internasional sekarang berbicara tentang lebih dari 15.000 korban. Ini adalah jumlah yang sangat besar yang pada pandangan pertama tampaknya hampir tidak dapat dipercaya.”

"Tetapi, orang-orang ini tidak semuanya jatuh, mereka meninggal dalam berbagai cara. Beberapa hanya menderita luka yang tidak akan pernah mati di Jerman."

Dia juga mengecam buruknya pelayanan medis dan asuransi kesehatan di Qatar.

"Sayangnya, perawatan medis untuk pekerja asing di Qatar sangat parah, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan hidup."

"Sebuah peti mati dari Qatar tiba di sana hampir setiap hari. Seluruh dunia sekarang tahu apa yang sedang terjadi. Tapi, Qatar hanya membuang muka," pungkasnya.